DISTINGSI.

11.5K 910 34
                                    


Di chapter ini aku mau bayangin Lee Dong Wook sebagai Mas Dewa.

Jangan lupa komentar sama taburan 🌟🌟 temans ❤❤

Btw lagunya Rizky Febian — Seperti Kisah, cocok buat soundtrack chapter ini.

Btw lagunya Rizky Febian — Seperti Kisah, cocok buat soundtrack chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kelopak mata Mya perlahan terbuka, ia mengerjap beberapa kali seraya menguap lebar, tubuh nan terasa lelah setelah perjalanan kereta yang menempuh waktu lebih dari lima jam itu belum sudi diajak beranjak dari ranjang di kamar Dewa, Mya menatap sekitar seraya mempertahankan diri tetap terbaring di sana.

Tangan kanannya meraba jam weker yang tergeletak di sisi pigura foto berlatar belakang Barcelona, antara ia dan Dewa. Ia mengernyit menyadari masa istirahatnya sudah begitu lama hingga melupakan waktu, sekarang sudah pukul empat sore.

"Dewa belum pulang, tadi pagi dia sarapan pakai apa?" Karena mengingat hal tersebut, Mya mengajak tubuhnya beranjak, ia meletakan lagi jam weker di tempat semula dan menyingkap selimut, wanita itu lebih dulu merapikan ranjang Dewa sebelum melangkah keluar dari kamar. Tujuan berikutnya adalah dapur, netranya mengarah pada hal sekitar, ia tersenyum menyadari kondisi apartemen suaminya tetap rapi meski Mya tak melakukan apa-apa hari ini.

Ia menyempatkan waktu menyentuh permukaan nakas menggunakan telunjuknya, mengusap sejenak—sesuatu yang ternyata tidak kasar, tak ada debu di sana. "Kayaknya Dewa kerja keras buat bersih-bersih, nggak nyangka dia rajin juga." Hampir saja Mya salah kaprah, bukankah sebelum mempersuntingnya Dewa juga tinggal di apartemen sendiri, tapi kan ada Marisa di masa lalu.

Mya mengangguk, ia memasuki dapur dan menemukan cangkir kotor di tempat cuci piring, senyumnya kembali terbit. "Pasti Dewa bikin kopi sendiri." Perasaan hangat seakan menggamit erat tubuhnya, ada banyak perbedaan yang harus ia terima dalam satu perputaran waktu, Dewa yang ia kenal dulu ternyata manusia penuh kelembutan akhir-akhir ini. Mya tak ingin menganggap dirinya tengah bermimpi, sebab banyak bukti di depan mata.

"Kenapa enggak aku kasih reward aja kalau nanti udah pulang kerja." Bola lampu menyala muncul di atas kepala, membuat Mya tahu apa yang harus ia lakukan saat suaminya pulang bekerja, yang harus pertama ia bereskan adalah aroma tubuh setelah seharian tidak mandi, begitu pulang dari stasiun dan tiba di apartemen seraya menangis dan mengucap banyak hal yang membuat Dewa miris sendiri, wanita itu akhirnya tidur dalam lelap yang nyaman.

Dewa sama sekali tak terlelap meski istrinya sudah terpejam, ia memilih beranjak dan merapatkan selimut pada tubuh sang istri seraya meninggalkan sebuah kecup pada pelipis kiri wanita itu saat Mya memosisikan tubuhnya miring ke kanan.

Dewa keluar kamar, memakai apron yang diambilnya dari laci dapur, lantas melangsungkan tugas yang biasanya dipegang Mya, tugas berbenah rumah—termasuk saat ia membongkar koper Mya dan mengeluarkan semua pakaian sang istri, ia memasukannya ke mesin cuci seraya melakukan pekerjaan lain. Karena mesin cucinya dilengkapi pengering, Dewa hanya tinggal menjemur sejenak di balkon, pada tempat jemuran yang terbuat dari aluminium.

Jika, Mungkin (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang