Bab 38. Jamuan (3)

148 26 2
                                    

Nona Liu dari keluarga Qiao sedikit tertegun.

Dia tidak menyangka Er Furen bisa seperti dia sama-sama secara personal membuat teh bunga....

Er Furen keluarga Xu, Xiangshi lahir dari keluarga sarjana, ayahnya adalah sarjana lulusan terbaik selama tiga puluh tahun, dulu mendapat gelar dan menjabat sebagai sarjana Universitas Hanlin, merupakan senior di universitas istana. Dia masih muda dan merupakan anak kesayangan, keluarga Xu mengundang mak comblang untuk pergi meminangnya gagal sampai tiga kali. Terakhir ayahnya melihat Xu Lingan yang masih muda tampan, cepat tanggap dan cerdas, ditambah lagi janda almarhum baginda Bai yang menjadi penjamin, baru menyetujui untuk menikahkan anaknya.

Siapa sangka, Xiangshi begitu menikah tidak sampai tga tahun, Xu Lingan meninggal karena sakit-sakitan.

"Er Furen, dia sehat-sehat saja?" Da Taitai bertanya dengan sedikit muram.

Tai Furen sulit menutup kesedihannya: "Sejak An Er meninggal, hatinya rapuh seperti sutra, jadi sudah jarang keluar bersosialisasi."

Wajah nona Liu terlihat tidak terganggu.

Mata nyonya Qiao memutar sekali, kemudian tertawa berkata: "Kalau begitu nyonya harus menasehati dia supaya keluar berjalan-jalan. Dia itu dasarnya adalah orang yang baik, disamping tidak orang yang mengurusnya, tidak heran menjadi muram dan melankolis. Kalau bukan karena San Furen menyajikan teh ini, kami masih tidak menyadarinya. Kakak Liu kami juga membuat barang semacam ini. Kalau tidak, kita ambil kesempatan ini untuk pergi melihat Er Furen. Yang pertama biar bisa meramaikan tempat dia, yang kedua biar dia bertemu dengan kakak Liu kita, pasti cocok satu dengan yang lain. Ada orang-orang yang lalu lalang, juga lebih bagus."

Tai Furen lumayan tergerak hatinya: "Ide yang bagus." Dia langsung bangkit berdiri, teh juga tidak diminum lagi, "Kita pergi bertamu ke tempatnya." Kemudian berseru ke pelayan yang bernama "Dongxiu" di sampingnya "Beritahu Er Furen, nyonya besan datang, kita mau pergi bertamu ke tempatnya."

Dongxiu mengiyakan dan berjalan pergi.

San Furen memberi perintah ke pelayan bernama "Jinrui" di sampingnya: "Atur beberapa kereta kecil bertirai kesini."

Tai Furen melambaikan tangannya, tertawa berkata: "Hari ini cuaca begitu bagus, kita jalan-jalan saja, pulang baru dijemput kereta."

San Furen mengiyakannya. Sekumpulan orang ini berjalan kembali ke arah pintu gerbang pekarangan dalam.

Bibi yang menjaga pintu buru-buru datang menyambut, menemani Tai Furen masuk ke dalam pintu.

Persis di hadapan mereka ada tumpukan batu Taihu putih yang ditumpuk menjadi gunung palsu, di samping gunung palsu ini ditanam beberapa pohon tua yang menjulang tinggi ke langit. Melewati gunung palsu ini, di sebelah kiri adalah pepohonan yang rimbun diatas bukit yang besar, sebelah kanan adalah sebuah jalan setapak yang sepi berkelak kelok masuk ke dalam hutan.

San Furen memapah Tai Furen membawa mereka masuk ke dalam hutan, mengikuti jalan setapak bebatuan yang sempit, tidak sampai waktu satu cawan teh terlihat sebuah hutan bambu yang rimbun, jalan setapak ini terus menuju ke hutan bambu ini dan terlihat sebuah pekarangan kecil.

Di depan pintu pekarangan ada tujuh, delapan anak tangga batu, seorang wanita memakai pakaian terusan warna putih pastel motif bunga ditemani oleh Dongxiu dan seorang pelayan yang wajahnya familiar, sedang berdiri di anak tangga memandang ke depan.

Melihat mereka, Dongxiu dan si pelayan berwajah familiar tersebut memapah wanita tersebut turun dari anak tangga.

Seharusnya wanita itu adalah Er Furen keluarga Xu....

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang