Adzan maghrib berkumandang.
Suara microphone yang berasal dari panitia kian menggema seperti terompet menjelang tahun baru volumenya lebih keras dua kali lipat dari yang biasanya.
Mungkin ia menggunakan fasilitas khusus yang dimiliki Pantai ini, guna fungsinya untuk menarik perhatian setiap manusia yang sedang dituju.
Senja yang memancarkan warna jingganya secara merona tadi kini hilang, ditelan habis oleh malam.
Rembulan perlahan melambung tinggi ke langit, menggantikan posisi mentari yang waktunya tlah habis.
Riuh debur ombak yang tadi sempat senyap karena tertutupi gemuruh orang-orang yang berada di sekitarnya mulai kembali terdengar, angin pantai pun semakin mencolok keberadaannya."Alyssa, aku perlu kembali. Kita akan bertemu lagi dilain hari ketika sudah mempunyai waktu kosong masing-masing."
Aku mencoba melepaskan genggaman perlahan dengan tersenyum, namun ia mengelak dan membuat tangan kami terikat semakin erat. Jemari yang mungil itu mencoba merengkuh seluruh jemari ku yang ukurannya sangat jauh berbeda dengan jarinya.
Alyssa menatap ku seperti terenyuh, ada pesan terselip dalam bola mata yang berbinar sendu itu."Ini untuk pertama kalinya, aku mendengarmu mengatakan 'aku' pada dirimu sendiri."
Aku tersenyum saat mengerti arti dari tatapannya yang penuh makna itu.
"Sudah waktunya, Alyssa. Sudah seharusnya juga, bukan?"
Alyssa terdiam setelah mendengar ku berbicara, menatap dalam dengan raut wajah yang penuh keheranan, dalam isi kepalanya mungkin ia sedang bertanya-tanya apa maksud perkataan yang ku sampaikan.
"Sudah. Tidak perlu bertanya-tanya dan bergumam dalam hati. Nanti, kamu pasti akan mengetahui apa maksudku ini."
Aku mengusik diamnya dengan memberi sebuah pernyataan yang nanti akan ia pahami ketika semuanya sudah berjalan dan waktu menyetujui untuk memberi jawaban.
Aku mengusap punggung tangannya dengan pelan, mencoba memberi isyarat sebelum melepaskan melepaskan kembali genggaman.
Akhirnya Alyssa pun mengerti, menerima dengan lapang meskipun sebenarnya ia ingin lebih lama.
Sungguh, aku pun tidak ingin melepas tangan yang membuat ku merasa seperti rumah itu.
Jika boleh mengatakan dan menentang, aku ingin terus bersama, menikmati waktu dan kondisi apapun berdua.
Hanya dengannya, dengan Alyssa saja.
Namun, dunia tetap perlu berjalan. Meski seringkali waktu begitu egois, tapi dia mempunyai kadar terhadap porsi yang memang perlu asupan pada porosnya ini."Sampai bertemu lagi, bidadari yang merepotkan diri sendiri menjelma menjadi manusia lalu turun ke bumi untuk mewarnai hari-hariku. Aku mencintaimu hari ini sampai nanti waktu berhenti dari dunia ini!"
Aku berteriak seraya perlahan menjauh, dan Alyysa hanya tersenyum menatap tingkah laku ku.
Meskipun sebenarnya langkah terasa sarat, nafas pun berdengus begitu berat karena akan pergi meninggalkan wanita yang baru saja resmi menjadi kekasih ku.
Aku menyadari, setelah berteriak seperti itu, banyak sekali yang memerhatikan, aku tetap tidak peduli. Kalau saja disitu ada yang berani berkomentar, tentang cara ku bersikap, sudah ku pastikan itu adalah kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya."Bahkan jika seisi dunia ini mengutuk cinta kita, persetan!
Aku akan tetap gagah menentang dan menyatakan terang-terangan bahwa untuk Alyssa aku tidak akan pernah menyerah, meskipun nyawa jadi konsekuensinya."Aku bergumam dalam hati, saat berbalik arah sambil berlari kecil.
Aku tidak menoleh ke belakang lagi saat sudah membulatkan tekad untuk pergi meninggalkan gadis kecil itu.Saat sampai ditempat tadi yang ku hinggapi dengan Wisnu, aku sudah tidak melihat lagi dia disana.
Lalu aku mengira bahwa dia ada diatas, di tempat penyimpanan barang kami berdua, Saung yang beralas kayu jati di atasnya poho jati itu, tapi tetap tidak ada.
Setelah ku sadari bahwa barang-barang sudah tidak berwujud sama sekali, aku berpikir bahwa dia tlah membawa pergi, kembali ke Bus sendiri. Ah, sial. Aku memberikan beban padanya, sementara aku disini, malah asyik menyusun kebahagiaan.
Bodohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana, semestaku hanya tentangmu. (END)
RomanceBukan, ini bukan sepenuhnya tentang kisah cinta. Ini tentang perjalanan seorang laki-laki yang berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarganya, untuk sahabatnya, dan untuk seseorang yang menjadi tumpuannya dalam melanjutkan kehidupan. Sebab, ia hany...