Bab 7. Pemikiran

250 33 1
                                    

"Ukuran panjangnya sangat tepat." Shiyi Niang dengan seksama melihatnya beberapa saat, "Kalau begitu saya pulang dulu — hari ini ibu memberikan Hupo kepadaku, saya masih belum bertemu dengannya, juga tidak tahu bagaimana kondisi di rumah. Harus pulang melihatnya dulu. Nanti ketika hiasan gantung sudah selesai, saya akan menyuruh Dongqing membawanya untuk selir."

Da Yiniang tidak lagi menahannya, hanya tertawa menganggukkan kepala, mengantar dia keluar pintu.

Ketika satu kakinya baru melangkah keluar dari pintu, Er Yiniang tiba-tiba menambahkan satu kalimat dengan nada biasa-biasa.

"Kalau dipikir-pikir aneh juga. Zhun Ke adalah putra sah dari nona terbesar kita, sekarang sudah berumur empat tahun, tetapi masih belum dijadikan ahli waris keluarga. Apakah mungkin Da Guye (kakak ipar terbesar) masih mengamati yang sudah lahir ini, lebih mementingkan membentuk panjang bukan yang kecil, menetapkan yang bijak bukan yang kandung*....."

* ahli waris keluarga biasanya diambil dari anak tertua dari anak sah istri pertama, biarpun anak itu masih muda, bodoh ataupun jahat. Tetapi yang dimaksud disini mementingkan 'waktu yang panjang untuk membentuk seseorang' dan 'mencari yang bijak', maksudnya suami dari kakak tertua masih menunggu ahli waris lain.

Langkah kaki Shiyi Niang menjadi terhenti.

*****

Saat ini, Wu Niang sudah kembali ke Jiaoyuan, dan sedang mengobrol dengan Lianqiao.

".... Da Taitai berkata sup jamur liar dan burung dara sangatlah enak, juga katanya Si Ye dua hari ini makannya kurang lahap, jadi menyuruh hamba membawanya kesitu."

Wu Niang tertawa: "Terus adik Si makan dengan lahap?"

Lianqiao tertawa: "Yang dikirim oleh nyonya besar, tentu saja dimakan dengan lahap."

Wu Niang pun menghela nafas: "Adik Si tidak ada orang dekat di sampingnya.... kalau saja ada orang seperti kakak Lianqiao yang mengerti kondisi orang, tidak perlu setiap hari tidak enak badan melulu!" Sambil berkata, dia memasukkan manisan plum yang ada di tangannya ke dalam mulutnya.

Lianqiao yang mendengarnya dalam hatinya langsung berdetak tidak karuan.

Mulai dari pelayan tingkat tiga menjadi pelayan kepercayaan di samping Da Taitai, bukanlah suatu hal yang mudah. Dia tidak ingin begitu saja menikah dengan pelayan pria, kemudian melahirkan putra yang akan menjadi pelayan pria lagi, melahirkan putri yang akan menjadi pelayan wanita lagi.... tetapi para tuan muda di keluarga ini, Da Ye ada pelayan yang melayaninya sejak kecil, apalagi Dasao Nainai (nyonya muda pertama) ketika menikah masuk membawa empat pelayan bersamanya; Er Ye meninggal muda; San Ye (tuan muda ketiga) adalah adalah putra sah pertama dari rumah saudara kedua Luo , tidak mungkin mereka yang dari rumah pertama pergi mengambil hatinya; Wu Ye (tuan muda kelima) dan Liu Ye (tuan muda keenam) berasal dari rumah saudara ketiga Luo, satu berumur delapan tahun, satu berumur lima tahun. Hanya ada Si Ye, walaupun merupakan anak selir, Da Taitai mementingkan gengsi, pasti akan membagikan sedikit banyak harta ketika berpisah rumah. Lagipula sifat Si Ye sangatlah ramah, terhadap kakak adiknya sangatlah perhatian, malahan pernah membuat sendiri pemerah pipi kepada pelayan utama di rumahnya, Dijin.... kalau dari perawakan dan sopan santun, jelas tidak bisa menandingi Dongqing-nya nona Shiyi, tetapi masakan dia tidak bisa menandingi si buruk rupa Dijin yang bahkan alis matanya saja tidak rata?

Begitu bersemangatnya sampai wajahnya memerah sendiri.

Si Ye dan kakak kandungnya nona Wu sangatlah akrab, selama dua tahun ini dia sering sekali bolak balik di tempat nona Wu, semuanya demi suatu saat nanti nona Wu bisa membantunya merencanakan dirinya.... tidak disangka, hari ini nona Wu malahan keceplosan.

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang