2020 | with Taeyong

1.5K 147 24
                                    


"Bangun, Mas. Cepat, nanti terlambat." ucap Mina lembut tepat di telinga suaminya.

Begitu ada tanda-tanda Taeyong terbangun, Mina segera melangkahkan kakinya keluar, menemani sang buah hati untuk sarapan pagi.

"Mama, boleh tambah sosis?" Mina mengangguk dan tersenyum, seraya menusuk sosis dihadapannya dengan garpu dan memindahkan pada piring putranya.

Sang putra kegirangan, senang.


Tak lama, Taeyong bergabung. Setelah mengecup pipi istri dan anaknya, ia segera sarapan.

"Papa pulang kapan?" tanya David, ketika Taeyong selesai menyesap teh yang disediakan Mina.

"Lusa pulang, kamu mau Papa bawain apa?" David mengangkat bahunya, "Terserah, kalau Papa baik.. bawa kucing." ucap David yang membuat Taeyong menatap sekitar, mencari Mina.

"Kata temanku, kalau kucingnya sudah ada, orang rumah pasti ikut unyel-unyel. Awalnya aja menolak. Mungkin Mama nanti gitu." Taeyong menghela nafasnya, mengangguk.


Selepas sarapan, Mina mengantar suami dan putranya menuju kesamping rumahnya dimana mobil Taeyong terparkir disana, Taeyong membuka pintu samping, membiarkan David masuk terlebih dulu.

"Mas, kopernya jangan lupa." tutur Mina, Taeyong mengangguk dan segera memasukkan koper di belakang mobilnya.

Teringat sesuatu,

"Ma, ada yang tertinggal. David, tunggu ya?" Sempat heran, namun saat Taeyong berjalan kedalam rumah Mina mengikutinya dari belakang.

Sementara David mengangguk dan menggumam.

"Kamu ketinggalan apa? Semalam kan kita packing sama-sama, masa—" Mina terdiam, saat Taeyong memeluknya erat.

Tersenyum dalam pelukan sang suami, lalu mengeratkan pelukan pada pinggang Taeyong dan mengusap punggung Taeyong lembut. Sementara Taeyong memejamkan mata, mencium surai hitam istrinya.

"Mas.."

Taeyong menekan tubuh Mina pada dadanya. Mina tersenyum, rasanya masih sama seperti tujuh tahun lalu. Tidak pernah berubah, itu yang Mina sukai dari suaminya.

"Sebentar saja," gumam Taeyong, Mina tertawa.

"Sebentarnya kamu itu, lama." Taeyong balas tertawa, kemudian merenggangkan pelukan mereka, merapikan rambut Mina, mengecup pipi dan bibir Mina bergantian, berkali-kali.

Siapa sangka, perjodohan yang awalnya ditentang mati-matian ini berakhir dengan bahagia. Mereka menyadari bahwa dipersatukan adalah takdir. 

Memeluk pinggang istrinya, menatap dalam dengan mata yang lembut, Mina mengalungkan tangannya pada leher Taeyong. Bibir keduanya bertemu, berciuman dengan lembut, diiringi dengan usapan Taeyong pada punggungnya, Mina membalas usapan pada tengkuk sang suami.

Taeyong masih sempat membalikkan posisi mereka, membuat punggung Mina kini menyentuh bagian atas sofa, dan ciumannya berubah menjadi lebih sedikit menuntut, ditambah dengan hisapan disela-sela ciuman tersebut.

Mina tersenyum, saat Taeyong mengecup dahinya dengan lembut dan lama, lalu mengecup singkat hidungnya, dan berkali-kali pada bibirnya. Hingga keduanya tertawa,

"Aku berangkat," Mina mengangguk, dan mengantarkan lagi sang suami menuju ke depan.

Lambaian tangan menjadi penutup, ketika mobil keluar dari rumah.

Di perjalanan, Taeyong sesekali tersenyum. Namun, bukan senyuman yang menjadi fokus dari David.

"Papa pakai liptint Mama?"

"Hah?"

"Di bibir Papa, merah. Atau minum fanta?" Taeyong segera mengarahkan kaca pada dirinya, benar saja. Mina mentransfer liptint pada bibirnya.

"Padahal sudah dibelikan yang transferproof." gumam Taeyong sambil tertawa.

"Apa?"

"Tidak."

Sadar putranya masih ada di samping.

[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang