2022| with Jeno

458 61 10
                                    

Bagi Jeno, kehidupan kampus adalah bentuk healing. Tak peduli nilai, tak peduli apapun. Ia hanya perlu reputasi demi mempertahankan nama sang Ayah disana.

Semua orang mengenalinya dengan julukan si anak kesayangan Dekan. Sebab faktanya memang Jeno adalah anak yang paling disayangi ayahnya. Dibandingkan kakak dan adik-adiknya.

"Jeno, Papa minta kamu belajar serius mulai sekarang. Kerjakan setiap tugas dari dosen. Papa capek harus manipulasi nilai kamu segimana banyak lagi." Di sela-sela makan siang pada ruang VVIP restoran bintang lima, Jeno hanya tertawa pelan.

"Aku juga nggak minta itu. Suruh siapa Papa menghancurkan impian aku demi keinginan Papa sendiri?" Sang Papa memejamkan matanya, ia menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menatap Jeno dengan tajam.

"Kamu itu masih untung Papa biayain, kasih makan, kasih kendaraan. Tanpa Papa kamu mau jadi apa? Ha?" Jeno tersenyum miring,

"Gak punya apa-apa kayanya lebih baik tau, Pa." Ucapnya, yang membuat Papanya kian meradang, menggebrak meja dan melempar gelas ke arah dinding.

Seolah terbiasa, Jeno meninggalkan ruangan itu tanpa basa-basi.

**

Tertidur lelap di kelas sudah bukan hal yang biasa bagi para dosen dan teman-temannya. Jeno diabaikan, di bangku belakang sebelum sebuah ketukan pada mejanya mengganggu mimpi indah Jeno siang hari itu.

Semua temannya tak ada yang peduli, mereka lebih sibuk memikirkan nasib asisten dosen yang mencari gara-gara dengan Jeno.

"Kamu, ambilkan kabel infokus yang bagus. Daritadi tidur terus saya perhatiin." Bentaknya, Jeno hanya mendengus. Setadinya ketua kelas hendak menggantikan, namun Jeno berdiri.

Seisi kelas merasa was-was, tak mau pertengkaran terjadi, tetapi respon Jeno kali ini benar-benar diluar nalar.
Anak itu berdiri dan melangkah keluar.

Bukan mengambil infokus, ia mencuci wajahnya dengan kasar. Sejenak memikirkan ucapan sang Ayah, ia segera melangkahkan kakinya ke ruang sarana prasarana.

Tampak kesibukan disana, para kakak tingkatnya yang sedang praktikum dan meminjam alat. Mata Jeno menangkap sesosok wanita didepannya. Wangi dari parfum yang manis menusuk hidungnya. Ditengah rasa penasarannya, pranata sarana prasarana menyambut Jeno dengan riang.

"Jeno butuh apa? Padahal gak usah jauh-jauh, bilang aja ke ibu via WA." Pranata lab berkata, namun Jeno tak menggubris, tatapannya bertemu dengan wanita didepannya yang kini berbalik ke belakang.

"Kabel HDMI, matkul Bu Dini." Pranata lab sibuk mencari, sementara Jeno menatap kembali pada sosok yang menjadi perhatiannya sedari tadi.

Wanita ini.. belum pernah ia lihat sebelumnya. Atau memang ia yang kurang mengeksplorasi?

"Eh, sorry." Gadis itu melangkah mundur kebelakang membiarkan Jeno maju ke depan untuk mengambil antrian.

"Nah dapet. Bu minjem ya! Ayo Mina!" Seruan dari lemari dalam membuat gadis itu tersenyum lepas. Gadis yang dipanggil Mina itu berbagi alat yang dipegang oleh temannya.

Jeno tampak penasaran. Terbukti ia belum beranjak sejak tadi meski kebutuhannya telah ada ditangannya saat ini.
Kepalanya menoleh kebelakang, melihat gadis yang dipanggil Mina itu sedang bercanda bersama temannya.

"Dia mahasiswa pindahan tapi luar biasa pinter banget. Cantik juga." Gumam Bu Solar, membuat Jeno kini menatap Bu Solar.

"Perempuan itu?" Bu Solar mengangguk atas pertanyaan Jeno.

[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang