Sehari sebelum malam natal, Wonwoo masih bekerja di kantor. Begitupun, Mina masih sibuk di toko yang ia kelola.
Menjelang natal, banyak yang meminta dibuatkan topi, sweater rajutan tangan, sarung tangan, kaus kaki, dan lain-lain. Beruntung, pesanan itu semua telah selesai siang hari ini.
Menjadi ibu rumah tangga sekaligus bekerja bukan hal mudah, Mina bahkan sempat vakum tiga tahun untuk mengurus sang putra terlebih dahulu.
Iya, Mina melahirkan seorang bayi laki-laki empat tahun silam. Anak lelaki yang merupakan penerus dari kedua belah pihak keluarganya. Tak heran, jika Mina dan putranya begitu disayangi oleh kedua orang tua Wonwoo, maupun sebaliknya.
*
"Aku akan membayar untuk kalung yang ini." ucap Wonwoo, kedua matanya berbinar, bibirnya melengkung tersenyum kecil kala menatap kalung berlian yang melingkar di atas kotak.
Tak peduli harganya, Wonwoo telah menabung dari awal tahun baru untuk membelikan sang istri kalung berlian, berbandul kecil yang tampak mewah, elegan, berkelas, persis menggambarkan kepribadian istrinya disana.
Sedangkan Mina yang sudah ada di rumah terlebih dahulu, sedang menatap pohon natal yang berkelip dan penuh hiasan, keluarga kecil ini menghiasnya kemarin. Namun ia dilanda kebingungan, tak ada hadiah yang ia siapkan untuk sang suami.
Sejenak terdiam, Mina berjalan menuju pada cermin yang cukup besar dan panjang di kamar, seluruh tubuhnya terpantul disana. Ia mengusap tali sutera gaun tidur yang melingkar sekitar perutnya.
Jujur saja, Mina tak begitu percaya diri mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. Mina sehari-hari hanya mengenakan gaun tidur buatannya sendiri. Padahal, sang mertua sering mengirimkan gaun tidur sutera harga mahal untuk Mina, menantu kesayangannya.
"Aku pulang!" Wonwoo berseru dari luar, Mina segera menoleh ke belakang, berjalan menuju pintu utama.
"Biar aku bawakan." ucap Mina sambil membawa tas kerja Wonwoo menuju ke dalam, Wonwoo tampak heran, biasanya Mina akan memeluknya atau sedikit mengusap pipinya ketika tiba. Namun, Mina menghindari tatapan matanya.
Saat Mina berjalan membelakanginya, Wonwoo mengerti. Oh, itu alasannya. Apakah istrinya sedang malu? Padahal, kenapa harus malu?
Selepas mandi, Wonwoo duduk di atas sofa, disusul Mina yang baru saja datang dari dapur membawakan secangkir cokelat panas.
"Kenapa cokelat?" tanya Wonwoo.
"Ya?" heran Mina. Ia duduk bergabung disamping sang suami.
"Sepertinya, malam ini aku akan begadang." tutur Wonwoo dengan tawa di akhir kata, membuat pipi Mina merona.
"Kamu... belajar berbicara seperti itu dari siapa?" geram Mina masih menahan malu, sementara Wonwoo menahan tawa.
"Tidak dari siapa-siapa." canda Wonwoo, lalu melepas kacamatanya.
"Oh ya, Mina— berbaliklah." titah Wonwoo yang langsung dituruti oleh sang istri, Wonwoo tersenyum seraya mengambil kalung dari saku piyamanya.
Mina refleks mengesampingkan rambutnya, ketika ia merasakan sebuah kalung melingkar tepat pada lehernya. Mina tersenyum dan berbalik pada sang suami.
"Tepat, cantik sekali." senyum Wonwoo, kedua tangannya memegang lengan Mina, sementara matanya tertuju pada kalung di leher Mina.
"Terima kasih, aku sangat suka kalungnya.." Wonwoo mengangguk.
"Ini hadiah natal untukku?" tanya Mina yang membuat Wonwoo menjawab dengan anggukan, sekali lagi.
"Hadiahku?" Wonwoo membalikkan tangannya, membuat Mina tersenyum lalu menggenggam tangan suaminya.
"Begini, aku sibuk di toko, kemarin sampai hari ini. Maaf aku tidak menyiapkan hadiah apa-apa, tapi— "
"Aku sudah menitipkan Junghoon pada Mama." ucap Mina, menahan malu dan suaranya berubah menjadi pelan, Wonwoo tersenyum dibuatnya. Mina selalu menggemaskan di matanya.
"Pantas saja aku tidak melihat Junghoon malam ini. Aku kira, dia sudah tidur duluan dikamarnya." Wonwoo mendekap Mina selesai berkata, keduanya saling berpelukan, berciuman. Saling menggelitik dan tertawa.
Hingga Mina menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami, tangan keduanya saling menggenggam, berharap tahun ini, tahun depan, dan tahun-tahun berikutnya akan selalu bahagia bersama-sama.
"Mina, tau tidak?"
"Apa?"
"Sebetulnya, aku sudah tidak berharap mendapatkan hadiah natal dari kamu."
Mina mengernyitkan dahi, sempat berpikir apakah Wonwoo tidak menyukai syal rajut, jas, dasi, sweater, sarung tangan, yang ia berikan tahun-tahun sebelumnya?
"Karena kamu lebih dari sekadar hadiah terbaik dari Tuhan untukku." ucapan Wonwoo membuat pikiran negatif Mina menghilang seketika, Mina mengeratkan peluknya sambil tersipu dibawah tatapan mata sang suami.
Mina pun segera menegakkan tubuhnya, berusaha mengimplementasikan apa yang telah diajarkan sang mertua.
Sementara Wonwoo cukup terkejut, ia menahan pinggul Mina yang kini duduk di pangkuannya, keduanya saling berhadapan, Wonwoo masih tidak percaya.
"Kalau begitu, kamu boleh melakukan apa saja pada hadiahmu." ucap Mina dengan suara pelan, Wonwoo tersenyum kecil.
Tanpa berbasa-basi, Wonwoo segera mengarahkan tangannya pada bahu Mina, membuka dan kimono sang istri sebatas sikut, lalu menghujani bahu Mina dengan kecupan singkat.
Salju diluar semakin lebat, cokelat panas berubah menjadi dingin. Namun, penghangat ruangan masih bekerja sebagaimana mestinya, dibantu dengan panasnya di dalam kamar.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot Collection] From : 1990 - Myoui Mina
FanfictionAngst, Mature, Fluff, Drabble, etc. myoui mina x boys.