Bali

26 15 0
                                    

Untuk pertama kalinya, perjalanan ini adalah perjalanan jauh yang benar-benar ku tempuh sendirian tanpa ditemani siapapun dan melibatkan apapun.
Hanya bermodalkan harapan dan nekat tanpa bantuan lebih selain keberanian untuk mengambil keputusan yang menjadi suatu tanggung jawab atas realita yang memaksaku untuk siap.

Aku tiba di Bandara Ngurah Rai pukul setengah sebelas. Entah memasuki waktu pagi atau siang, terserah. Namun, cuaca di sini benar-benar cerah hari ini. Pancaran dari sinar Matahari seolah memihak di kota ini seutuhnya.
Begitu turun dari pesawat, aku berjalan menyusuri lorong Bandara menuju Lobby untuk menunggu jemputan. Ramai sekali manusia lalu lalang di sini, sangat riuh dan berisik oleh kesibukan masing-masing.
Ditambah suara bergeming dari ruangan sebesar ini yang nyaring dari pusat-pusat setiap sudut speaker yang memberi tanda pada setiap yang menduduki sementara tempat ini.
Aku menerka-nerka satu persatu dari sekian banyak orang untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang tengah mengganjal di pikiranku saat ini.
Cukup lama sekali aku dibuat kebingungan karena mencari sesuatu yang sama sekali tidak ada ciri-cirinya, Pamanku sekalipun tidak memberitahu apa yang harus ku lakukan ketika sudah turun dari pesawat. Tetapi, aku tidak setertinggal jaman itu, aku tetap mengerti bahwa yang perlu ku lakukan setelah ini adalah mencari. Lalu tampak dari kejauhan siluet seorang lelaki berbadan besar berdiri tegap memegang papan berisi,

"Jemputan untuk Rayyan Malik Abdillah, Bandung."

Beliau menggunakan pakaian layaknya seperti ajudan; Seragam hitam resmi dari sebuah mitra.
Bisa dilihat dari postur tubuh dan pakaian yang dikenakannya saja beliau adalah seorang pengawal.
Raut mukanya memang sudah seperti manusia lanjut usia, tetapi karena kharismatik yang dimiliki dan wibawa yang dijunjung tinggi, semua itu tidak terlihat seperti kenyataan.
Mungkin, ya, sosok tersebut memang kepercayaan Pamanku yang diberi perintah untuk menjemputku ketika sampai di sini.
Tanpa menunggu waktu lama setelah melihat bayangannya, aku langsung menghampirinya seraya menunjukam identitas pengenalku yang sudah diakui negara.

"Permisi, Pak. Saya Rayyan."

Tegurku pelan seraya tersenyum untuk memecahkan pertanyaan beliau yang sama halnya denganku; Mencari sesuatu yang ingin ditemukan.

"Oh? Mas Rayyan, keponakannya Bos Aji, toh? Mari, Mas. Ikut saya."

Jawab beliau seraya memberikanku arahan untuk mengikutinya.

"Baik, Pak."

Kemudian, aku mengikuti beliau dari belakang. Arah tujuannya seperti tertuju pada sebuah mobil hitam besar bermerek fortuner yang terpampang di parkiran walet. Sungguh, aku terkejut sekali ketika beliau mengarahkanku pada mobil paling tampan menurutku yang berukuran cukup besar, tidak seperti mobil pada umumnya. Dan perlu kau ketahui bahwa mobil yang akan ku hinggapi sekarang ini adalah salah satu list mimpi yang akan ku wujudkan suatu hari nanti.
Ada rasa tak percaya yang begitu menyergap pikiranku setelah menyaksikan hal ini secara langsung.

Siapa sebenarnya Pamanku ini di sini? Apakah beliau merupakan salah satu manusia-manusia yang berhasil melampaui tujuan dengan sukses?

Barang-barang yang ku bawa telah disimpan oleh beliau di bagasi mobil.
Dan sekarang, aku benar-benar duduk di mobil yang ku mimpikan ini dan berposisi di samping beliau yang mengarahkanku tadi.

*SHRRHHS* Suara mesin mobil menyala.

Lalu, mobil melaju dan berjalan ke arah yang belum ku ketahui tujuannya.
Tidak banyak yang bisa ku keluarkan melalui kata-kata ketika beliau melayaniku sebaik ini selain terima kasih sudah membantu, dan maaf sudah merepotkan.

Beliau sangat ramah, sungguh. Sepanjang perjalanan selalu bertanya akan hal-hal yang membuatku tak merasa jenuh. Yang ku sukai dari beliau satu, yaitu mengetahui batas saat berusaha mencairkan suasana.
Mungkin karena beliau manusia yang paham dan mengerti akan nilai dan aspek kehidupan, jadi beliau mengetahui batas mana saja yang masih bisa dilampau atau tidak.
Aku bisa melihat itu dari caranya bersikap dan menyikapi seseorang.

Renjana, semestaku hanya tentangmu. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang