Bab 25. Yanjing (3)

164 30 2
                                    

Mendengar putrinya hendak bertemu dengannya, Da Taitai buru-buru menyetujui: "Tidak perlu mengubah hari lagi. Kamu beritahu Yuanniang, besok siang saya pasti datang."

Bibi Tao menjawab "ya", memanggil pelayan wanita yang bersamanya masuk, dan memberikan hadiah yang diberikan oleh Luo Yuanniang: "Sedikit ginseng, supaya Da Laoye, Da Taitai badannya sehat."

Da Taitai tertawa dan menyuruh bibi Xu menyimpannya.

Shanhu datang membawa kursi brokat: "Bibi Tao, silahkan duduk."

Bibi Tao terus menerus berkata "tidak berani", dan juga menolak: "Da Taitai sudah capai melakukan perjalanan jauh, nyonya rumah kami juga masih menunggu saya pulang untuk melapor. Saya pulang dahulu, besok baru datang menjemput Da Taitai ke rumah."

Da Taitai berpikir sebentar kemudian berkata: "Waktu masih banyak. Kamu pulang melapor dulu kepada Yuanniang, biar hatinya juga lebih tenang."

Bibi Tao yang mendengarnya jadi bangkit berdiri dan mohon undur diri, bibi Xu secara personal mengantar dia keluar.

Da Laoye bangkit berdiri: "Semua orang pergi beristirahat saja. Tunggu nanti malam baru kita makan malam bersama."

Semua orang menjawab "ya" dengan hormat, bibi Xu dan Shanhu dan lainnya tinggal untuk melayani Da Taitai bersih-bersih, Luo Zhenxing dan Da Nainai membawa orang lainnya berbondong-bondong keluar dari ruangan.

Seorang wanita paruh baya yang gemuk pendek tersenyum-senyum berdiri menunggu di bawah kanopi di luar ruangan, melihat mereka keluar, maju ke depan memberi hormat kepada Luo Zhenxing, dan memberi laporan kepada Da Nainai: "Da Nainai, tempat tinggal para nona sudah dirapikan, peti barang Da Taitai sudah diturunkan, jumlahnya semuanya sudah benar, hanya tidak tahu barang mana ditaruh di kamar yang mana...."

Wanita ini marga Hang, adalah pelayan dari gadis Da Nainai, juga adalah bibi yang cakap disampingnya.

Da Nainai yang mendengarnya menghadap ke Wu Niang dan Shiyi Niang sambil tertawa berkata: "Tanah di Yanjing berharga seperti emas, tidak bisa dibandingkan dengan Yuhang, jadi rumah agak kecil. Ayah dan ibu tinggal di ruang utama, jadi kalian ditempatkan di ruang bagian belakang. Jadi mohon dua adik jangan keberatan, coba menyesuaikan keadaan dulu saja."

Senyumnya tulus, nada bicaranya juga lembut, membuat Shiyi Niang dalam hati diam-diam kagum.

Tidak percuma Gushi adalah kelahiran keluarga terpandang di Jiangnan, walaupun dia tahu Da Taitai dalam menghadapi anak-anak selir ini diluar manis tapi dalam hati pahit, tetapi dia tetap bersikap sama lembut dan lapang dada, tidak kehilangan martabat seorang wanita dari keluarga tua yang terhormat.

Shiyi Niang memandang Da Nainai tertawa dan berterima kasih: "Terima kasih kepada Saosao (kakak ipar)!"

Wu Niang malahan menarik tangan Da Nainai: "Mendengar perkataan Saosao, masakan kami adalah orang yang tidak mengerti situasi yang ada? Rumah ini besarnya seperti ini, ayah, ibu tinggal di ruang utama, kami tinggal di ruang belakang, abang dan Da Sao jadi harus tinggal di ruang depan. Ruang depan belakangnya menghadap utara depannya menghadap selatan, pada musim dingin sangat dingin, pada musim panas sangat panas, juga dekat dengan pekarangan luar, sangat berisik dan ribut.... abang masih harus belajar...." Sambil berkata, matanya sudah basah, "Kalau Saosao berkata seperti begitu, kami jadi merasa malu."

Da Nainai yang mendengarnya ada sedikit tersentuh.

Sangat menyenangkan Wu Niang bisa mengetahui kebaikannya. Bisa menyadari juga kesusahan suaminya Luo Zhenxing.... tidak heran orang-orang berkata Wu Niang itu pintar dan cerdas, benar-benar membuat orang jadi menyukainya.

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang