Hari yang sudah kami sepakati bersama akhirnya tiba.
Di hari ini, aku sengaja ingin memberi kejutan pada Alyssa dengan datang langsung pagi-pagi ke rumahnya tanpa mengabari apapun sedikitpun.
Aku senang melihat ekspresinya yang selalu diluar dugaan ketika menerima hal-hal yang mengejutkan.
Aku pun sudah meminta izin pada Mama dan Papa untuk keluar rumah dengan waktu yang memang tidak seperti biasanya, sebab aku mempunyai janji yang perlu ku tepati. Ya, memenuhi hasrat rindu kami berdua yang menggebu untuk menghabiskan waktu.
Dimulai dari menikmati sejuknya udara pagi, panasnya terik mentari siang hari, syahdunya langit pada sore hari saat memberi tanda perpisahan kepada siapapun insannya untuk tergantikan oleh malam yang memiliki segala rahasia ketakutan dan keindahan.
Mulai hari ini, aku akan mengarungi itu semua bersama seseorang yang memang akan ku junjung tinggi namanya di hadapan semesta dan seluruh manusia di muka bumi.
Aku akan memperkenalkan pada apapun yang terlihat nantinya, bahwa sekarang dan selamanya aku memiliki wanita yang mampu mengubah sudut pandangku terhadap dunia. Dia yang kelak akan ku jadikan sebuah rumah untuk pulang.
Setelah menghangatkan motor, tanpa mengulur waktu lama-lama aku langsung berpamitan pada semua orang yang ada di rumah untuk pergi dan menancapkan gas segera.Sesampainya disana, aku disambut oleh Abang Alyssa yang sedang memandikan motor kesayangannya.
Motor yang dijuluki sebagai raja jalanan pada masanya. Ya, RX-King."Assalammualaikum, Bang. Permisi, Alyssanya ada?"
Aku menghampirinya dan mengulurkan tangan untuk meminta salam hormat.
"Lu datang ke rumah sepagi ini ada apa?"
Ia terhenti sejenak, menatapku seperti biasa. Dengan tatapan sinis yang siap menerkam mangsa yang sudah terkunci didepan mata.
Ditambah jawaban yang meleset dari pertanyaan yang ku lontarkan.
Aku benar-benar seringkali menelan ludah ketika berhadapan dengan makhluk satu ini, makhluk yang memang sedikit menjadi penghalang atas apa yang akan ku lakukan dengan Alyssa. Rasa gugup dan kesal selalu menjalar pada sel-sel darah, rasanya ingin sesekali ku ungkapkan semua ini melewati tindakan yang memang akan membayar semua yang ia lakukan. Namun, aku merasa beruntung karena diberi pikiran yang terus-menerus mengulang kejadian yang pernah terjadi di masa sebelumnya, sehingga ketika ingin bertindak diluar akal, aku bisa memberi sedikit rem pada pegas yang hampir terlepas.
Jadi, aku lebih memilih mengurungkan niat yang memang jika dilakukan dengan sengaja hanya akan membuat sarat perjalanan nantinya."Saya mau mengajak Alyssa pergi jalan-jalan, Bang. Lagipula kami berdua sudah sepakat untuk melakukannya di hari ini."
"Terus kenapa lu pakai tanya segala Alyssa ada di rumah atau gak? Emangnya lu gak bisa mastiin sendiri dengan ngabarin dia dulu sebelum kesini?"
Sepertinya, lama-lama aku akan bisa membiasakan dan bahkan terbiasa berhadapan dengan seseorang yang egoisnya hampir sama denganku ketika menjaga sesuatu. Seperti halnya Abang Alyssa yang mengutarakan rasa cemburunya lewat pernyataan-pernyataan yang menyakitkan pada siapapun yang mendengar.
"Nggak, Bang. Saya sengaja datang kesini tidak mengabari terlebih dahulu, soalnya saya ingin memberi sedikit kejutan pada Alyssa."
Dengan masih setenang lautan, aku mengutarakan alasan tanpa rasa malu membeberkannya pada siapapun yang ingin mengetahui apa tujuanku sebenarnya.
"Sok-sokan jadi laki-laki misterius, lu. Alyssa ada di dalem, lagi masak buat sarapan pagi."
Namun pada akhirnya jika aku bisa mengendalikan keadaan tanpa merasa tergesa-gesa, aku mendapatkan sebuah jawaban yang langsung mengarah pada inti pertanyaan.
"Saya izin untuk masuk, ya, Bang?"
"Gak ada. Lu diem aja di teras, cukup ketuk pintu dan panggil sesuatu yang emang jadi tujuan lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana, semestaku hanya tentangmu. (END)
RomanceBukan, ini bukan sepenuhnya tentang kisah cinta. Ini tentang perjalanan seorang laki-laki yang berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarganya, untuk sahabatnya, dan untuk seseorang yang menjadi tumpuannya dalam melanjutkan kehidupan. Sebab, ia hany...