Bab 95. Pelayan Bawaan (2)

82 14 11
                                    

Bibi Tao berjalan masuk dengan wajah tersenyum, di tangannya memegang sebuah pembukuan.

Dia menekuk lutut dan memberi hormat kepada Shiyi Niang: "Furen!" Wajahnya sangat tenang.

Shiyi Niang menganggukkan kepalanya, menyuruh pelayan memberikan bangku kecil untuknya.

Bibi Tao duduk, pelayan tersebut menyajikan teh. Dia menyodorkan pembukuan tersebut ke tangan Shiyi Niang: "Setelah Dagu Nainai pergi, Tai Furen menyerahkan ke tanganku pembukuan ini. Sekarang nyonya sudah datang, tentu saja harus diserahkan kepada nyonya. Silahkan nyonya lihat-lihat."

Shiyi Niang tidak menerima pembukuan tersebut, tertawa berkata: "Kalau memang Tai Furen menyerahkan kepadamu untuk mengurusnya, sementara ini kamu bantu mengurusnya saja!"

Bibi Tao tertegun, baru kemudian mengerti maksud Shiyi Niang.

Dia tidak ingin ikut campur dalam urusan Zhun Ge.

Bibi Tao begitu emosi sampai wajahnya merah padam, seluruh badannya jadi gemetar. Tetapi tidak berani marah dengannya, hanya bisa berkata dengan baik-baik: "Si Furen, bagaimana pun saya adalah bawahan. Kalau mengurus barang peninggalan Dagu Nainai, bukan seorang yang berhak penuh, perkataannya tidak akan didengarkan. Tidak seperti nyonya, adalah seorang majikan. Berkata satu kalimat saja, lebih kuat dibanding sepuluh kalimat kami..."

Yuan Niang sudah meninggal satu tahun lebih, sendiri juga sudah menikah kesini, Shiyi Niang memang sudah curiga Bibi Tao tidak bisa menekan orang di bawahnya lagi. Sekarang mendengar perkataannya, jadi semakin yakin.

Dia jadi tertawa berkata: "Apakah ada orang yang bergosip? Atau ada orang yang merasa tidak puas?"

Bibi Tao tertegun, memandang Shiyi Niang.

Bukankah Da Taitai berkata umurnya masih muda, apapun tidak mengerti, sendiri hanya perlu menghiburnya dengan kata-kata manis itu sudah cukup? Mengapa seperti sudah mengerti segala sesuatu? Atau ada orang disamping yang mengajarnya? Ini juga tidak mungkin. Demi mencegah ada bibi yang tidak tahu posisinya mentang-mentang merasa lebih tua, mengerti lebih banyak hal jadi bisa memprovokasi Shiyi Niang, karena itu Da Taitai tidak mengatur seorang bibi di maharnya... apakah Da Taitai sudah silap penglihatannya?

Dalam hatinya sedang gelisah, terlihat Shiyi Niang mengangkat cawan tehnya, menyesapnya seteguk tanpa terburu-buru.

Walaupun gerakannya sangat anggun, ekspresinya sangat menyenangkan, Bibi Tao yang melihatnya dalam hatinya semakin panik.

Shiyi Niang jelas hendak bertarung waktu dengannya — kelihatannya, seharusnya sudah tahu entah apa!

Tetapi situasi sekarang tidak berpihak kepadanya. Shiyi Niang kapan saja bisa mengambil alih semua peninggalan Yuan Niang, toh barang berada di tangannya, kalau ada apa-apa itu urusannya sendiri. Tetapi dirinya tidak bisa menunggu lagi... Wanxiang si bocah busuk itu terus menekan keras, sampai bawahan juga ikut memberontak, kalau terus ditunda, ketahuan Tai Furen itu hal kecil, tetapi kalau San Furen tahu, ditertawakan olehnya itu hal kecil, takutnya dengan menggunakan hal ini jadi menyerang orang yang mengikuti Dagu Nainai dari awal.

Tidak peduli bagaimana pun juga, di belakang Shiyi Niang masih ada Da Taitai...

Pikiran ini berkelebat, Bibi Tao sudah memutuskan dengan bulat.

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang