2023 | a secret

494 60 11
                                    

Mina berlari dengan cepat saat blankar turun dari ambulans. Disini, di rumah sakit pusat kota ia menepi bersama dengan putrinya yang kini terbaring lemah.

Mina menggenggam erat tangan putrinya yang memerah, bengkak, serta perawat membantu memompa kantung nafas untuk Kana. Mina menangis, tak henti ia menyalahkan dirinya sendiri sekaligus—

"PLAK!" saat Kana masuk kedalam ruang penanganan, Mina menampar dua orang dihadapannya. Orang pertama, wali kelas Kana, dan orang kedua, pengasuh Kana.

"Aku akan kirimkan gaji terakhirmu, kompensasimu, dan uang perjalanan untuk kau kembali ke tempat tinggalmu. Pergi, sekarang!" ujar Mina dengan penuh penekanan dan rasa kesal pada pengasuh Kana.


"Tapi— "

"Sekarang!" Teriakan Mina menjadi pusat perhatian, tak mau mantan majikannya ini menggila, sang pengasuh segera pergi dengan tergesa-gesa.

"Bu Mina.. maafkan saya. Saya mengaku tidak teliti." kini giliran wali kelas Kana yang berlutut, meminta maaf pada wanita yang menyandang status sebagai istri dari donatur terbesar di sekolah.

"Aku akan membahasnya nanti di pertemuan dengan komite orang tua. Pergilah." Mina tak banyak berucap, sebab dirinya kini menjadi pusat perhatian dan ia tidak suka. Segera wali kelas Kana meninggalkan rumah sakit, sementara Mina menghampiri tempat dimana putrinya sedang diberikan tindakan.

"Kondisinya mulai stabil, tinggal menyuntikan obat alergi saja, Bu." Ucap salah satu perawat, Mina bernafas lega, namun ada yang membuat lehernya semakin tercekat kala melihat—

"Ini pasien alergi yang baru datang?" Semua perawat menjawab dengan kompak kala seorang dokter perempuan berambut pirang masuk kedalam tempat dimana Kana mendapat pertolongan.

Kana diperiksa dengan hati-hati, dokter meresepkan obat kepada perawat disebelahnya untuk segera disuntikan.

Mina hendak berpaling, namun—

"Mina?" Panggilan itu membuat Mina menoleh kebelakang, dengan canggung, namun ia mencoba untuk biasa saja.

"Rose? Hai. Lo disini?" Mina bertanya, sambil berbasa-basi memeluk teman lamanya itu. Rose mengangguk pelan.

"Udah hampir lima bulan. Ngopi yuk didepan? Anak lo gak akan kenapa-napa, tenang." Ajakan Rose sulit untuk Mina hindari karena teman lamanya ini segera menarik dirinya keluar.

Mina akui hubungannya dengan Rose tidak terlalu baik semenjak lulus kuliah. Terlebih, saat Rose memilih mantan pacar Mina untuk dijadikan suami. Meski begitu, dua bulan kemudian Mina dipertemukan dengan Jaehyun, suaminya saat ini.  

"Lo kerja?" Mina mengangguk.

"Di toko perhiasannya Mami. Gak ada yang urus sejak Mami gak ada." Rose tersenyum mendengarnya.

"Pantes lo makin cantik, Mina. Kali-kali karena gue udah kerja disini boleh lah kita sering ketemu." Mendengar itu, Mina sedikit terkejut namun ia tetap mengangguk.

"Iya, Rose. Boleh kok. Minta kontak lo boleh? Biar gampang." Mina mencairkan suasana yang kemudian disetujui oleh Rose.

"Lo masih marah ga sama gue, Min?" Mina tertawa canggung.

"Marah? Kenapa?"

"Tentang mantan lo yang sekarang jadi suami gue." Mina tersenyum, menenangkan.

"Ngapain gue marah, itu kan udah takdirnya lo, Rose. Gue turut seneng." Sambung Mina, Rose tersenyum sambil menarik tangan Mina.

"Beneran? Makasih ya. Gue gak sempet bilang ini karena lo keburu pindah waktu itu kesini." Mina menyesap kopi cokelatnya, menahan rasa canggung pada dirinya.

"Anak lo alergi apa, Mina?"

"Cokelat, Rose."

"Dia gak bisa makan olahan cokelat. Apapun itu." Rose mengangguk.

"Dari bapaknya ya?"

Mina sedikit gemetar, mau tidak mau ia mengangguk. Memaksakan senyum. Sebab tak mungkin ia berkata iya, karena cokelat tengah ia minum saat ini.

Tak lama, perbincangan semakin kuat hingga sang penyelamat bagi Mina hadir, dalam sebuah bentuk panggilan telepon.

"Kana lagi sama Ayah sekarang?" tanya Mina.

"Mama lagi ketemu temen lama, bentar lagi kesitu ya. Tunggu." Ucap Mina sambil mematikan sambungan. Rose tersenyum, ia sedikit iri dengan kebahagiaan rumah tangga yang dimiliki teman lamanya ini.

"Rukun banget. Mau nambah anak gak, Mina?" Mina tertawa menanggapinya, Rose juga balas tertawa.

"Ntar dulu deh, Kana masih kecil, Rose. Lo sama June udah punya anak berapa?"

"Baru satu, kayaknya satu tahun dibawah Kana," Mina mengangguk, sebelum berpamitan pada Rose untuk terlebih dahulu menyusul ke rumah sakit.

Rose tersenyum getir, kala melihat punggung Mina melangkah jauh. Mengingat—

Suaminya alergi terhadap cokelat. Dan sebuah testpack yang ia temukan enam tahun silam di tas milik June.

**

[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang