Bab 93. Memberi Salam (3)

106 15 2
                                    

Nada suara Shiyi Niang membuat Xu Lingyi merasa sangat aneh.

Bukan upaya untuk memancing respons darimu, juga bukan sejenis penjajakan sebelum berbasa basi, dia hanya penasaran, kemudian seperti seorang murid yang bertemu dengan soal yang sulit dan meminta penjelasan dari gurunya.

Xu Lingyi jadi terdiam beberapa saat baru berkata: "Di daerah sekitar Guizhou, menempati Sichuan sedikit juga. Sangat curam, sangat banyak gunung."

Shiyi Niang 'oh' sekali, kemudian Xu Lingyi mendengar suara 'sua sua sua' halaman buku dibalik, jelas sedang mencari tempat yang dia katakan.

Melihat dia begitu serius, Xu Lingyi jadi tidak tahan untuk bertanya: "Mengapa kamu begitu suka melihat peta?"

Shiyi Niang menoleh tertawa kepadanya: "Karena dengan demikian, bisa tahu di luar sana sangat luas. Kekuatiranku yang begitu kecil sudah tidak ada artinya lagi!"

Suaranya samar-samar, seperti suara gema di pegunungan sepi.

Xu Lingyi tertegun.

Apakah dia sedang memberinya pencerahan?

Punggungnya menghadap cahaya, matanya yang memandang dirinya bercahaya gemerlap, secara aneh seperti memancarkan sinar, juga seperti mengandung makna.

Tiba-tiba dia menemukan jantungnya berdegup dengan sangat lihai, hendak berkata sesuatu, tetapi juga tidak tahu harus mengatakan apa.

Shiyi Niang sudah menoleh kembali, menunduk membaca buku: "Xibei itu berada dimana pula?"

Suaranya lembut, lehernya yang putih dan indah sedikit tertunduk, membentuk sebuah lengkungan yang indah, cahaya kuning temaram jatuh di atasnya, bulu-bulu yang halus seperti dipercik selapis bedak emas.

Kemudian dia mencium wangi samar-samar, tidak tahu wangi apa, seperti hilang dan muncul, langsung menghujam dalam hatinya.

Entah karena setan atau dewa yang mana, tiba-tiba dia menjulurkan tangannya membelai tengkuknya.

Sepasang tangan besar yang kapalan dalam ingatannya tiba-tiba membelai tengkuknya, sesaat dia jadi mematung.

Tidak mungkin...

Suara halaman buku yang dibalik mendadak berhenti.

Kulit tengkuk yang lembut di bawah tangannya berubah menjadi sedikit tegang.

Wajahnya yang menahan penderitaan pada malam itu tiba-tiba muncul di pikirannya.

Seperti terkena ubi panas yang membakar tangan, Xu Lingyi tiba-tiba menarik kembali tangannya: "Cepat tidurlah, besok masih harus bangun pagi!"

Shiyi Niang tercengang.

Dia yakin sekali, itu bukan tersentuh tanpa sengaja, melainkan belaian yang membawa maksud.

Tetapi tanpa pertanda sudah menyerah...

Mengapa?

Tetapi hasilnya membuat dia jadi menghembuskan nafas lega, tentu saja dia tidak sebodoh itu pergi mengejar bertanya.

Berpura-pura seperti tidak mengerti apapun, dia tertawa menjawab ya, menunduk dan meniup lilin, mengkerut kembali di dalam selimut.

Tidak tahu mengapa, Xu Lingyi diam-diam menghembuskan nafas lega.

Shiyi Niang dengan cepat tertidur.

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang