Matur Suksma, teman-teman.
Akhir dari cerita ini hanya bisa saya sajikan dengan sekian.
Mohon maaf apabila banyak kalimat yang menyinggung perasaan atau bahkan kembali membuka luka yang sempat tersimpan sejak lama.
Maaf pula atas kebodohan dalam merangkai kosa kata yang sering kali di luar kendali.Saya, Ahmad Maulana Nurhafidz. Selaku manusia biasa yang memiliki banyak sekali hal terpendam di benak dan perasaan pamit undur diri dari cerita ini.
Sudah cukup bagi saya menguak tuntas sebuah gumpalan yang menggenang di inti kepala dan ulu hati selama beberapa tahun.
Kini, terlepas sudah semuanya. Penantian yang kian sekali saya dambakan untuk sampai, tiba juga. Dan, ya, terima kasih sekali lagi. Untuk banyak hal yang kurang memuaskan dalam menyampaikan segala hal, untuk banyak hal keliru saat menempatkan bahasa dalam bait kalimat, untuk seluruh ekspetasi yang tidak berujung mendarat sempurna. Karena, memang seperti demikian ternyata alur bekerja semesta. Begitu misterius untuk dianggap serius, sebab tak jarang pula ia melakukan hal seperti yang dilakukan makhluk hidup di dalamnya, yaitu bercanda.Maka, tenanglah. Diamlah.
Dan tetaplah mengalir layaknya air yang terus melaju menuju muara pelabuhan. Biarkan semua kenyataan pahit dan takdir yang pelik mendewasakan semua yang tercipta.
Tidak perlu berlari, cukup berjalan, memangnya tidak lelah jika terus menarik pelatuk tanpa mengisi ulang kembali untuk sebuah tembakan yang mungkin akan menghasil sasaran sempurna?
Maka dalam hidup, memang diperlukan menjadi air untuk setiap api yang menyala-nyala.Sedikit memperjelas pula tentang arti pulang dari cerita ini adalah sebuah penerimaan yang perlu diterima dengan paksa meskipun sebenarnya selalu sulit menjalani sesuatu yang tidak pernah kita inginkan.
Ya, cerita ini saya ambil dari kisah saya bersama seseorang di masa lalu.
Tidak terlalu pasif memang dalam reka adegan-adegan yang tercipta, namun memang berdasarkan kisah yang pernah ada.
Dan ia, adalah sosok yang mampu membuat saya merasa bahwa hanya dengan ialah saya bisa hidup, dan jika ia pergi, maka dunia saya pun ikut mati. Tetapi, garis kehidupan ternyata tidak seperti demikian. Buktinya, saya masih bisa bernafas meskipun terkadang tidak tenang dalam mengeluarkan setiap hembusan. Dikarenakan piciknya ego pikiran dan rumitnya perasaan, yang membuat saya selalu kesulitan dalam menjalani hidup tenang.Berikut, ya, inilah hidup. Banyak sekali kejutan yang tidak pernah tersangka lewat kepala.
Nikmati saja, pelan-pelan. Jangan sampai hilang dan pergi hanya karena cobaan-cobaan yang tercipta untuk membuatmu satu langkah lebih dekat dengan banyak keperluan yang menanti di depan mata.Sekali lagi, terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana, semestaku hanya tentangmu. (END)
RomanceBukan, ini bukan sepenuhnya tentang kisah cinta. Ini tentang perjalanan seorang laki-laki yang berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarganya, untuk sahabatnya, dan untuk seseorang yang menjadi tumpuannya dalam melanjutkan kehidupan. Sebab, ia hany...