Bab 66. Menjadi Layu (2)

74 18 1
                                    

Begitu Da Taitai menangis, orang lainnya teringat Yuan Niang yang umurnya masih begitu muda, seharusnya saatnya bagaikan matahari di tengah langit tetapi yang ada begitu saja sudah tidak ada, mau tidak mau jadi merasa di dunia ini tidak ada yang abadi, jadi ikut menangis.

Mungkin karena hati ibu dan anak terkait, insting Zhun Ge jadi merasa ketakutan, begitu terkejut jadi menangis.

Ibu susu buru-buru menenangkannya, ada juga nyonya yang maju ke depan melap air matanya.

Zhun Ge memukul tangan nyonya tersebut, dan merangkak masuk ke dalam pelukan ibunya.

Wajah si nyonya jadi kikuk, sambil bergumam mundur ke sudut ruangan.

Ibu susu jadi berkata: "Zhun Ge, Qin Yiniang hendak melap wajahmu!"

Da Taitai mendengar perkataannya, tiba-tiba mengangkat kepalanya memandang nyonya tersebut.

Terlihat nyonya itu berumur sekitar tiga puluhan, tingginya sedang, memakai baju luar berwarna ungu dengan motif bunga, terlahir dengan wajah bulat mulus, matanya bagaikan buah aprikot, putih bersih, membuat orang yang melihatnya sangatlah nyaman.

Teringat putrinya yang kurus pucat, kemudian melihat lagi selir yang melahirkan putra terbesar yang begitu anggun dan terawat, Da Taitai semakin merasa sedih, tangisannya semakin kencang.

Zhun Ge yang begitu syok sampai meringkuk di pelukan ibunya sambil memandang nenek luarnya.

Yuan Niang yang mendengarnya, dengan tanpa bersuara air matanya mengalir turun ke atas bantalnya.

"Da Taitai keluarga Luo jangan menangis lagi!" Ada sebuah suara lembut yang membujuk, "Sifat Si Furen selama ini selalu teguh. Beberapa tahun ini, tidak tahu sudah bertemu berapa banyak bahaya bisa berdiri tegak melewatinya, percaya kali ini Si Furen juga bisa membalikkan nasib buruk dan lolos dari mara bahaya."

Da Taitai mengangkat kepalanya, ternyata adalah si Pengurus istana.

Si Pengurus istana tersenyum sedikit kepada Da Taitai, kemudian membujuk Tai Furen: "Kalau nyonya menangis seperti ini, Zhun Ge juga jadi ketakutan. Tidak memperhatikan orang dewasa, juga harus memperhatikan anak-anak." Dia berkata sampai wajah Da Taitai menjadi merah, menutup mulut berusaha keras menahan tangisnya.

Tai Furen yang mendengarnya juga jadi menahan tangisnya: "Benar perkataan Lei Gonggong (kasim)."

Orang di luar yang mendengarnya, suara tangis jadi perlahan mengecil.

Pengurus istana yang dipanggil Lei Gonggong itu mengambil kesempatan ini untuk pamit: "... hari sudah larut, hamba masih harus pulang menjawab Permaisuri raja."

Tai Furen mengantar Lei Gonggong secara personal, sampai di pintu depan, Lei Gonggong menghentikan langkahnya: "Tidak berani untuk merepotkan nyonya!" Dan memaksa tidak membiarkan Tai Furen mengantarnya.

Wu Furen jadi mengajukan diri mewakili Tai Furen mengantar tamu.

"Baiklah." Lei Gonggong tertawa berkata: "Kita juga sudah lama tidak bertemu dengan Putri Danyang."

Tai Furen melihat hal tersebut, kemudian berganti satu dua kalimat basa basi lagi dengan Lei Gonggong, kemudian membiarkan Wu Furen mewakili dia mengantar tamu.

Setelah Lei Gonggong berjalan menjauh, sekelompok orang mengelilingi Tai Furen kembali ke dalam ruangan.

Baru saja berjalan masuk, sudah ada pelayan kecil yang melapor: "Er Furen sudah datang!"

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang