Bab 89. Pengantin Baru (3)

120 17 9
                                    

Shiyi Niang sedang berbicara dengan Hupo, ada pelayan yang datang melapor: "Si Furen, Bibi Tao sudah datang."

Jam segini, untuk apa dia datang?

Shiyi Niang tertegun sejenak, kemudian berkata: "Cepat undang masuk."

Bibi Tao mengiyakan dan masuk ke dalam, terlihat Shiyi Niang sedang menguraikan rambutnya, buru-buru berkata: "Aiya nyonyaku, mengapa jam segini nyonya sudah melepaskan rambut. Para yiniang masih menunggu untuk kowtow dan menyajikan teh untuk nyonya." Dan memerintah Hupo, "Cepat sanggul lagi rambut nyonya!"

Shiyi Niang dan Hupo sama-sama terkejut.

"Semua belum makan, menunggu untuk bertemu dengan nyonya!" Bibi Tao berkata dengan sedikit bangga.

Shiyi Niang jadi memandang keluar lewat jendela, Hupo dengan panik menjawab 'en' sekali, buru-buru menyanggul rambut yang sudah terurai menjadi sanggul tinggi.

"Hanya beberapa selir saja." Bibi Tao tertawa berkata, "Bukannya bertemu tamu penting apa, asal sanggul saja!" Sambil berkata, dia menyambung tangan Hupo, dalam beberapa gerakan sudah membantu Shiyi Niang menata rambutnya menjadi sanggul yang cantik dan rapi, kemudian dari kotak perhiasan mencari sepasang anting mutiara untuk Shiyi Niang, berkata dengan suara rendah: "Si Wen Yiniang itu matanya tajam seperti pencuri, mutiara selatan sebesar biji lotus yang ukurannya sepasang sama itu jarang sekali ada." Kemudian dari lemari pakaian Shiyi Niang memilih sebuah gaun merah terang bersulam motif awan, "Di ruangan ini, hanya nyonya yang boleh memakai warna merah."

Ini yang namanya kerendahan hati yang cemerlang!

Shiyi Niang jadi terbuka pandangannya.

Bibi Tao ini, benar-benar seorang pelayan yang ahli.

Tetapi, bisa jadi ini juga belajar dari Yuan Niang bukan!

Kondisi hatinya sedikit berkecamuk. Menyuruh Hupo membawa hadiah yang sudah dipersiapkan untuk para yiniang, mengikuti Bibi Tao pergi ke aula utama.

Bibi Tao berbisik memberitahunya: "Nyonya tidak perlu mempedulikan mereka, kalau mereka membuat nyonya nyaman, nyonya tersenyum saja, kalau tidak nyaman, nyonya langsung tinggalkan saja."

Ini biar bisa menunjukkan temperamennya sebagai atasan untuk memperoleh hasil ditakuti oleh bawahannya? Atau menunjukkan dia masih kecil tidak mengerti aturan?

Shiyi Niang tertawa tidak mengeluarkan suara.

Bibi Tao tertawa dan mengangkat tirai secara personal: "Cepat undang para selir, kalau kemalaman, nyonya sudah mau istirahat!"

Ada tiga wanita yang masuk ke dalam satu persatu.

Yang paling depan adalah Wen Yiniang.

Dia masih sama menyisir sanggul ekor kuda menyamping, wajahnya menawan, hanya anting-anting di telinganya sudah berganti menjadi batu mata kucing, sedikit bergoyang akan memancarkan cahaya yang mengkilap tidak terduga.

Yang ikut dibelakangnya adalah Qiao Lianfang.

Dia memakai gaun sutra dari Hangzhou berwarna hijau kacang dengan motif bunga shidi, rambutnya disanggul model peony, memakai hiasan bando kepala dengan permata ukuran biji lotus, di sampingnya ditusuk hiasan batu permata turquoise berbentuk kura-kura, dandanannya sangat menakjubkan.

Terakhir masuk seorang nyonya berumur tiga puluh.

Dia memakai gaun sutra dari Hangzhou berwarna biru, rambutnya disisir dengan rapi berbentuk sanggul bulat, memakai sirkam emas murni dengan batu permata beeswax, ditusuk bunga kain satin berwarna merah terang, wajahnya yang bulat dan mulus agak tidak tenang, terlihat jujur dan sederhana.

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang