2021| with Wonwoo

922 126 40
                                    

Menemani Wonwoo sarapan sebelum berangkat bekerja sudah menjadi kebiasaan yang Mina lakukan selama enam bulan terakhir.

Memasak, menyiapkan sarapan, menyiapkan bekal makan siang, untuk suaminya. Hal itu sudah menjadi rutinitas dan mimpinya sejak lama. Mimpi yang menemani sisa hidup seperempat abadnya.

Namun, ia tidak pernah menyangka akan berakhir— atau tepatnya, tidak berharap bersama Wonwoo. Karena cinta sejati yang sebenarnya telah pergi.

Menahan lengan Wonwoo sebelum beranjak, keduanya saling menatap.

"Aku ingin membicarakan sesuatu." ucap Mina, Wonwoo yang tadinya hendak mengambil tas bekal mengurungkan niatnya, ia memilih duduk kembali dihadapan sang istri.

"Ya? Pagi ini juga?" Mina mengangguk, ia tidak tahan lagi. Lebih cepat dituntaskan segera, kan?

"Aku telah mempertimbangkan semuanya. Aku juga sudah memikirkannya, aku tidak bisa." Mina menunduk, memainkan kuku jarinya sementara Wonwoo yang mengetahui maksud Mina, hanya menatap sendu pada istrinya.


"Aku sudah berusaha. Aku mencoba menerima dan rela. Tetapi aku tidak bisa, aku tidak tahan. Rasanya sakit sekali. Disini." Tangan Mina yang terkepal ditengah dadanya, menangis tersedu, membuat Wonwoo tidak tega.


"Mama bilang ini hanya perkara waktu, apakah perasaanku tidak penting di mata kalian semua?" Air mata semakin deras keluar dari kedua mata Mina, Wonwoo memutuskan untuk berdiri dan menghampiri Mina, memberi pelukan pada istrinya.

Pelukan hangat, pelukan pertama. Tangan Wonwoo mengusap lembut pada punggung Mina, kata-kata keluar dari bibir Wonwoo, nada lembutnya mampu meredakan isakan Mina.

"Aku disini, aku mengerti perasaanmu, Mina. Maafkan aku, seharusnya aku tidak menerima perjodohan ini." Ucap Wonwoo, berharap Mina bisa sedikit tenang.

"Aku tidak akan bekerja hari ini. Akan ku temani kamu, bicarakan apapun yang kau mau padaku." Sambungnya, Mina melonggarkan pelukan mereka, menatap Wonwoo, lalu berangsur memeluk kembali suaminya— tempat baru yang menenangkan.

**

"Lantas, sekarang bagaimana?" tanya Wonwoo, bersampingan duduk di halaman belakang, pagi hari bersama Mina. Biasanya ia sudah di bilik kerja bersama Doyoung, namun kali ini berbeda.

"Aku juga tidak tahu, apa yang harus aku lakukan untuk membuatku tenang. Mati tidak mungkin, aku masih mau menikmati hidup." jawab Mina, Wonwoo tersenyum— menemukan sedikit jiwa humoris dari Mina.

"Berpisah? Bercerai?" Usul Wonwoo, Mina mengangguk pelan.

"Aku tidak yakin dengan bercerai. Hanya saja, berpisah terdengar lebih baik."

"Aku akan dihabisi Papa jika bercerai denganmu." Sambung Mina, mengingat kecaman sang ayah beberapa bulan lalu. Wonwoo menghela nafasnya.

Sedikit berpikir, pernikahannya saja dari awal tidak lebih dari perpisahan.

Tidak tidur dengan Mina, tidak menyentuh Mina, tidak berbagi kamar dengan Mina. Karena ia tahu, Mina masih perlu menyembuhkan perasaannya sendiri sejak ditinggalkan di hari pernikahannya.

"Berpisah rumah?" Mina mengangguk.

"Tetangga sebelah kita menjual rumahnya. Aku sudah bertanya dan menawarkan harga terbaik agar itu menjadi milikmu." Wonwoo mengangguk.

"Baiklah, aku akan mengikuti apa yang kau mau." Mina menatap Wonwoo, mempertanyakan kesiapan suaminya.

"Aku yakin, selama itu membuatmu tersenyum."

[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang