Seumur hidupnya, Mina selalu menjalani sesuai realita. Realita kehidupan yang sibuk, pekerjaan menumpuk, bertemu bermacam-macam klien dan baginya— menikah bukan hal penting saat ia memiliki segalanya.
Memiliki semua yang ia inginkan, rumah mewah beserta isinya, mobil yang mahal, dan gaya hidup sosialita. Semuanya berjalan dengan mulus.
Kecuali, saat tahun lalu. 2018 di bulan Januari, Mina dijodohkan dengan salah satu putra rekan bisnis keluarganya, sebut saja Doyoung.
Menentang? Tentu saja.
Namun, yang membuat Mina menyetujui adalah, pernikahan ini dengan kontrak, satu tahun. Jika Mina tidak mampu melahirkan pewaris, maka kontrak akan berakhir.
Tepat, hari ini. 2019 awal.
Jika awal mula pertemuan keduanya di tahun 2018 bertempat di restoran bintang lima, maka hari ini, pertemuan mereka berakhir di pengadilan.
Resmi bercerai.
"Mina, mau makan siang sama-sama?"
Mengangguk, mengiyakan. "Dimana, Mas?"
"Kamu maunya dimana?"
"Di resto kak Jeongyeon aja, gimana?"
"Iya, ketemu disana aja ya." Mina mengangguk lagi, keduanya saling melempar senyum.
Jika ditanya, kehidupan pernikahan mereka seperti apa, mungkin ya tidak biasa. Karena hanya demi keturunan, maka mereka sebisa mungkin berusaha.
Karena, setadinya jika Mina berhasil melahirkan keturunan Doyoung, maka seluruh aset keluarga Mina maupun Doyoung sama-sama di berikan pada masing-masing keduanya.
Katakan saja, mereka berusaha dan berjuang demi itu. Namun, karena batas waktu telah habis dan keturunan tidak bisa Mina dapatkan, ya sudah. Cerai adalah satu-satunya jalan.
Selebihnya, kehidupan pernikahan mereka tidak menarik. Bertemu hanya sembilan jam di rumah, jika ada kesempatan untuk mengobrol akan berakhir dengan hubungan badan diatas ranjang. Begitu seterusnya.
Bahagia? Tidak.
"Kamu nanti kalau butuh Saya, kontak saja ya." ujar Doyoung mencairkan suasana ketika mereka selesai makan.
Tersenyum tipis, "Aku gak akan kesusahan dan minta bantuan kamu, tenang aja." Mina menanggapi.
Doyoung mengangguk, "Oh, baiklah. Akan Saya hapus nomor kontak kamu kalau begitu."
Mina juga, balas mengangguk.
"Oh ya, Mas. Kalau misalnya nanti nikah lagi— "
"Ya, Saya nanti undang kamu. Kamu juga— "
"Maksudku, gak perlu repot undang aku. Makanya dengerin dulu aku beres bicara, kebiasaan banget motong omongan aku."
Doyoung tertawa canggung, seharusnya ia menyadari. Tentang Mina yang mungkin— tidak seindah paras wajahnya.
Sempat tersimpulkan oleh Doyoung, Mina saat mode siang dan malam terkadang berbeda jauh. Saat malam mendatang, ketika menyatu bersamanya, Mina terlihat rapuh dan perlu diperlakukan hati-hati, namun terkadang memimpin juga.
Saat siang? Sudah tidak perlu di jelaskan lagi.
"Oke. Makan siangnya Saya yang bayar. Saya ada meeting sebentar lagi. Duluan ya." Mina hanya mengangguk dan Doyoung segera berjalan ke kasir.
**
Dua bulan, berlalu begitu cepat. Mina mendatangi dokter karena ia merasa tidak enak badan, mudah lelah, padahal sebelum menikah dirinya tidak mudah tumbang.
"Gimana Ji? Ini apa karena perawan gue ilang kali ya, jadi mudah banget— "
"Gak ada korelasinya Mina Myoi! Lo bisa gak sih berhenti nyablak dulu, dengerin gue! Gue serius!"
Mina terdiam begitu Jihyo menatapnya dengan mata melotot.
"Apa?"
"Lo, terakhir berhubungan sama mantan suami lo kapan?"
Mina tampak menghitung, "Lo hamil, Mina." terkejut karena ucapan Jihyo, Mina hampir menendang meja kerja Jihyo.
"Hah?! Hamil sama siapa?!"
"ITU YANG MAU GUE TANYA! LO HAMIL SAMA SIAPA?!"
Masih terkejut, Mina sedikit panik dan menjambak rambutnya sendiri.
"Jihyo, lo percaya gue kan? Gue bukan seseorang yang menganut free sex," jelas Mina. Jihyo mengangguk.
"Coba jawab pertanyaan gue tadi?"
Mina menelan ludahnya, "Terakhir itu, seminggu sebelum Mas Doyoung ke Jakarta. Dan itu seminggu sebelum kita cerai."
"Sempet ya lo! Ga habis pikir." kesal Jihyo. Mina berdecak pelan,
"Lo tuh gimana sih Ji, anggap aja itu kenangan terakhir gue buat dia lah." tutur Mina yang membuat Jihyo menggelengkan kepalanya.
"Udah sih ini fix, hamil sama mantan suami lo. Gue rekomendasiin lo ke dokter kandungan aja buat tau pasti umur janin nya." Mina mengangguk, lalu menarik tangan Jihyo dan menggenggamnya,
"Ji, lo jangan ribut ini ke suami lo ya?"
Jihyo mengangguk pelan,
"Iya, gue gak akan ribut-ribut ke Daniel. Nanti dia ngadu ke suami lo, gue tau dia ember bocor makanya gak akan gue bilang."
"Terbaik banget emang sahabat gue, lo mau jet pribadi gak, Ji? Gue beliin."
Keduanya akhirnya tertawa bersama-sama.
Sebelum Daniel kembali menarik telinganya dari balik pintu.
Ia buru-buru menekan tombol kirim pesan pada Doyoung, sambil bergumam
"Gak akan gue biarin kapal gue kandas! Tenang Doy, lo bakal dapat pewaris tahta. Ini kabar baik!"
Alasan Mina :
Tidak mau membebani Doyoung, ia hanya mau Doyoung bahagia dan tentram tanpa bayangan dirinya lagi. Mina menyadari, ia tak cukup baik bersanding dengan Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.