Broke

31 28 0
                                    

Malam harinya, aku berkali-kali mencoba menghubungi Alyssa namun tidak ada jawaban. Pesan yang ku kirim tak kunjung dibaca, panggilan masuk pun terus-menerus ditolak.
Hingga pada akhirnya, aku kalah.
Aku menyerah untuk usaha mengembalikan suasana.

Tiba-tiba masuk panggilan dari nomor tidak dikenal.

"HALO?!"
"LU ABIS APAIN ADIK GUA BANGSAT!"

Manusia memang tidak pernah memakai etika ketika amarah sedang berkuasa. Ya, itu Abang Alyssa.
Meskipun sedang tidak seimbang, aku tetap menjawab dengan tenang.

"Bang, bisa ketemu?"
"Biar saya jelaskan secara langsung—"

Dengan masih menggunakan nada tinggi dia memotong pembicaraan.

"Nggak usah banyak ngomong!"
"Lu samperin gua sekarang!"
"Gua shareloc lokasinya di japri!"

Lalu ia mematikan telepon.
Ku lihat chat yang dikirimkan, lokasinya ternyata dia mengajak bertemu di Taman Gor Saparua.
Aku bersiap lalu berangkat.

Sesampainya di tempat yang di janjikan, aku hendak mengabari dengan menelepon.
Belum sampai pada niat, ada yang menarik jaket ku dari belakang.

"DASAR BRENGSEK!"
"PENGECUT ANJING!"
"LAKI BISANYA NYAKITIN CEWE, DASAR BANCI!"

Aku tersungkur, akibat pukulan yang mendarat tepat di wajah ku.
Ya, itu Abang Alyssa.
Tanpa basa-basi dia langsung melakukan aksi.
Namun, aku tidak berniat untuk melawan.
Karena sebelum ini terjadi aku sudah mendapat sinyal dari firasat, dan ternyata benar kejadian.
Aku merasa mendapat kelayakan setelah menerima pukulan, karena ini seperti bentuk sebagian dari penebusan salah.
Jangankan Abang Alyssa, aku sendiri pun mungkin bisa melakukan hal yang lebih kejam jika satu dari keluarga ku tersakiti.

Tak lama setelah membuat ku jatuh, ia langsung pergi.
Aku berusaha untuk berdiri dan bangkit kembali, lalu tiba-tiba  seseorang yang tidak dikenal datang menghampiri.

"Nggak kenapa-napa, mas?"

Respon ku hanya melirik, sama sekali tidak tertarik untuk memberikan jawaban.
Aku langsung beranjak pergi dari pandangan, dan naik ke motor untuk pulang.

Sepanjang perjalanan, ingatan ku terus-menerus dihantam oleh bayangan Alyssa. Tidak terlepas, melekat begitu pekat.
Jika di pikirkan perbuatan yang sudah terjadi tadi, itu cukup setimpal untuk aku pertimbangkan.
Ikatan darah mana yang akan terima jika anggota yang lainnya terluka, apalagi perihal hati masalahnya.

Dan tidak terasa, tiba-tiba aku menjatuhkan air mata. Entah apa sebab jelasnya, aku merasakan sakit yang tak biasa.
Bukan tentang pukulan yang di jatuhkan oleh Abang Alyssa tadi, bukan juga tentang perihal kejadian pengeroyokan tadi. Tidak, sangat tidak.
Aku menitihkan karena tidak sanggup menerima realita.
Begitu kejam, menjatuhkan tanpa memberi sedikitpun tanda.

Renjana, semestaku hanya tentangmu. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang