Butuh waktu tiga tahun.
Untuk Haechan betul-betul melepaskan bayang Mina dari kehidupannya.
Wanita itu, belum pernah ia miliki, hanya sebatas ia kagumi dari jauh.
Ini jauh lebih sulit dari melupakan mantan kekasihnya.
Tiga tahun, dari mulai Haechan putih-abu, dan sekarang... Haechan sudah memasuki usia kuliah tingkat dua.
Belum lagi, cafe Mina yang beberapa tahun silam dijual dan sekarang berubah menjadi toko bunga.
Sosial media Yuta baik Mina juga telah ia blokir.
Dengar-dengar, setelah menikah wanita itu pindah keluar kota. Jadi, ya sudah. Tidak apa-apa, ini mendukung kegiatan move on Haechan agar lebih cepat.
"Gue balik ya!" pamit Mark, pada Haechan yang sedang mengelap beberapa gelas kopi.
"Iya, hati-hati bro!" seru Haechan pada teman kerja paruh waktunya itu. Mark menanggapi dengan lambaian tangan, mereka sedang ganti shift.
Kebetulan, Haechan mengambil shift malam. Untuk mengerjakan tugas ia maksimalkan di siang sampai sore hari saat kuliah. Bukan apa-apa, dunia ini kejam. Butuh uang untuk bertahan.
"Selamat malam, selamat datang di Duduk Ceri— "
Ucapan sambutan Haechan yang biasanya lantang itu kini tersendat, terhenti. Lidahnya kelu seketika melihat siapa yang datang ke cafe malam ini.
"Haechan? Ini Haechan yang waktu itu suka— "
"Suka Kak Mina? Hehehe. Iya masih, eh. Apa sih ini mulut." Gumamnya sambil menepuk bibirnya sendiri. Mengundang tawa dari sang lawan bicara.
"Haduh, masih aja ya. Makin tinggi aja deh, kerja disini?" Haechan mengangguk.
"Kak Jihyo semenjak cafe tutup kerja dimana?" Jihyo mengangkat bahunya sambil melirik-lirik menu.
"Pengangguran. Tapi ya syukurlah kuliah bisa beres. Eh iya, smoothies strawberry satu sama pisang keju ya!" Haechan mengangguk sambil mengetikkan pesanan. Dan Jihyo segera mencari tempat duduk.
Ketika pesanan selesai, Haechan mengambil bagian Jaemin untuk mengantarkan pesanan.
Untuk apa lagi, ia ingin tahu kabar Mina.
"Kak Jihyo, ini. Selamat menikmati." ucapnya, Jihyo bertepuk tangan sedikit dan sadar Haechan masih berdiri disampingnya, ia menatap Haechan.
"Lo kalo mau dengerin, sini duduk." Haechan tersadar, apa-apaan dia ini. Sayang sekali pertahanan tiga tahunnya.
"Eh, enggak kak. Aku tinggal ke— "
"Kacau, Haechan. Kacau."
Haechan mengerutkan alisnya.
"Maksudnya, Kak?"
"Mina, kan?"
"Mina lagi kacau-kacaunya, dia hamil— "
"Ya bagus dong kan hamil juga ada suaminya, ngapain jadi kac— "
"Dengerin gue. Dari dulu tuh lo selalu aja potong omongan orang tua." Haechan mengangguk meminta maaf.
"Keluarga Mina bangkrut, orang tuanya bunuh diri. Mina hamil, terus ditinggal Yuta. Ini udah hampir tujuh bulan Yuta gak ada kabar."
Runtuh pertahanan Haechan, ia mengambil posisi duduk dihadapan Jihyo sambil menundukkan kepalanya, meremas rambutnya kuat-kuat.
Satu pertanyaan, bagaimana bisa?
"Mina lagi hamil tua, sekarang usia delapan bulan."
Jihyo menatap Haechan,
"Kalo lo mau ketemu Mina, gue bisa anterin."
Haechan masih terdiam,
"Tapi, jangan berharap Mina masih sama kayak dulu."
Lanjut Jihyo yang membuat Haechan memutuskan untuk berkata 'iya', menyanggupi.
Tak ada sesal ketika keesokan harinya ia bertemu dengan Mina, bagi Haechan... Mina tidak berubah sedikitpun.
Senyum manis masih terukir di bibir Haechan, meski Mina melemparkan tatapan bingung dibalik pintu dan menatap Jihyo sembari berkata,
"Jihyo, dia siapa?"
Haechan menarik nafasnya, lalu menyelipkan setangkai bunga tulip di jemari Mina.
"Lama gak ketemu, Kak Mina."
"Kak Mina masih seperti dulu, bagi aku." sambung Haechan yang masih lekat menatap Mina dalam-dalam.
Sementara Mina menatap Jihyo,
"Jihyo, anak ini gak jelas, ya?"
Haechan sedikit tertawa, membawa ingatannya kembali pada saat pertama bertemu dengan Mina. Saat Mina mengatakan itu di cafe, tepat terdengar olehnya.
Bolehkah, awal yang sama namun.. cerita yang baru?
Haechan berharap seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.