"Bun"
"Hari ini aku pulang jam sembilan ya, oh iya Bun, teman lamaku mau makan malam dirumah."
"Satu orang kok,"
"Oke, uang belanja bulanan udah aku tambah dan transfer ke kamu. Makasih ya, see u."
Johnny menutup sambungan, ketika selesai menelpon sang istri, ia tersenyum pada seseorang disampingnya.
"Istri gue." Ucapnya, bangga- jelas.
"Gue gak tau malah lo udah nikah, pinter banget sembunyinya." timpa sang sahabat, Taeyong.
"Ketemu dimana sama istri?" Johnny terdiam, ia hanya tertawa canggung- bingung juga harus menjawab apa.
"Ya ketemu aja, terus ya gitu hehe." Jawab Johnny, Taeyong hanya mengangguk.
"Oh ya, ceritain juga dong kenapa lo balik lagi kesini? Ada yang belum beres ya?" Tanya Johnny.
"Iya, mendadak disuruh ngurusin proyekan di Bandung, jadi ya mau gamau balik lagi, padahal udah betah di Milan."
Obrolan memanjang, sampai pada akhirnya Taeyong membatin,
"Mina, gue pengen ketemu Mina."
**
Suara deru mobil yang memasuki carport membuat Mina tersenyum dari dalam kamar, ia segera merapikan baju dan rambutnya. Seketika menengok jam dinding, sudah pukul sembilan.
Makanan yang ia masak masih hangat tersaji diatas meja makan, aromanya tercium lezat. Mina segera keluar kamar, Mika sudah tidur dan membuat Mina mau tidak mau menyambut tamu dan suaminya seorang diri.
Pintu dibuka, Mina yang tengah berdiri menyambut dengan senyuman, yang luntur ketika Johnny memperkenalkan sosok teman padanya.
"Mina, ini Taeyong. Taeyong, ini Mina." Taeyong tersenyum, mengulurkan tangan tanpa ragu, Mina menyambutnya dengan tangan sedikit bergetar.
"Selamat datang," ucap Mina canggung, meski sedikit terkejut Mina mencoba bersikap biasa saja agar sang suami tidak curiga.
"Terima kasih," tutur Taeyong sambil melepaskan jabatan tangan mereka, Johnny seketika merangkul bahu Mina dan mencium pelipis Mina.
"Mika- "
"Sudah tidur, Mas. Mas mau mandi dulu? Atau bagaimana?" Tanya Mina, berharap Johnny tak memilih mandi- pertanyaan Mina membuat Johnny menatap Taeyong.
"Gue mandi dulu gapapa?" Taeyong mengangguk tanpa ragu, Mina menghembuskan nafasnya dengan gelisah, mengekor dibelakang Johnny dengan Taeyong.
Taeyong dipersilahkan duduk terlebih dulu, ia duduk di kursi tamu dan menatap seluruh hiasan di ruang tamu. Foto keluarga, foto pernikahan, foto saat Mina mengandung, dan- semua itu berhasil membuat Taeyong bergejolak- cemburu.
"Mas, bajunya disini ya." Johnny mengangguk sambil melepaskan dasi dan ikat pinggangnya.
"Kamu temenin tamu kita ngobrol aja dulu, aku mandi ya." ucap Johnny sambil mencium pucuk kepala Mina, membuat Mina tak ada pilihan lain.
Mina menuruni tangga, Taeyong melihatnya dari kejauhan. Sama, masih sama. Mina selalu cantik dimatanya. Seperti pertama kali mereka bertemu saat itu.
"Lama gak ketemu, Mina." ucap Taeyong, saat Mina mendekat. Tak terlalu dekat, Mina berdiri sedikit menjauh dari Taeyong.
"Kamu mau apa kesini?" Tanya Mina,Taeyong tersenyum kecil.
"Ada yang harus kita beresin, Mina. Ada yang harus aku tanya, tentang keberadaan dimana kamu selama ini, dan kenapa kamu ninggalin aku waktu itu?"
"Dan ternyata, kamu nikah sama temanku sendiri? Lucu." Mina tertawa mendengar pertanyaan Taeyong. Membuat Taeyong terheran.
"Dari awal, kita gak ada apa-apa. Kita cuma dijodohin, dan akhirnya itu gak berlaku karena orang tuaku pergi selama-lamanya. Kamu gak perlu terlalu serius sama aku- "
"Kenapa? Disaat aku betul-betul cinta sama kamu dan- "
"Cukup. Aku udah tau semuanya. Perempuan-perempuan simpanan kamu, dan niat kamu kalau kita dulu jadi menikah." Taeyong menggigit bibir bawahnya, ia menatap Mina dengan tajam, memang- dahulu ia menikahi Mina hanya untuk mempertahankan posisinya di perusahaan.
"Dan sekarang, aku udah punya suami, aku udah punya anak. Tolong jangan ganggu aku lagi." Mina memundurkan tubuhnya, namun Taeyong segera menarik tangannya, menarik Mina juga kedalam pelukannya.
Mina meronta, jelas. Ia memukul Taeyong dan segera melepaskan pelukan mereka, Mina sedikit menepuk-nepuk lengannya.
"Jangan kurang ajar. Aku udah gak punya hubungan apa-apa lagi sama kamu." Mina membalikkan tubuhnya, lalu segera berjalan menuju ruang makan, tapi perkataan Taeyong membuat langkah Mina terhenti.
"Aku bakalan rebut kamu dari Johnny. Liat aja." Tuturnya, membuat Mina memejamkan mata, lalu menggelengkan kepalanya.
"Semua orang boleh mimpi. Tapi sayangnya mimpi kamu terlalu tinggi dan ga akan pernah tercapai." Kata Mina, sebelum saatnya ia memasang wajah baik-baik saja ketika Johnny menuruni tangga.
***
Johnny tersenyum, saat ia merasakan tangan Mina pada perutnya, memeluknya dengan erat-erat, ia membalikkan badan, lalu melihat istrinya yang masih terjaga.
Kecupan demi kecupan singkat ia berikan pada Mina, di dahinya, pipinya, bibirnya, dan kedua matanya. Johnny juga memeluk Mina erat-erat.
"Kamu tumben belum tidur." Tutur Johnny, Mina hanya tersenyum tidak menjawab, satu tangannya terulur mengusap pipi Johnny, lalu menggenggam tangan suaminya.
"Mas.." Johnny bergumam, menyahut.
"Kita akan seperti ini terus, kan? Bertiga. Aku, kamu, dan Mika." Johnny mengusap rambut Mina, menciumi tangan Mina.
"Tidak yakin." jawabnya, yang membuat Mina sedikit kecewa merengut sedih.
"Karena aku rasa, membuat Mika menjadi anak tunggal adalah keputusan yang belum tepat." Mina tertawa seketika mendengar ucapan Johnny. Ia menarik tangan Johnny untuk memeluk pinggangnya.
"Kalau begitu, kita segera konsultasikan ke dokter, bagaimana? Kamu kapan ada waktu?" tanya Mina.
"Kapanpun kamu meminta waktu, aku akan selalu sempatkan." Jawab Johnny yang membuat Mina tersenyum dan segera mengecup bibir suaminya singkat- penuh kasih sayang.
"Terima kasih." ucap Mina, Johnny mengangguk lalu memeluk Mina kembali.
Keduanya sama-sama terlelap. Dalam dekap dibawah selimut yang sama. Dengan tangan saling bertautan, berharap tak akan pernah terpisahkan.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.