Bab 39. Teka Teki (1)

157 25 1
                                    

Shiyi Niang mengikuti di belakang Wu Niang, mengikuti Tai Furen berjalan menuju utara, terlihat di depan gunung ada sebidang hutan plum. Hanya bunga plum sudah tidak ada lagi, hanya tersisa daunnya yang hijau.

Tai Furen menunjuk kearahnya tertawa: "Disitu adalah paviliun Xiang Yu. Dua bulan lalu, bisa melihat bunga plum disitu."

Setelah berjalan beberapa langkah ke depan, masih terlihat bunga jasmine musim dingin yang agak miring.

Satu kumpulan, satu ikatan, hijau pekat seperti zamrud, cemerlang seperti lembaran emas, tersebar disana sini, bermekaran sampai ke ujung bukit.

"Benar-benar indah!" Wu Niang yang berada di samping menggumam.

Shiyi Niang berkata "en" sekali, yang artinya menyetujui.

Dia bukannya tidak pernah melihat bunga jasmine musim dingin, di dalam rumah kediaman Luo ada ditanam sekitar sepuluh pot, tetapi kalau seperti ini, penuh tersebar memenuhi bukit dan padang, bukan hanya terlihat cantik, bahkan sangat mengagumkan.

Tai Furen memegang tangan Er Furen melangkah ke depan — disamping bukit pasang ini ada sebuah paviliun kecil delapan sudut berpernis hitam, didepan paviliun kecil ini tertulis tulisan bertinta emas "musim semi yang indah".

"Mari duduk di dalam paviliun, minum teh sebentar!" San Furen memanggil orang-orang di belakangnya.

Setiap orang mengikuti masuk ke paviliun kecil ini, ada bibi yang memegang matras brokat bermotif naga awan memegang shou dan mengalaskannya di bangku sepanjang pagar, setiap orang berpencar dan duduk, para pelayan menuangkan teh bening berwarna kuning hijau.

Setelah lelah berjalan, meminum sedikit teh yang ringan wanginya, membuat orang merasa badannya segar kembali.

Shiyi Niang memegang cawan teh, melihat Wen Yiniang di samping melayani dengan hati-hati, terus mencari Hupo diantara keramaian — tidak terlihat orangnya, juga tidak terlihat si Qiuling itu.

Dia tersenyum sedikit.

Sambil minum teh sambil mengobrol mengenai cerita sehari-hari. Wu Niang diam-diam menunjuk ke arah bangunan tiga ruang yang berada di kejauhan yang berada di samping danau yang berbentuk setengah bulan purnama: "Apakah disitu adalah "Banyue Ban (danau setengah bulan purnama)"?"

"Bisa jadi!" Shiyi Niang tertawa mengiyakan, mengangkat kepala dan melihat nona Liu keluarga Qiao yang duduk diseberang mereka sedang memasang telinga....

Dia tertawa perlahan.

Mungkinkah, yang tertarik dengan Xu Lingyi tidak hanya nyonya Qiao seorang!

Setelah selesai beristirahat, Tai Furen masih membawa mereka berjalan-jalan di pekarangan. Ada paviliun air dengan atap bundar empat sisi tempat memancing; ada juga paviliun pemandangan tempat pohon pir, pohon persik, pohon aprikot, pohon parasol ditanam; ada juga aula Zhaozhuang tempat bunga haitang ditanam; ada pekarangan Nongxiang yang berdinding tanah liat kuning; ada dermaga sungai tempat bermain perahu, yang terakhir mengikuti anak tangga di jalan setapak batu kapur di belakang bukit yang menuju vila gunung Lingqiong, membuat semua pemandangan taman bunga pekarangan belakang terlihat oleh mata. Ketika turun bukit, sudah terlihat sekumpulan kereta kecil bertirai menunggu di kaki bukit, semua orang naik kereta kembali paviliun perjamuan — disitu sudah tersedia nasi dan sayuran.

Setelah makan malam, sekumpulan orang ini pergi ke tempat Tai Furen.

Zhun Ke dan Xiu Ke bermain begitu gembira, keduanya saling bergandengan tangan dan tidak ingin melepaskan tangan satu sama lain, Zhen Jier yang disampingnya tertawa.

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang