***
Rumah duka kali ini diisi oleh beberapa kerabat dari orang tua Wonwoo, maupun kerabat dari Wonwoo dan Mina.
Suasana duka masih menyelimuti ruangan tempat dimana penghormatan terakhir dilakukan. Memakai pakaian duka serba hitam— Wonwoo dan Mina berdiri bersebelahan, menyalami para tamu.
Tak lupa, si kecil yang tak lepas dari genggaman tangan Wonwoo.
"Kamu temani Mama saja dulu." Bisik Wonwoo ketika mertuanya— orang tua Mina selesai memberi penghormatan.
Mina mengangguk, lalu Mamanya menarik tangan Mina dengan lembut untuk keluar.
"Dia tidak menangis sampai hari ini." ujar Mina, Mama Mina mengusap tangan putrinya.
"Siapa yang ingin menangis ketika air mata pun tidak mampu menjelaskan betapa sedih dan terluka hati seseorang, Mina."
"Percayalah, duka dan luka yang dirasakan suamimu saat ini lebih dari apapun." Sambung Mama, Mina menunduk menahan air mata.
"Hari ini, kalian kembali ke rumah, kan?" tanya Mama.
"Iya, Ma."
"Temani dan dengarkan apa yang ia rasakan, ya? Biar Luna Mama bawa untuk menginap, boleh?" Mina mengangguk.
"Aku akan tanyakan pada suamiku dan Luna terlebih dahulu ya, Ma."
Menatap sang ayah yang kini terduduk, karena tamu berkurang jumlahnya, Luna melepas jari mungilnya dari tangan Wonwoo.
Sempat terheran dengan tingkah putrinya, Wonwoo tersenyum hangat ketika Luna berdiri dihadapannya. Tangan mungilnya mengusap kedua pipi Wonwoo dengan lembut.
Tak lama, kedua tangan mungil itu melingkar di leher Wonwoo, memeluk Wonwoo dengan erat.
"Ayah, Luna sayang Ayah." Bisik Luna, hendak menangis namun Wonwoo tetap mengontrol dan menahan air matanya.
Tepukan dan usapan lembut dari tangan Wonwoo menuju tubuh mungil putrinya, menenangkan. Membuat Mina dan Mama tersenyum dari kejauhan.
Setelah mendapat izin dan Luna yang ingin berangkat, tengah malam hari Wonwoo dan Mina kembali ke rumah.
Tidak ada pertukaran kata selama perjalanan, terlalu lelah untuk berbicara.
Namun, saat Wonwoo terduduk di sofa ruang keluarga, Mina berjalan ke arah belakang sofa, memeluk bahu Wonwoo dari belakang dan memberi kecupan singkat di pipi suaminya.
"Aku siapkan air hangat?" Wonwoo mengangguk, lalu mengusap lengan Mina yang melingkari bahunya.
"Terima kasih, sayang." ucapnya singkat, Wonwoo lalu meraih tangan Mina dan menciuminya.
**
Lampu kamar mati, hanya lampu tidur yang menjadi sumber cahaya dari kamar tidur Wonwoo dan Mina. Semula Mina tertidur di pelukan Wonwoo, Mina terbangun ketika merasakan bantal yang kini menjadi alas di kepalanya.
Ia tak menemukan sang suami di sampingnya. Dengan cepat Mina menuruni ranjang, membuka pintu kamar dan melihat pintu ruang kerja Wonwoo terbuka.
Mina melambatkan langkahnya, ketika samar ia mendengar isakan tangis dari ruang kerja sang suami. Dan benar, saat ia melihat dari celah pintu, Wonwoo tengah menangis sambil memeluk potret sang Ibunda, yang telah pergi untuk selamanya.
"Sayang.." Mina berujar pelan sambil masuk kedalam ruangan, seolah larut dalam kesedihan, isak tangis Wonwoo semakin keras.
"Ada aku, menangislah disini. Tidak apa-apa.. aku disini bersama kamu." Mina menarik Wonwoo kedalam pelukannya, terbukti kehadiran Mina membuat Wonwoo tak merasa sendiri. Lengan Wonwoo yang semula menggantung lemas kini memeluk pinggang Mina dengan erat.
Siapa yang peduli dengan baju tidur yang basah di bagian bahu, Mina mengusap punggung Wonwoo dengan lembut, memberi ketenangan bagi suaminya.
"Mama.."
"Mina, Mama sudah tidak ada." Ucap Wonwoo sambil tersedu-sedu, Mina juga ikut menangis.
"Mama sudah tidak sakit lagi, kan? Mama pasti sudah bahagia disana, ya kan?" Mina mengangguk, menjawab dengan kata "iya" secara tersirat.
Setelah dirasa cukup tenang, Wonwoo menatap Mina, Mina mengusap wajah suaminya. Mata yang sembab dan air mata yang masih mengalir, Mina usap perlahan dengan lembut.
"Aku tidak cukup kuat untuk menahan semuanya sendiri, maaf aku harus membaginya bersamamu." ucap Wonwoo, bibir Mina mengerucut sedikit dengan tangan yang terus mengusap rambut Wonwoo.
"Kamu tidak lupa tujuan kita menikah waktu dulu, kan?" tanya Mina. Wonwoo menggelengkan kepalanya.
"Pernikahan kita bukan hanya untuk sekadar mendapat pengakuan yang sah, diluar daripada itu— menghabiskan waktu dan setiap episode hidup bersamamu, ada dalam tujuanku ketika kamu memasangkan cincin di jari manis ini." sambung Mina, Wonwoo kemudian meraih tangan kanan Mina, dimana cincin pernikahan mereka ada disana, tepat dan indah di jari manis istrinya.
Wonwoo mengecupnya, pelan.
"Baik bahagia atau sedih, dalam keadaan apapun, aku ingin kita tetap saling mendampingi satu sama lain." ucapan Mina membuat Wonwoo meringkuk kembali kedalam pelukan Mina. Terisak lagi dan lagi.
"Terima kasih." Ucapnya, Mina mengangguk lalu mengusap punggung Wonwoo dengan lembut.
"Mama adalah wanita hebat yang melahirkan dan membesarkan anak lelaki yang hebat juga sepertimu. Mama pasti bangga dan merasa cukup atas pencapaianmu selama ini, sayang.."
"Menangislah lagi jika perlu, sepuas yang kamu mau. Aku disini."
"Selalu, disini..."
"Bersamaku?"
"Bersamamu, selalu."
**
Rest in peace Mamanya Wonwoo 🥀🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.