Perubahan

37 31 0
                                    

Sesampainya di rumah, aku menyiapkan diri.
Mengabaikan kicauan pagi dari Mama karena semalam, aku tak pulang tanpa izin.

Sebelum berangkat, aku mengambil handphone dan melihat banyak sekali pesan masuk dari Alyssa.

"Ray kamu jangan lupa mandi lho begitu sampai."
"Nggak lupa juga buat makan, ya."
"Ray, kamu kemana?"
"Nggak biasanya hilang sampai lama begini."
"Masih belum ada jawaban.."
"Ya sudah, have a good rest, Ray."
"Ray, sudah Shubuh. Bangun."
"Siap-siap, lho."
"Hope you enjoyed today!"

Perhatian-perhatian kecil yang membuat hati ku terasa menjadi sesuatu besar.

"Selamat pagi, Alyssa!"
"Maaf, kemarin setelah selesai mengantarmu pulang, malam selepas mengaji saya latihan fisik, lalu tidur. Jadi tidak sempat memegang handphone.
"Have a great day!"

Balas ku.
Tak lama Alyssa juga membalas namun dengan menelepon.

"Assalammualaikum, halo Ray?"

"Wa'alaikumsalam, kenapa Sa?"

"Kemarin kemana sebenarnya? Jangan bohong. Keluar tanpa izin ke Mama, kan?"

"Nggak, kata siapa?"

Entah mempunyai perasaan seperti apa, tapi pertanyaan Alyssa cukup membuat ku habis keheranan.

Aku menghela nafas, lalu menjawab.

"Saya jelasin, ya?"
"Jadi, gini. Sehabis mengantar kamu pulang, saya langsung melaksanakan hal-hal yang memang perlu dilakukan. Sudah pasti tahu, kan?"
"Dan saat maghrib, saya ke Mesjid."
"Lalu pulangnya, saya latihan fisik."

"Pulangnya?"

Alyssa masih bertanya lagi.

"Pulangnya, apa?"

"Pulang latihan kemana?!"

Aku sedikit terkejut mendengar nada bicaranya yang berubah.

"Bergadang, di Rumah Mirzha."

"Kok malah bergadang sih, Ray. Kan ini bukan jadwalnya libur."
"Mana nggak izin lagi, kan?"
"Terus sekarang mau berangkat sekolah, nggak?"

Sungguh, aku benar-benar kebingungan. Alyssa mengetahui hal itu semua dari siapa, sampai-sampai bisa mengetahui aku tidak pulang tanpa izin.

"Iya, Sa. Maaf."
"Tapi, saya mau berangkat kok."

Aku menjawab dengan meyakinkan.

"Ya sudah, aku masuk dulu kelas."

"Semangat, ya. Alyssa."

Pagi itu aku merasa sangat spesial dan super kebingungan, namun disisi lain wanita yang membuat ku jatuh cinta untuk pertama kalinya begitu mengkhawatirkan ku dari segi apapun.
Aku merasa senang dan satu-satunya.
Karena jauh sebelum ini datang, hari-hari ku seperti warna abu dan hitam.
Gelam, dan tak jelas arah berlakunya.
Semesta sangat adil, memberi ku pelangi hari ini setelah hujan kemarin.

Renjana, semestaku hanya tentangmu. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang