Bab 55. Urusan Pernikahan (2)

119 16 5
                                    

"Mungkin tadi pagi kita pergi mengantar ginseng, Dagu Nainai jadi datang membalas pemberian." Bibi Xu menenangkan Da Taitai, secara personal pergi menyambut bibi Tao masuk ke dalam.

Ternyata benar bibi Tao datang membawa beberapa kotak cemilan, sambil tertawa memberi salam kepada Da Taitai: "Hendak menyampaikan terima kasih atas ginseng dari Da Taitai."

Bibi Xu menerima kotak tersebut, dengan sengaja berjalan agak menyingkir ke tempat kosong di timur untuk menaruh cemilan.

Mengambil kesempatan ini bibi Tao berkata dengan suara rendah kepada Da Taitai: "Kata nyonya, nyonya Jiang Gui pagi-pagi tadi sudah kembali ke Yangjing, berharap besok anda bisa membawa beberapa nona pergi membakar hio di kuil Huguo."

Hendak melihat rupa masing-masing ya?

Da Taitai sangatlah percaya diri dengan rupa para putri selirnya, dia menganggukkan kepalanya: "Sudah mengerti!"

Tujuan kedatangan bibi Tao sudah tercapai, setelah mengobrol beberapa kata lagi dia bangkit berdiri mohon pamit: ".... dua hari ini urusan di samping nyonya sangatlah banyak."

Da Taitai tentu saja sangat mengerti jadi tidak menahan dia lagi, setelah menghadiahkan dua puluh perak, menyuruh bibi Xu mengantarkan dia keluar. Setelah bibi Xu kembali, dia kembali memberi perintah: "Besok saya membawa tiga nona pergi ke kuil Huguo untuk membakar dupa, kamu pergi beri tahu Da Nainai."

Bibi Xu mengiyakan kemudian pergi.

Ketika kembali melaporkan dia terus tertawa: ".... teman sekolah si Daye itu cukup lucu. Mendengar besok pagi kita akan pergi membakar hio di kuil Huguo, dengan bersemangat dia berkata ingin ikut pergi. Dia berkata lagi, sudah beberapa hari ini makan gratis di rumah kita, hal lain dia tidak bisa bantu, tetapi kalau membawa jalan, menunjukkan arah, itu dia lebih dari mampu melakukannya."

Da Taitai yang mendengarnya jadi tertawa: "Ini memang cukup bersemangat. Jangan-jangan karena sudah makan beras orang jadi merasa tidak enak hati?"

"Si tuan Qian ini penampilannya cukup terhormat." Bibi Xu tertawa sambil berkata, "Hanya sepasang matanya terlalu lincah, tidak setenang Xing Ke kita."

Setelah kedua orang ini mengobrol sebentar, kembali duduk menghitung pembukuannya.

*****

Di sisi lain di kediaman keluarga Xu, Tai Furen baru saja duduk, belum juga sempat menyesap teh di tangannya, Xu Lingyi sudah datang.

Tai Furen melihat teh ditangannya, kemudian melihat lagi putranya yang berada di hadapannya, jadi tidak bisa menahan tawa: "Sudah lama tidak melihat kamu begitu terburu-buru."

Xu Lingyi tertawa kecil.

Tai Furen memberi perintah kepada pelayan disampingnya: "Ada yang harus saya bicarakan dengan Hou Ye!"

Para pelayan wanita menekuk lutut dan menjawab 'ya', satu persatu melangkah meninggalkan tempat.

Tai Furen jadi menggoda putranya: "Bukankah kamu berkata kalau keluarga Jiang tidak ada kabar berita pagi-pagi ini, jangan lagi mengungkit tentang pertunangan ini? Kenapa? Kenapa? Takut saya sudah membuat urusan menjadi kacau?"

"Coba perhatikan kata ibu." Xu Lingyi tertawa sambil berkata, "Nyonya Huang adalah saudari perempuan ibu sejak ibu masih kecil, kalau ada apa-apa ibu selalu bercerita kepadanya, kondisi rumah kita dia juga mengerti, karena itu barulah sengaja mengundang dia untuk muncul ikut memberikan pendapatnya tentang urusan Zhun Ke. Saya mana mungkin tidak percaya. Saya hanya melihat jam segini ibu sudah pulang, jadi sengaja datang melihat-lihat."

"Hitung-hitung kamu masih tahu berbakti." Tai Furen yang mendengarnya jadi menganggukkan kepalanya, "Nyonya Huang memang hendak menahan saya sampai siang hari untuk bermain mahjong, tetapi karena banyak pikiran, jadi saya pulang saja."

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang