2020 | with Taeyong

953 123 17
                                    



"Mina, aku pulang agak malam ya hari ini?" ucap Taeyong, meminta izin seperti biasa jika akan pulang larut malam karena lembur atau menghadiri perjamuan dengan rekan kerjanya.



Mina yang tengah memasangkan dasi pada kerah kemeja suaminya melirik singkat, lalu mengangguk. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.


Taeyong tersenyum, lalu meraih pinggang Mina dan memeluknya, seraya mengusap bahu Mina.


"Hey, aku gak akan pulang larut kok. Jam 10 aku janji udah ada di rumah." katanya, Mina hanya bergumam.


Sejenak Taeyong berpikir, apakah Mina sedang tidak enak badan? Atau mungkin ini efek turun naik moodnya di kehamilan anak kedua?


"Makan siangnya dimakan ya, Mas. Nanti minta Yein angetin di microwave." tutur Mina sambil memasangkan jas pada tubuh Taeyong, seraya mengusap bahunya.


Mina keluar dari kamar terlebih dahulu, meninggalkan Taeyong dengan tanda tanya besar.



**

Sudah dua hari, Mina merasa tak enak sudah berubah sikap pada suaminya. Hari ini pun, Mina belum bisa bersikap seperti biasanya.


Selepas Taeyong pergi bekerja dan David berangkat sekolah, Mina membereskan seisi rumah dan memberi makan Damo. Lalu bersantai, duduk di sofa dekat jendela, menatap pada halaman rumahnya yang dipenuhi bunga berwarna-warni serta tumbuhan hijau.



"Tanya atau tidak?" batin Mina berdebat, ragu untuk bertanya demi kepastian, atau tidak bertanya dan tetap diam.


Seketika Mina melirik pada foto pernikahannya dan foto keluarga kecilnya yang terpasang di dinding ruang tamu, baiklah. Mina akan memberanikan diri.


Karena mungkin, dengan diam tak menyelesaikan apa-apa. Begitu yang selalu ia pelajari dari Nayeon.



*

"Mama, tidak tidur?"


Suara David membuat lamunan Mina buyar, hampir tak terdengar suara pintu kamar yang terbuka dan anaknya yang tengah meneguk air putih di dalam gelas. Melamun, menunggu Taeyong pulang.



"Menunggu Papa dulu, maaf ya sayang.. Mama lupa mengisi air putih di kamar kamu." ucap Mina menghampiri sang putra, memeluk lalu mengusap rambutnya lembut dan menciuminya.


"Tidak apa-apa, kalau begitu.. Aku tidur lagi, ya?" Mina mengangguk, David melepaskan pelukannya.


"Mama jangan tidur kemalaman, sepuluh menit Papa belum tiba, lebih baik tidur duluan. Okay?" Mina tertawa pelan dan menganggukan kepalanya lagi, putranya ini sangat mirip dengan sang suami.


"Iya, jangan khawatir. Mama antar ke kamar?" David menggelengkan kepalanya dengan cepat.


"Tidak! Good Night, Mama." David melambaikan tangannya seraya berjalan ke kamar dan menutup pintu.


Mina kembali berdiri didepan jendela ruang tamu, mengeratkan jubah tidur berwarna hijau mint yang membalut tubuhnya, malam semakin dingin.


Tepat pukul sepuluh, mobil Taeyong terdengar masuk di carport, Mina menghela nafasnya lega— setidaknya, Taeyong masih menepati janjinya.


Saat Taeyong masuk kedalam rumah, keduanya saling melempar senyum. Taeyong menarik Mina kedalam pelukannya.


"Maaf."


Mina mengerjapkan matanya, "Ya?"


"Aku pulang telat. Gara-gara Johnny tadi— "


"Mandi. Cepetan." Mina segera melepas pelukannya lalu Taeyong bersiap mandi.



Mina terdiam begitu melihat ponsel Taeyong diatas nakas, masih terbayang dan terpikir siapa yang mengucapkan terima kasih pada suaminya tempo hari.


Matanya tak mau terpejam, meski lampu kamar dimatikan berganti temaram lampu tidur, dan biasanya— didalam pelukan hangat Taeyong ia akan terlelap dengan nyenyak.


Tangan Taeyong yang memeluk tubuhnya, dan lengan Taeyong yang menjadi bantalan kepalanya kini bahkan tidak membantu, Mina sibuk mengusap cincin yang berada di jari manis suaminya. Menggenggamnya erat.


"Ada yang kamu pikirkan, hm?" ucap Taeyong pelan tepat dibelakang tubuh Mina.


"Aku kira Mas sudah tidur." jawab Mina tak kalah pelan.


"Gimana bisa? Sini— " Taeyong membalikkan posisi tubuh Mina yang membelakanginya, ia juga memeluk Mina dengan erat.


"Ada apa?" Mina menggigit bibir bawahnya,


"Aku gak tau harus mulai darimana, tapi mungkin Mas akan bilang aku gak sopan." Taeyong menatap Mina dengan penasaran, lalu menyipitkan matanya.


"Maaf, Mas... dua hari lalu waktu Mas mandi, aku lihat chat dari nomor gak dikenal, terus isinya— " Mina menceritakan semuanya, begitu pula dengan perasaannya.


Gusar, ragu, agak kesal, dan curiga.


"Mas ada yang mau dijelaskan, sama aku?" tanya Mina berani, meskipun jantungnya berdegup dengan sangat kencang.


Taeyong mengangguk, "Tentu ada, maaf aku gak sempat jelaskan waktu itu. Karena keburu main dengan Damo."


"Jadi gini, dua hari lalu aku membantu seseorang. Ada yang lagi di interview, tapi bawa anak kecil. Anaknya disuruh tunggu di lobby. Umurnya 5 tahunan. Katanya sih, gak ada yang bisa dititipin. Terus, waktu beres si anaknya hilang." jelas Taeyong.


"Terus, Mas bantu cari 'kan?" tanya Mina, Taeyong mengangguk.


"Iya, aku bantu cari dan ketemu. Syukurlah anaknya gak apa-apa, dia cuma jalan-jalan ke bagian belakang sambil lihatin ikan." jawab Taeyong.


"Terus karena itu anak ketemunya sama aku, mungkin ibunya merasa berterima kasih sampai chat aku begitu..." sambung Taeyong, Mina segera terbangun membetulkan posisinya, menatap Taeyong yang ada di bawahnya.


"Mas.. Maaf." ujarnya, seraya memeluk dan menenggelamkan kepalanya diatas dada Taeyong. Sementara Taeyong tersenyum dan mengusap bahu Mina yang dihiasi seutas tali gaun tidur.


"Kamu gak salah, aku juga lupa gak cerita. Tadinya mau ceritain ke kamu, tapi malah main sama Damo hehehe." Mina tersenyum, lalu mengusap lengan Taeyong.



"Perempuannya cantik? Udah punya suami?"


"Cantik, kok. Cuma masih cantikan kamu, serius." Mina menjulurkan lidahnya, meledek.


"Kalau dilihat cvnya, udah ada suami. Kenapa coba? Jangan bilang— "


"Ya gimana gak takut? Aku takut banget Mas sumpah. Gimana kalo kamu tergoda terus main belakang, ninggalin aku, David, dan si Adik."


"Kayak gak tau aja, perebut suami orang makin hari makin gak tau diri, gak punya malu. Gak suka aku, gak mau kalo sampe berurusan sama yang gitu." omel Mina yang membuat Taeyong tersenyum kecil, lalu memeluk dan mengusap punggung Mina.


"Mina, tolong percaya aku ya? Aku gak akan mungkin lakuin itu, aku masih waras dan gak bisa berkhianat sama kamu." jelas Taeyong, membuat keyakinan Mina sedikitnya meningkat.


"Beneran ya?"



Taeyong mengangguk,



"Aku udah janji sama kamu. Dan yang paling penting, aku udah janji di hadapan Tuhan."


Mina tersenyum, menenggelamkan lagi tubuhnya di dalam pelukan Taeyong. Hangat, nyaman, tak lama— ia tertidur lelap.

[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang