Sebuah awal untuk kejutan.

13 23 0
                                    

Setelah selesai sarapan bersama dengan keluarga Alyssa, aku duduk di teras rumah untuk menunggunya bersiap-siap.
Lagi dan lagi aku merasa hadirku sangat merepotkan, sebab Ibuk Alyssa menyuguhkan beberapa makanan ringan dan membuatkanku secangkir kopi. Katanya, untuk menemaniku dalam menunggu putrinya yang sedang menyiapkan sesuatu sebelum pergi denganku.
Aku merasa sangat tidak enak karena kenyataan ini benar-benar diluar dugaan. Yang ku harapkan sebelum sampai disini hanyalah datang lalu pergi, tapi ternyata tidak, ini seperti kebalikan dari semua yang sudah terukir sempurna dalam skenario pikiranku.
Hal apa lagi yang perlu di jalankan selain menerima, bukan?

Cukup memakan waktu yang bisa dibilang tidak sebentar ketika menunggu Alyssa bersiap-siap, sehingga pada akhirnya sesuatu yang sudah di nantikan hadirnya tiba di depan mata. Aku benar-benar dibuat menganga ketika melihatnya sangat berbeda dari sebelumnya, dia benar-benar terlihat sempurna tanpa cacat dalam menyiapkan semua untuk di persembahkan. Sekarang aku mengerti mengapa perempuan sering kali menghabiskan waktu yang panjang ketika menyiapkan sesuatu.

"Maaf, ya? Sudah membuatmu menunggu lama."

Katanya dengan raut wajah berair menahan rasa ragu dan malu karena gugup, seperti sedang mempresentasikan sesuatu proses yang melahirkan hasil dari apa yang tlah ia buat kepada banyak orang.
Entah aku yang memang sedang merasakan perasaan jatuh cinta, atau mungkin kenyataan mengatakan seperti apa yang sedang ku lihat.
Dia tampak sangat cantik sekali memakai kaos putih polos dibalut jaket cardigan berwarna marun dan celana vilour yang warnanya selaras dengan jaket, juga tak lupa tas selendang yang berukuran kecil untuk menyimpan pernak-pernik yang di bawanya.
Nuansa yang benar-benar tidak salah arah ketika di padukan.

"Tidak apa-apa, tenanglah. Menunggumu sampai berapa lama pun waktunya, akan ku tunggu. Asalkan aku tetap bisa menikmati paras cantikmu setiap setelah selesai menunggu itu."

Karena terkejut, perasaanku tidak bisa diatur dan pada akhirnya tanpa sebuah rencana aku melontarkan pernyataan itu.
Alyssa hanya tersenyum dengan pipi semu kemerahan.
Sesudah aku berbicara seperti itu, terdengar suara berdeham dari Abang Alyssa. Dan tak lama, disambung oleh hadirnya Ibuk di hadapan kami berdua.

"Sudah siap, Put?"

"Sudah, Bun."

"Ya sudah, hati-hati. Oh iya satu lagi nak Rayyan. Masih ingat, kan?"

"Ingat, Buk."

"Cerdas. Tidak salah Putri memilih Pria seperti kamu."

Aku tersenyum.
Entah mengapa aku pun bisa langsung dengan tangkas bersikap seperti itu, seolah semuanya seperti sudah tersambung secara otomatis.

"Kami berdua pamit, ya, Buk."

Aku menyalami Ibuk dan Abang Alyssa seraya tanda pertemuan akan segera berakhir.

"Jagain adek gua, awas kalau lu berani macem-macem. Put, bilang kalau dia sampai apakan kamu, ya?"

Ketus Abang Alyssa dengan nada kesal, ia meluapkan rasa cemburunya lewat kata-kata.
Sekarang, aku mengerti apa kata Ayah Alyssa waktu itu setelah menyaksikan dengan langsung sikapnya yang seperti ini.

"Iya, Abangku yang super duper bawel."

Alyssa menjawab perkataan Abangnya dengan sedikit ejekan agar suasana tidak begitu tegang.

"Sekali lagi saya dan Alyssa izin pamit, Buk, Bang. Assalammualaikum."

Kali ini aku benar-benar menutup percakapan dan kami berdua berlalu untuk segera memulai perjalanan.

"Kita mau ke mana, Ray?"

Sebelum naik ke atas motor, Alyssa bertanya arah tujuan kita akan pergi ke mana.

"Rahasia, bukan? Pada intinya, aku akan membawamu ke tempat yang mungkin belum pernah kamu singgahi sebelumnya, dan jika ternyata benar, kamu pasti akan menyukainya."

"Kamu ini benar-benar lelaki dengan sejuta teka-teki. Baiklah kalau begitu, akan aku ikuti alur permainannya."

"Ini bukan sebuah permainan, melainkan kejutan-kejutan untuk membuatmu senang."

Alyssa tersenyum seraya tersipu malu, lalu segera naik ke atas motorku setelah itu.

Di perjalanan, kami benar-benar menikmati waktu yang terabadikan oleh momen hidup masing-masing.
Benar kata banyak orang, dunia manusia yang sedang jatuh cinta selalu merasa bahwa dunia ini milik berdua. Yang lain hanyalah manusia yang hidup menanggung kontrak pada kami sebagai pemiliknya.
Persetan apa yang di bicarakan orang-orang tentang perasaan yang sedang kita jalin berdua, selagi tidak mencoba merusak, maka kehidupan akan baik selamanya.
Aku selalu bersyukur karena semesta tlah mewujudkan harap yang belum pernah ku perkirakan dengan hadirnya Alyssa disini sekarang, di kehidupanku yang sebelumnya sangat pelik terhadap segala dambaan.

Renjana, semestaku hanya tentangmu. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang