REMEDIASI.

11.4K 1K 74
                                    


Kalo enggak marah enggak rame ya 🤣🤣

Jan lupa taburan bintang sama komentarnya.

***

Seseorang terlihat mirip pujangga ulung yang jatuh cinta, mementaskan sandiwara Romeo Juliet yang tak berakhir bahagia, benarkah Dewa akan mengalaminya?
Jauh di lubuk hati terdalam, ia belum ingin menyerah. Baiklah kalau Mya sekali lagi menginginkan masa dua hari intuk merenung, Dewa masih memiliki kesabaran ekstra yang belum terkikis, tapi tak janji jika masa tersebut sudah habis.

Istrinya sudah berangkat ke Jogja pagi tadi bersama rombongan teman-teman kantor menggunakan pesawat yang dibiayai oleh budget dari tempat kerja. Lantas Dewa? Ia berusaha melangsungkan kehidupannya dengan normal meski hanya seorang diri di apartemen tanpa siapa-siapa. Ia sempat mengasumsikan sesuatu tentang Mya yang tak lantas mengatakan apa-apa perihal masalah tersebut pada orangtua Dewa pun Herdi, bahkan wanita itu tak pergi ke mana-mana. Apa semua tentang titik balik ke arah yang lebih baik?

Dewa enggan menerka-nerka, ia memilih menyibukan dirinya dengan berbenah setelah pulang bekerja, sebuah kotak cokelat tetap dibiarkan tergeletak di permukaan meja ruang tamu sejak kurir barang datang mengantarnya sore tadi.

Dewa duduk seorang diri di balik meja makan seraya menikmati semangkuk sorbet yang terlupakan, setiap satu sendok yang berhasil masuk ke perutnya berhasil mengingatkan Dewa untuk sebuah momen dari bulan demi bulan yang mereka lewati, mereka semua datang menuntut sebuah pertimbangan, bukan masalah bagi Dewa karena ia hanyalah vonis yang dijatuhkan Tuhan atas Mya pun sebaliknya.

Sesendok lagi berhasil masuk melewati kerongkongannya, ia jadi ragu untuk menghabiskan semua, takut saja kenangan yang tak banyak memakan waktu itu akan cepat habis seperti sesendok sorbet yang tak perlu dikunyah.

Dewa mengembuskan napas pelan, ia beranjak benar-benar menyimpan sorbet yang masih tersisa kembali ke dalam freezer untuk besok lagi, sayang kan kalau dihabiskan sekarang jika hari esok ia masih sendirian, setidaknya kudapan pencuci mulut tersebut mampu menggantikan kehadiran Mya di apartemennya meski sebatas kebekuan yang akhir-akhir ini Dewa rasakan.

Dewa beranjak keluar dari dapur dan menghampiri kotak cokelat berisikan sesuatu yang ingin ia letakan di kamar Mya, ia dekap kotak tersebut dalam dada seraya membawanya ke kamar sang istri. Pintu dibuka, aura hampa menghampiri. Ia mengesah dan tetap melangkahkan kakinya masuk ke sana, Dewa letakan kotak tersebut di permukaan ranjang.

Jendela sudah terbuka sejak pagi, sesuatu yang pernah berjejer rapi di sana sudah pamit undur diri, tapi kali ini Dewa menghadirkannya kembali. Beberapa pot kaktus sengaja Dewa beli untuk mengganti jasad tanaman yang sudah bernasib buruk tersebut, ia mengeluarkan satu per satu dari kotak dan menatanya di dekat jendela, seperti semula meski mungkin tak semuanya mirip dengan kaktus yang lama, paling tidak Dewa masih berinisiatif memperbaiki hal yang rumpang dari kamar ini.

***

Wanita itu duduk di antara dua nisan salib makam yang bersebelahan, sisi kiri Mya bertuliskan Bertha Darra Indah, sedangkan sisi kanannya Yohannes Atmaja Basuki. Sebenarnya nama panjang Mya memiliki empat frasa, hanya saja semua orang lebih mengenal Mya dengan dua frasa nama.

Brielle Davika Mya Bethani.

Nama yang cukup panjang tersebut jarang diketahui banyak orang, lagipula takkan ada yang memusingkannya, mereka cukup mengenal Mya dengan nama Mya Davika.

Jogja, satu kota yang seringkali menjadi tujuannya pulang, hanya saja terlalu rumit dijelaskan ketika Jakarta menjadi tempat yang masih terasa nyaman, setidaknya Mya memiliki planning untuk menua di tempat ini, duduk bersama seseorang di beranda rumah seraya melihat anak cucunya bermain di halaman. Ia memang tak terlahir di Jogja, Mya asli kelahiran Jakarta, hanya saja tak salah kan kalau Mya ingin menghabiskan sisa umurnya di tanah kelahiran kedua mendiang orangtuanya kelak? Tak masalah menambah satu makam lagi di sisi kanannya.

Jika, Mungkin (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang