2021 | with Johnny

990 115 22
                                    

[17+]

"Bunda,"

Mina menoleh, tangannya tertahan ketika hendak mematikan lampu tidur. Ia menatap sang putri.

"Ya, sayang? Kenapa?"

"Ayah kapan pulang?" merengut dan cemberut sambil bertanya, dibanding dengan Mina, Johnny lebih dekat dengan Mika, putri mereka yang berusia enam tahun.

Mina hanya bisa tersenyum, mengusap dahi Mika sambil menenangkan putrinya.

"Mika ingin menyampaikan sesuatu pada Ayah? Biar nanti Bunda— " ucapan Mina terhenti ketika keduanya mendengar suara pintu kamar terbuka, memperlihatkan Johnny dengan senyumannya, hanya untuk Mika.

"Ayah!"  Mika terbangun dan menghambur pada pelukan Johnny yang mendekat, sementara Mina memundurkan diri, keluar dari kamar sang putri.

**

Menikah enam tahun lalu, didasari kehamilan Mina yang berusia empat minggu. Saat itu, keduanya tidak saling mengenal, hanya bertemu dengan alasan untuk menghibur diri, namun berakhir di ranjang yang sama.

Sebagai pria bertanggung jawab, sebelum pergi di pagi hari dan menyadari bahwa kemungkinan Mina akan hamil, Johnny meninggalkan kartu namanya di atas tas milik Mina.

Lantas, kenapa Johnny dan Mina mampu bertahan dengan keadaan  sama-sama tersiksa? Karena keduanya bukan seperti suami-istri pada umumnya.

Mika, adalah jawaban dari itu semua.

Belum pernah rasanya Johnny tak menghangat ketika tangan mungil itu menggenggam jemari telunjuknya, dan setiap pertumbuhannya yang tak ingin Johnny lewati.

Semuanya indah, kehadiran Mika adalah pilihan yang tepat.


Hanya saja, ia belum mampu menerima Mina seutuhnya. Perjanjian keduanya sebelum menikah, yaitu...

"Kita besarkan anak yang ada di perutmu bersama-sama. Namun, aku masih belum bisa...."

"Aku mengerti, Mas. Hanya demi bayi ini. Tidak ada yang lain."

Ya, tidak ada yang lain. Tidur dalam kamar yang sama, meski di ranjang terpisah, perjanjian untuk bebas menjalin hubungan dengan wanita atau pria lain, tak ada obrolan yang banyak kecuali tentang Mika.

Suami—Istri hanyalah status semata.

"Aku kira kamu belum pulang," ucap Mina pelan ketika melihat Johnny menutup pintu kamar Mika, Mina terduduk di sofa menunggu suaminya keluar.


"Sudah," jawabnya singkat, Mina mengangguk.

Enam tahun bersama tapi tidak merasa sama-sama. Mungkin itu yang tepat menggambarkan keadaan keduanya. Mengobrol hanya sedikit, baik Mina atau Johnny saling menjaga privasi masing-masing.



Namun, Johnny tau akhir-akhir ini Mina rutin mengobrol dengan Doyoung, salah satu orang tua tunggal dari teman Mika di sekolah.


"Mas, kalau mau makan— "

"Aku kenyang." jawab Johnny, namun lelaki itu berjalan ke dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih.


"Hubungan kamu lancar?" tanya Johnny sambil meneguk air didalam gelas tanpa menoleh pada Mina yang tengah mengerutkan dahinya.


"Hubungan?"


"Ayahnya Kala, maksudku. Doyoung." Johnny menyimpan gelas pada counter, menatap ke arah Mina menunggu jawaban.


"Oh, baik-baik saja. Kita tidak bermusuhan." hampir Johnny tersedak, namun....


"Kamu dengan Sowon? Bagaimana?"


"Aku rasa, kamu sudah mengetahui tentang Ayahnya Kala. Jadi aku juga penasaran bagaimana hubungan mesra dengan sekretaris kesayangan kamu itu?" sambung Mina yang membuat Johnny tertawa, nada tertawa yang meremehkan.


"Kamu cemburu?" tanya Johnny yang membuat Mina mati-matian menyangkal.


Tak apa, komunikasi mulai terbangun. Meski saling menuduh satu sama lain. Perdana dalam enam tahun.


Oh, jadi caranya membangkitkan suasana adalah dengan membahas orang lain.


"Aku tidak akan melarang kamu, jadi— "

"Aku juga tidak akan menghalangi kamu dengan Sowon kalau kalian ingin menikah, Mas."

"Aku masih waras, masih memikirkan Mika."  timpal Johnny mendekat pada Mina, berdiri sambil melipat kedua tangannya.

Tak mau kalah, Mina juga berdiri dengan posisi serupa.

"Aku juga masih memikirkan Mika. Jadi jangan menuduhku yang tidak-tidak." Johnny terdiam.


"Aku dengan Mas Doyoung hanya berteman biasa, kalau kamu dengan Sowon kan beda. Entah sudah sejauh apa hubungan dan apa yang kalian laku...kan— " Mina memundurkan tubuhnya, ketika Johnny melangkah mendekat hingga pinggang Mina menubruk kepala sofa.


"Kamu tidak suka dituduh, tapi kamu sendiri menuduh asal pada orang yang tidak melakukan apa-apa." Mina tertawa, sarkas.


"Aku rasa sulit buat kamu menahan semuanya, Mas. Tidak ada laki-laki yang benar kuat apalagi sudah pernah merasakan sebelumnya." Johnny balas tertawa pada pembicaraan Mina.

"Aku betul-betul tidak menyangka. Diluar kamu amat polos dan penurut, tapi inikah kamu yang sebenarnya?" Mina terdiam, hampir tak berkedip,— ada apa dengannya hari ini...

"Tetapi, pemikiranmu cukup menarik." sambung Johnny, ia lebih mendekat ke arah Mina, Mina bisa merasakan aroma cologne Johnny menguar dari sisi-sisi tubuhnya.. sesak.


"Aku rasa itu juga berlaku untuk kamu. Bagaimana kamu bisa menahannya selama ini?" suara Johnny berubah menjadi berat ketika mengatakan itu, tak sadar— belaian halus pada pipi dan rambut Mina juga membuat Mina bergetar pada tangan yang kini meremas kepala sofa.



Mina sedikit memalingkan wajahnya, namun wajah Johnny semakin mendekat. Sedikit menyesuaikan, Johnny turun pada sisi kiri leher Mina, menghembuskan nafasnya dengan berat dan membuat Mina merinding seketika.

Tepat ditelinga kirinya, bisikan itu...


"Mau mencoba tidur bersama lagi?" bisik Johnny yang membuat Mina menggigit bibirnya kuat-kuat, bentuk pertahanan.


Terakhir tidur bersama yaitu enam tahun lalu, saat membuat Mika.


Sekilas Johnny memperhatikan, wajah Mina dari dekat amat sangat cantik, tak heran Mika mendapatkan wajah yang sempurna.
Tak lupa mata Johnny tertuju pada tubuh Mina, yang malam ini dibalut gaun tidur berwarna lilac , yang ia rasa tak bisa jika harus pria lain melihat apa yang tampak maupun dibalik dari yang istrinya kenakan hari ini.

Mina berdeham, namun Johnny tak bergeming. Mina mati-matian menahan nafas dan suaranya ketika Johnny mengecup leher dan bahunya bergantian.

"Mas..." hendak mendorong kepala Johnny, namun pergelangan tangan Mina berhasil ditahan oleh sang suami, ditempatkannya pada tengkuk Johnny, menekannya lebih dalam lagi.


Malam itu, semuanya terulang lagi.


🌸🌸🌸🌸

[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang