2000, ☀️Membuka pintu keluar klinik dengan bahagia. Mina segera melangkahkan kakinya menuju halte bus untuk secepatnya tiba di rumah.
Satu jam lagi, suaminya akan segera kembali.
Berbekal janji pernikahan lima bulan yang lalu, Mina dipersunting Wonwoo, dengan sederhana. Dihiasi cinta yang paling istimewa.
"Setelah menikah, mungkin kita akan hidup sederhana saja. Di rumah ini, disini." begitu yang Wonwoo katakan sebelum pernikahan keduanya dilakukan bulan mendatang.
Rumah sederhana, dengan taman yang cukup luas. Hadiah pernikahan dari orang tua Wonwoo saat itu. Dikala kakak dan adiknya meminta rumah yang mewah, dengan fasilitas lengkap, Wonwoo tidak mau mengandalkan kekayaan orang tuanya terlalu banyak.
Jatuh cinta, pada wanita penjahit yang terkenal di pusat kota. Berkali-kali datang dengan modus ingin dibuatkan sebuah jas, diantara benang dan ukuran, ada cinta yang tumbuh setiap pertemuan.
"Mina, aku berjanji. Sebentar lagi, aku akan segera mendapatkan pekerjaan." ucap Wonwoo dengan gusar. Dua bulan lalu.
Tersenyum, lalu mengusap pundak tegap suaminya, menggenggam tangan suaminya dengan erat, hanya itu yang bisa Mina lakukan ketika kantor tempat Wonwoo bekerja gulung tikar.
"Kita sedang sama-sama memiliki waktu banyak. Mau berlibur?" tawar Mina, Wonwoo tersenyum.
"Ayo, mari kita hitung biaya perjalanan dan penginapan, makanan, dan lain-lain." ujarnya sambil mengambil sebuah buku dan pulpen.
Mina, dengan segala solusinya.
Dan sebulan kemudian, Wonwoo berhasil mendapatkan pekerjaan kembali.
**
Hujan, dan Wonwoo segera mencari-cari keberadaan payung didalam tasnya, namun tidak ada. Padahal, hari ini adalah hari yang bahagia.
Memayungkan tasnya diatas kepala, Wonwoo berlari menuju halte bus terdekat.
Saat sebelum turun, ia melirik dari jendela. Mendapati sang istri yang tengah duduk, tengah menatap ke arahnya dan juga tersenyum.
"Darimana? Mengapa menungguku disini?" tanya Wonwoo, Mina mengusap bulir-bulir air hujan pada jas Wonwoo.
"Karena kamu lupa membawa payung. Padahal aku sudah mengingatkan dari kemarin." Jawab Mina, yang mampu membuat Wonwoo tersenyum gemas. Ia segera merangkul bahu istrinya, merebut payung yang utuh belum dibuka dari tangan Mina.
Keduanya berjalan, menembus hujan. Dari halte menuju rumah, tidak begitu jauh. Rintik hujan, canda tawa, kehangatan dalam peluk.
Bahagia yang sederhana.
Selepas mandi dan berpakaian, Wonwoo melirik sebentar pada Mina yang tengah menyiapkan sup ayam di dapur.
Hujan semakin deras, suara radio memenuhi setiap ruang di rumah tinggal mereka.
Tidak ada televisi.Keduanya kini duduk berhadapan. Dengan nasi pada mangkuk masing-masing, beserta sup ayam. Mina membiarkan sang suami terlebih dahulu untuk makan.
"Bagaimana? Kurang apa?" Bertanya, Wonwoo menggelengkan kepala dengan senyuman.
"Seperti biasa, sup ayam buatanmu selalu menakjubkan. Ayo, makan." jawab Wonwoo yang membuat Mina teramat senang. Rasa percaya dirinya semakin meningkat.
Selepas makan, Mina mengupaskan buah apel yang ia beli tempo hari. Tidak ada mesin pendingin, terpaksa harus dihabiskan malam ini sebelum membusuk.
"Ah ya, sayang. Dimana kamu menaruh tas kerjaku?" tanya Wonwoo.
"Seperti biasa, di atas rak samping lemari. Sebentar, aku ambilkan." Wonwoo menahan lengan Mina, lalu menggelengkan kepala.
"Biar aku saja, tunggu." Mina mengangguk, tak lama Wonwoo kembali, dengan amplop cokelat ditangannya.
Ia duduk tepat diseberang Mina, lalu mendorong amplop itu dan memberikannya pada Mina. Mina tersenyum.
"Ini, gaji pertamaku di tempat kerja yang baru." ucap Wonwoo, dengan rasa bangga.
"Didalamnya ada bonus lembur, ku rasa kita bisa membeli televisi bulan ini." sambungnya, Mina mengangguk.
"Terima kasih, telah mempercayaiku. Aku akan mengelolanya sebaik mungkin. Agar tak kurang antara kebutuhan kita, keinginan, dan tabungan." tutur Mina, Wonwoo tersenyum lalu mengusap surai sang istri dengan lembut.
Tak sia-sia, menikahi Mina. Pandai dalam segala hal. Baik dalam mengurusnya, membuat atau mengelola sesuatu. Wonwoo mempercayai Mina.
Ketika Wonwoo sibuk melahap buah apel dan bersenandung mengikuti alunan lagu di radio, Mina mengambil sesuatu yang ada didalam tasnya yang berada tak jauh dari tempat mereka duduk.
Berwarna putih, berlogo klinik. Mina mendorongnya ke arah Wonwoo.
"Apa.. ini?" tanya Wonwoo, sedikit takut.
"Anak pertamamu." jawab Mina, membuat Wonwoo mematung ditempatnya, terkejut namun bahagia.
"Selamat, karena akan menjadi seorang ayah." sambung Mina. Kedua mata Wonwoo berbinar, dalam dadanya ada rasa bahagia yang bergejolak.
Memeluk Mina, mengucap syukur pada Tuhan. Berjanji akan menjalani hidup dengan bahagia, bersama Mina, dan buah hatinya kelak.
**
*Aku saat menyadari masih banyak work yang belum beres, tapi udah bikin work baru*
Gapapa ya? Wkwkwk
Ini mau jadiin kumpulan oneshootnya Mina aja deh
Dengan storyline berbeda, male cast yang beda beda pula.Bahasa baku tentunya.
Btw, storyline ini remake dari ff myungzy aku di wordpress. Pernah diposting di wattpad cuma aku unpub semua. Mungkin yg dl pernah baca ga asing ya.
Hehehe, btw terimakasih udah mau baca🌞
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.