"Biarkan saja. Dia tidak bisa hidup sengsara." tutur Papa Jung, memikirkan perkataan sang putra yang ingin bercerai dengan Mina.
"Padahal, Mina kurang sempurna bagaimana lagi. Aku tidak mengerti jalan pemikiran anak kamu." jawab Mama Jung.
Mina dan Jaehyun diundang untuk makan malam di kediaman orang tua Jaehyun, namun bukan kabar baik yang kedua orang tuanya dengar, malah mereka mendengar kabar Jaehyun yang ingin bercerai.
"Kamu boleh bercerai dengan Mina, hiduplah bahagia dengan wanita pilihan kamu. Namun— "
"Kembalikan seluruh aset yang kamu miliki, perusahaan, rumah, mobil, dan lain-lain. Papa akan memberikannya pada Mina." sambung Papa yang membuat Jaehyun dan Mina terkejut.
"Pa, gak bisa gitu. Aku sudah berusaha mencintai dan menerima dia tapi aku tetap gak bisa!" kata Jaehyun berapi-api, yang membuat Mina segera menggenggam tangan suaminya, namun di tepis dengan kasar.
"Papa tidak peduli." ujar Papa mengendikkan bahunya. Mina yang merasa tidak enak, merasa harus angkat bicara.
"Papa, Mama.. Kami tidak bisa memaksakan semuanya lagi. Aku dan Jaehyun sudah berusaha tetapi— " Mina menggantungkan kalimatnya, tersadar bahwa selama ini ia sudah berusaha keras agar Jaehyun menerimanya, meski usahanya tidak pernah dihargai.
"Kamu punya perempuan lain?" tanya Mama, spontan. Jaehyun menarik nafas dalam, menceburkan diri pada api— ia mengangguk.
"Aku mencintai dia. Aku tidak perlu berusaha keras untuk mencintainya. Karena dia yang aku mau." tutur Jaehyun, ada rasa sakit saat mendengarnya, Mina memejamkan mata dan menarik nafasnya dalam-dalam.
Papa mengangguk, "Bagus. Ini sudah menjadi alasan yang kuat untuk memberikan seluruhnya pada Mina."
"Coba saja, apakah wanita itu mau menerima kamu dalam keadaan kamu yang tidak memiliki apa-apa?" kata Mama. Jaehyun meremas rambutnya kasar.
Masih dalam keadaan bersitegang, Jaehyun dan Mina pulang ke rumah mereka.
Sesampainya dirumah, tak ada yang bisa Jaehyun lakukan selain mengomel, protes, dan mencaci Mina. Mina yang sedang memakai skin care hanya terdiam.
"Lihat diri kamu sekarang, pasti kamu merasa bangga dibela oleh orang tuaku." Cibir Jaehyun, Mina yang semula tidak bisa bereaksi, kini memutuskan untuk berbalik ke belakang, menatap suaminya.
"Jangan melimpahkan kesalahan dan kekesalan kamu padaku." tuturnya singkat, namun cukup untuk membuat Jaehyun diam.
Mina bisa menoleransi semuanya, asal tidak ada perempuan lain. Itu saja. Namun, berhubung Jaehyun yang mengakuinya sendiri, Mina tidak ada pilihan lain selain membenci Jaehyun.
Rasa cintanya masih ada untuk lelaki itu, tidak akan pernah hilang. Tetapi, kini ada setitik benci untuk Jaehyun. Yang lebih besar, Mina membenci dirinya sendiri.
"Menurut kamu saja, berselingkuh saat kamu memiliki seorang istri, apakah itu hal yang dibenarkan?"
"Memangnya kamu pantas disebut seorang istri?" timpal Jaehyun. Mina merasa kekesalannya memuncak.
"Aku sudah melakukan tugasku sebaik-baiknya mengurus kamu. Mengurus pakaianmu, mengurus makanan kamu, meski tidak pernah kamu makan. Aku juga menjaga nama baik kamu dihadapan kedua orang tua kita."
"Yang aku lakukan memang tidak lebih dari tugas seorang pembantu. Aku tidak bisa berperan sebagaimana seorang istri yang sempurna karena kamu tidak memberiku kesempatan." ujar Mina, Jaehyun hanya terdiam menatap Mina ketika wanita itu dalam puncak emosinya.
Seketika terpikir, Mina memang bukan seorang istri. Tidak, mereka bukan sepasang suami istri. Mina kadang iri dengan cerita sahabat-sahabatnya yang mendapat perlakuan baik dari suaminya.
Bagaimana bahagianya Eunha dan Jihyo mendapat ciuman setiap pagi, siang, dan malam dari suami mereka. Bukan hanya tentang hubungan badan saja, tetapi keberadaan mereka juga dihargai— itu yang membuat Mina teramat iri.
Baru kali ini Jaehyun melihat Mina marah. Tidak apa-apa, Mina berusaha menahan perlakuan Jaehyun padanya selama ini, dan mungkin kali ini tidak lagi.
"Aku juga tidak menyalahkan kamu jika kamu tidak bisa mencintaiku. Aku memang bukan wanita yang kamu mau. Tidak perlu berusaha keras lagi untuk berpura-pura, silahkan— ceraikan saja aku." ucap Mina, sadar akan kebodohannya selama ini bertahan dalam kehidupan rumah tangga yang terasa bermain-main.
Mina berdiri, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Jaehyun. Menatap pada lelaki itu.
"Aku tidak akan menahan kamu lagi. Aku juga akan bekerja sama dengan baik untuk perceraian ini." Mina meninggalkan Jaehyun yang masih berdiri, sementara Mina bersiap untuk tidur.
Tak lama, ketika Mina berbaring dan membalikkan tubuhnya, ia mendengar pintu kamar yang tertutup dengan kasar.
Mina menangis, semalaman.
**
Pagi hari, tidak ada aktivitas di dapur seperti biasanya. Saat Jaehyun turun menuju lantai satu, ia bisa melihat Mina tengah bersantai menikmati secangkir kopi dengan majalah diatas pahanya.
Tidak ada ucapan selamat pagi, tidak ada penawaran sarapan pagi. Jaehyun yang sudah bersiap dengan setelan kantornya sedikit merasa aneh dengan suasana yang seharusnya membuat dirinya tenang.
Bunga sweet pea masih ada diatas meja makan, tidak Mina singkirkan.
"Siang nanti, pengacaraku akan menghubungimu." Ucap Jaehyun, membuka percakapan, Mina yang matanya berfokus pada majalah kini menatap Jaehyun dan mengangguk.
"Baik."
Seolah menunggu jawaban lain, Jaehyun hanya terdiam dan menatap Mina yang kini malah berfokus lagi pada majalahnya.
Memperhatikan Mina— ia merasa ada sesuatu yang aneh pada istrinya itu.
Apa-apaan dengan rambut yang ditata sedemikian rupa, memberikan sedikit gelombang pada rambut lurus Mina. Ditambah dengan make up Mina hari ini— padahal istrinya jarang berdandan jika bukan acara penting. Dan, baju terusan diatas lutut yang dikenakan Mina. Karena biasanya, Mina hanya akan memakai rok dibawah lutut.
Merasa menjadi perhatian, Mina melirik Jaehyun.
"Tidak berangkat? Mau terlambat?"
Jaehyun berdeham, lalu memutuskan untuk pergi.
Tenang saja, aku akan menjadi bagian dari penyesalanmu yang paling besar. — kata Mina, dalam hati.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.