Mana yang kemaren minta lagi?
Muncul klen. ✌️
Jangan lupa vomment eaaaaaak!**
Pulang menuju ke rumah di malam hari, Jaehyun disambut oleh kesunyian. Tidak seperti biasa, ia tidak menemukan Mina di setiap sudut rumahnya.
Memutuskan untuk tidak peduli, Jaehyun segera membersihkan diri.
Pukul setengah sebelas malam, Jaehyun masih terjaga di ruang tamu, duduk diatas sofa, pandangan matanya tertuju pada lampu mobil yang menyorot teras rumahnya.
"Terima kasih untuk hari ini," suara Mina samar terdengar, rasa lapar yang mengganggu perutnya hilang berganti rasa penasaran.
Dengan siapa Mina pulang? Selarut ini?
Ponselnya berdering, menampilkan nama Chacha disana.
"Ya, sayang? Kenapa? Aku sibuk. Bisa kita bicara lagi nanti?" ucap Jaehyun dengan cepat, sesekali matanya melirik keluar, melihat Mina yang semakin mendekat.
"Terima kasih atas pengertianmu. Aku tutup," sambungnya, lalu menaruh ponsel diatas meja.
Tampaklah Mina yang masuk kedalam rumah, menenteng tas olahraganya dan memakai baju setelan golf , dengan rok putih diatas lutut dan baju panjang berwarna senada.
Saling terdiam, hanya mata mereka yang bertemu tanpa bertegur sapa. Jaehyun menarik nafasnya, sementara Mina hendak berlalu.
"Pengacaraku hari ini sedang berhalangan. Jadi tidak sempat mengunjungimu." Mina mengangguk.
"Kalau bisa, secepatnya." ucap Mina, Jaehyun hanya diam, ingin bertanya— namun ia diselimuti rasa gengsi.
Mina melangkah kedepan, namun baru saja dua langkah Jaehyun menahannya.
"Aku tidak tahu kamu suka bermain golf." kata Jaehyun berbasa-basi.
"Ya memangnya— apa yang kamu ketahui tentang aku selama ini?" Mina, sarkastik. Jaehyun, skak mat.
Berdecih, Jaehyun tertawa kecil.
"Baiklah, lanjutkan saja apa yang kamu mau. Pasti kamu amat senang karena akan mendapatkan harta Papa yang seharusnya menjadi milikku."
Mina balas tertawa, "Tidak adakah bahasan lain? Kamu sungguh ingin berbicara denganku, ya?"
"Sayang sekali, aku sangat lelah." sambung Mina dan segera berlalu menuju kamar, namun Mina berhenti di dapur, berpikir apakah Jaehyun sudah makan?
Tidak peduli, Mina membuka laci nakas didekat televisi. Memberikan beberapa brosur pada Jaehyun.
"Jika kamu lapar, pesan antar saja. Semua bahan makanan sudah aku buang." Jaehyun tampak tak habis pikir, sementara Mina berusaha untuk tetap pada pendiriannya.
Sudah cukup sabar selama ini.
**
Di kantornya, Jaehyun tidak bisa fokus sama sekali. Memikirkan bagaimana sikap Mina akhir-akhir ini padanya.
Harga diri dan martabatnya terasa diinjak, jelas. Hubungannya dengan Chacha juga terasa jauh, karena Jaehyun yang memberi jarak.
"Ngelamun terus, kenapa lo?" tanya Eunwoo, ah— lupa ia punya sahabat.
"Ada masalah di rumah? Cerita lah." desak Eunwoo, Jaehyun menarik nafas dalam-dalam.
"Gue mau cerai." Eunwoo terkejut, tangannya menggebrak meja.
"Stress ya lo? Lo milih Chacha dibanding istri lo?"
"Sumpah, gue gak percaya sahabat gue ngebuang berlian. Kurang apa dia buat lo, anjir?" Jaehyun muak, mendengarnya. Tapi fakta memang menunjukkan, Mina kurang apa.
"Gue gak bisa terus-terusan sama dia. Dia juga setuju buat cerai, tapi gue sekarang ini jadi ragu."
"Lo tau, Mina jadi beda. Gue gak tau dia yang sekarang ini karena dendam apa gimana. Tapi serius, gue ngerasa gak enak banget." jelas Jaehyun, Eunwoo tampak berpikir—
"Lo mulai tertarik, Jaehyun. Dia kayak gitu mungkin emang gak sengaja, tapi lo harus ngaku, lo kepancing ya?"
Hah? Hanya itu respon Jaehyun.
Tertarik? Ia hanya tidak terbiasa melihat Mina yang berubah tiba-tiba. Dan jujur saja istrinya jauh lebih menarik saat ini.
***
Memperhatikan Mina yang tengah menonton televisi di malam hari, memakai gaun tidur sutera berwarna rosegold membuat Jaehyun mencuri pandang dari counter dapur.
Terlambat menyadari bahwa Mina memang menarik, cantik, dan terbaik baginya.
Jika dipikir, harga diri dan martabatnya terluka, lalu bagaimana dengan Mina selama ini? Menahan perlakuan Jaehyun yang jauh dari kata menyenangkan.
"Bisakah kamu memasak?" suara berat menyapa telinganya, Mina berbalik, melihat Jaehyun disana.
"Aku lapar. Aku tidak bisa memakan makanan pesan antar lagi. Rasanya berubah-ubah." Mina tertawa kecil mendengarnya. Ia tersenyum miring.
"Tidak."
"Aku lelah."
"Aku mohon." Mina yang mendengar itu segera menengok ke arah Jaehyun.
"Apa?"
"Aku mohon, memasak lah untukku lagi." Mina hendak goyah, namun seketika terpikir kembali, berapa banyak bekal makan yang ia telan sendiri, dan seberapa sering ia diabaikan oleh Jaehyun. Mina menggelengkan kepalanya.
"Maaf, aku tidak bisa." ucap Mina, Jaehyun yang awalnya berusaha tidak peduli, namun di keadaan seperti ini— ia akui, ia kalah.
Mendekati Mina yang tengah duduk, Jaehyun berlutut. Mina yang merasa tidak enak segera menahan lengan Jaehyun, menyuruhnya berdiri.
"Kamu apa-apaan, jangan seperti ini." tutur Mina, Jaehyun memejamkan matanya.
"Maaf." hanya itu kata-kata yang terucap.
"Aku meminta maaf." Mina terdiam, melihat Jaehyun yang menunduk, menyesal.
"Aku akan memasak, kamu berdiri. Jangan seperti ini." tutur Mina, matanya memanas— Jaehyun meraih tangannya dan menggenggamnya.
Pada akhirnya Jaehyun berdiri, duduk di atas kursi makan dan menatap Mina yang tengah memasak.
Mina memasak teriyaki sapi untuk suaminya. Tidak lupa dengan makanan-makanan pendampingnya.
"Mina."
Menoleh, Mina menanggapi dengan suara lembutnya.
"Mari kita pertimbangkan lagi perceraian ini."
Mina terdiam, bingung.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.