Bab 103. Marah (1)

104 18 2
                                    

Shiyi Niang juga tidak tahu harus berkata apa.

Hal ini dilakukan terlalu kurang etis... siapa yang mengikat bel dia yang melepaskannya saja!

Dia buru-buru berkata: "Kalau begitu, saya pergi bertemu Tai Furen. Sebentar ikut kamu pulang ke rumah untuk melihatnya."

Da Nainai melahan menarik lengan bajunya: "Saya takut kamu panik, karena itu sengaja datang membawa berita untukmu. Kamu seorang pengantin baru, sekarang pulang ke rumah, kurang baik ya..."

Di satu bulan pertama setelah menikah, kamar pengantin tidak boleh kosong.

Shiyi Niang tertawa berkata: "Jaraknya dekat, saya hanya pergi jenguk sebentar langsung pulang. Menunggu tabib membuka obat, harus merepotkan Da Sao jadinya."

"Memang dasarnya adalah kewajibanku, apanya yang merepotkan."

Da Nanai dan Shiyi Niang berbasa basi sebentar, kemudian bersama-sama pergi ke tempat Tai Furen.

Tai Furen masih berada di tempat Er Furen belum pulang.

Berdua pergi mencari lagi di tempat Er Furen.

Dari kejauhan, sudah terdengar suara melodi qin yang riang gembira.

Da Nainai yang mendengarnya langkahnya jadi berhenti.

"Itu Dengkingan Kijang..." Dia memandang anak tangga yang tinggi, memiringkan telinganya untuk mendengar, "Iramanya lurus, bebas dan halus menggema, seimbang kecepatannya. Yi, senar pertama sedikit ringan, senar keenam sedikit berat, tehnik tangannya seperti tidak terlalu terlatih."

Shiyi Niang sangat terkejut.

Dia sama sekali tidak tahu Da Nainai mengerti tentang qin.

Kalau memang tehnik tangannya belum terlatih, kalau begitu pasti Zhen Ji'er sedang berlatih qin.

Berdua menaiki tangga perlahan-lahan. Ketika berjalan sampai di depan pintu, suara qin berhenti.

Hupo maju ke depan mengetuk pintu, ada pelayan yang wajahnya cantik datang membuka pintu.

Melihat Shiyi Niang, dia tertawa menekuk lutut memberi hormat: "Si Furen, hamba Jiexiang, yang melayani di samping Er Furen." Sangatlah luwes.

Shiyi Niang menganggukkan kepalanya, mengikuti Jiexiang melewati paviliun yang penuh dengan pepohonan rimbun pergi ke ruangan Er Furen.

Perabot dari kayu Huangli yang ringkas dan mengkilap, peralatan rumah tangga dari porselen yang putih tanpa cacat, tirai berwarna biru yang cantik, di udara tersebar samar-samar wangi nenas, sangatlah hangat.

Tai Furen dengan santai bersandar di kursi sofa Luohan, tersenyum-senyum memandang Zhen Ji'er yang berada di depan meja qin depan jendala: "... permainan qin Ji'er semakin bagus!"

Zhen Ji'er memandang Er Furen yang duduk disampingnya dan tertawa malu-malu: "Semua berkat ajaran Er Bomu."

"Juga harus sendiri yang berusaha sepenuh hati baru bisa."

Zhun Ge yang bersandar di Tai Furen sudah tertawa dan melompat berdiri: "Da Jiumu!"

Kepala orang-orang di dalam ruangan jadi berputar ke arah mereka.

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang