Terbangun di pagi hari, Wonwoo terkejut ketika tak mendapati Mina disampingnya.
Tetapi, Wonwoo bisa melihat gorden yang telah terbuka lebar, menampilkan matahari yang baru saja terbit.
Ia juga menghembuskan nafasnya dengan kasar, ketika melihat baju kerja, pakaian dalam, dasi, dan kaus kakinya yang tersimpan dan tersusun rapi di atas ranjang.
Sebuah pesan, kamu kemana?
Wonwoo kirimkan pada sang istri, Mina.Bukan mendapat jawaban yang memuaskan, pesan Wonwoo terbalas kata : Gak tau.
Dan itu jelas membuat Wonwoo bingung.
Ya sudah, tidak apa. Mereka hanya membutuhkan ruang untuk saling menyendiri.
**
Sepulang dari kantor pukul tujuh malam, Wonwoo dapat melihat lampu taman menyala, dari pagar ia dapat menangkap cahaya dari ruang keluarga. Artinya, Mina pulang.
"Aku pulang." Tuturnya, tak menuntut jawab. Ia hanya melakukan hal seperti biasa.
Tanpa banyak berkata, Mina yang sedang sibuk di dapur menghampiri sang suami, mengambilkan tas kerja serta menaruhnya dengan rapi.
Mina juga melakukan hal seperti biasa, hanya saja— biasanya akan ada pertukaran kecupan atau usapan dari pelukan, kali ini— tidak ada.
Kembali ke dapur dan memasak makan malam, menjadi tugas Mina. Wonwoo naik menuju lantai dua dimana kamar mereka berada. Ia akan mandi, dan memakai baju pilihan Mina yang sudah tertata di atas ranjang mereka— seperti tadi pagi.
Lepas makan malam, Wonwoo akan mencuci piring dan membereskan meja makan. Sementara Mina terduduk di sofa sambil menyalakan televisi, raut wajahnya sulit diartikan, tampak pula tak menikmati butir demi butir strawberry berukuran sedang yang masuk kedalam mulutnya.
"Apakah sudah mau berbicara denganku?"
"Atau belum?" tanya Wonwoo, Wonwoo sambil duduk disamping Mina.
"Aku sedang makan." jawab Mina tanpa menatap ke arah Wonwoo, ia hanya memfokuskan matanya pada serial televisi yang bahkan tidak ia mengerti.
"Oh, baiklah. Aku tunggu hingga selesai. Mau minum?" tawar Wonwoo sambil melirik pada gelas air putih Mina yang sudah habis di atas meja.
Tanpa sadar Mina ikut melirik, lalu ekor matanya menatap mata Wonwoo.
"Baiklah, aku ambilkan." Wonwoo segera mengambil gelas Mina, lalu mengisinya dengan air sambil sesekali bersiul. Membuat Mina semakin yakin bahwa—
"Kamu anggap aku lagi bercanda ya?" tanya Mina.
"Tidak, makanya aku seserius ini ingin membicarakannya dengan kamu." Jawab Wonwoo, membuat Mina terdiam.
"Ayo, bicarakan saja. Masih tentang masalah Jennie, kan?"
Mina hanya mengangguk pelan.
"Aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan kak Jennie." kini Wonwoo yang mengangguk.
"Lalu?"
"Aku juga tidak suka kamu pulang larut malam kalau bersama dia."
"Aku tidak masalah jika kamu dengan kak Joy, kak Sana, atau kak Momo. Tapi aku tidak mau kak Jennie." jelas Mina.
"Tentu memiliki alasan, kan? Bukan hanya asal cemburu?" Mina mengerucutkan bibirnya, lalu mengangguk.
Gemas, Wonwoo tidak tahan ingin mengakhiri sesi ini, agar secepatnya ia cubit kedua pipi istrinya."Beberapa hari lalu kak Sana memperlihatkan instastory kak Jennie, dan itu foto saat kamu sedang makan di hadapannya. Tidak hanya hari itu, ia selalu mengupload ketika bertemu dengan kamu."
"Iya, aku tahu kalian hanya membicarakan project kantor. Tapi, aku tidak nyaman melihatnya." Sambung Mina, Wonwoo perlahan memajukan tubuhnya, lebih dekat dengan istrinya— ia mengusap surai kehitaman Mina dengan lembut.
"Orang-orang akan mulai berspekulasi, aku tidak mau itu terjadi." kata Mina lagi, sekarang dengan nada bicara yang melembut, sentuhan Wonwoo membuat redam amarah yang ia pendam beberapa hari terakhir.
"Termasuk kamu, ya?" tanya Wonwoo, tepatnya menggoda istrinya.
"Iya. Aku akan mengira, apakah wanita ini menyukai suamiku? Lalu orang lain akan berpikir kalian berdua tengah berpacaran." jawab Mina panjang lebar, lalu ia menarik nafas berkali-kali guna menetralkan emosinya.
"Baik, aku akan mulai menjelaskan." kata Wonwoo, satu tangannya menggenggam hangat tangan Mina.
"Mina, sayang.." Mina menatap mata Wonwoo, mencari jawaban dari keteduhan dunianya.
"Project ini akan selesai dalam waktu satu bulan. Aku akan banyak bertemu dengannya. Tentu itu membuatmu tidak nyaman, namun— aku akan pastikan hal-hal tersebut tidak akan terjadi lagi."
Mina terdiam namun mengerti, bagaimanapun ini ranah pekerjaan sang suami yang akan selalu ia berikan dukungan penuh.
"Kamu tahu aku tipe lelaki yang professional, kan?" Mina mengangguk, karena betul adanya.
"Tapi dia tidak. Dia seperti menyukai kamu." timpal Mina, membuat Wonwoo tersenyum.
"Haruskah aku memperingatkannya?" tanya Wonwoo, Mina berubah menjadi tidak enak.
"Ya.. bukan seperti itu, nanti dia sakit hati akan perkataan kamu. Aku tahu sekali apa yang akan kamu katakan." jawab Mina.
Wonwoo mengusap pipi Mina, beralih mengecup kedua tangan Mina bergantian.
"Terkadang kita memang sulit untuk jujur dengan perasaan sendiri. Namun aku rasa itu harus, mengingat akupun tidak nyaman jika ia mengambil fotoku diam-diam, dan mengunggahnya ke sosial media." jelas Wonwoo.
"Hmm, baiklah." sahut Mina.
"Ah ya, satu lagi. Mina..."
"Kenapa?"
"Bolehkah aku meminta satu hal? Jika masalah sedang terjadi di rumah kita, tolong untuk tidak meninggalkan rumah ini seperti tadi pagi." Melihat raut wajah sang istri yang tampak bertanya-tanya, Wonwoo melanjutkan..
"Ini, rumah kita. Rumah aku dan kamu. Apapun yang terjadi, pulanglah kemari. Jika kamu butuh waktu berpikir dengan berjalan-jalan keluar, pastikan aku mengetahuinya lebih dulu."
Mina kini beringsut maju, memeluk Wonwoo dengan hangat. Berbisik kata, "Maaf.." usapan pada tengkuk kepala Wonwoo melengkapi kehangatan, "Aku sudah berlaku seenaknya tanpa memperhatikan kamu." Sesal Mina, Wonwoo tersenyum lalu mengusap punggung Mina dengan lembut.
"Jadi, kemana tadi pagi kamu membawa dia pergi?" tanya Wonwoo sambil mengusap perut Mina yang sedikit menyembul membuat bentuk menggemaskan dibalik baju terusan yang dikenakannya.
"Ke taman, melihat bunga dan burung. Juga aku mengajaknya sarapan enak, banana pancake di cafe perempatan jalan." jawab Mina, Wonwoo tak bisa menahan kegemasannya kali ini, ia segera mencubit pipi Mina dengan lembut.
"Lain kali, ayahnya pun perlu ikut." tutur Wonwoo, Mina tersenyum dan mengangguk.
Selanjutnya mereka akan saling bertukar canda, tersenyum dan tertawa bersama-sama, mengusap perut Mina atau mengecupnya, memastikan bahwa nyawa yang tengah berada di perut Mina akan tumbuh di keluarga yang hangat dan bahagia.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.