SELAKSA RASA.

9.7K 781 14
                                    


Jangan lupa dikasih vote dan komentar ya manteman ❤❤

***

"Welcome home," ucap Dewa seraya tersenyum lebar saat membukakan pintu apartemennya untuk sang istri yang pagi ini—sekitar pukul enam—akhirnya kembali untuk menaungi satu flat yang sama.

"Makasih." Mya turut serta menarik kedua sudut bibirnya sebelum menarik koper dan masuk ke dalam sana, baru pertama kali Dewa menyambut kehadirannya di tempat ini seakan mereka tengah meramu kisah baru dari sebuah keputusan besar di satu persimpangan. "Kalau gitu aku mau mandi ya, Wa. Mau siap-siap, kamu juga siap-siap ya, nanti aku buatin sarapan."

Dewa mengangguk, ia membiarkan istrinya melenggang menghampiri kamar wanita itu sendiri. Sudah satu bulan lebih, tapi mereka lebih mirip anak kost ketimbang sepasang suami istri, kamar saja harus berbeda—padahal sudah sampai di tahap paling krusial.

Dewa tersenyum saat ia membayangkan sesuatu, ia bergegas menghampiri kamarnya dan melakukan apa yang sang istri perintahkan.

***

"Selamat pagi, Bu Mya," sapa Aira sok-sokan formal, ia bertemu Mya saat wanita itu memasuki lobi, sedangkan Aira tengah berbicara dengan temannya di dekat pintu utama.

"Pagi juga, Bu Aira." Mya membalas, ia tersenyum seraya mengajak Aira bersalaman, pagi ini benar-benar berbeda, pancarona pelangi seakan membingkai wajah Mya setelah ia kembali pulang ke rumah kedua.

"Ya ampun, kalau ngomong kayak tadi kita udah kayak ibu-ibu arisan." Aira terkekeh sendiri, ia menggandeng lengan Mya dan mengajaknya menghampiri lift sebelum berdiri di belakang seseorang, hanya ada dua lift, jadi rutinitas antre di beberapa jam khusus memang sudah terbiasa, kalau tak ingin repot sebaiknya menapaki satu per satu anak tangga darurat saja sampai seluruh tulang kaki terlepas. "Lo berangkat sama siapa, My? Diantar Dewa?"

"Aku—"

"Woy! Jangan ditinggal dong guenya." Suara Melody seperti baru saja meneriaki maling, gadis itu melangkah cepat tanpa memedulikan stiletto yang ia kenakan, terkadang Melody bar-bar sekali tanpa memperhitungkan kondisi sekitar, tanpa peduli jika imagenya sebagai karyawati yang anggun bisa hancur.

"Lama-lama kayak preman terminal lo, Mel. Gue aja kaget, gimana yang lain," sungut Aira seraya memperhatikan karyawan lain di sekitar mereka yang sempat menoleh juga saat Melody berteriak, kini ditariknya Mya masuk ke dalam lift setelah pintu terbuka. Sekitar tujuh orang berada di dalam sana, lima perempuan dan dua laki-laki.

"Gue bawa sesuatu buat kalian," tutur Melody tak memusingkan cibiran Aira tadi, ia berdiri di sisi kiri Mya yang berada di tengah-tengah kedua sahabatnya.

"Bawa apa?" tanya Melody serta Mya bersamaan.

"Sst, nanti aja kalau udah keluar dari lift." Tak berselang lama mereka tiba di lantai tertuju, ketiganya keluar dan melangkah berjejeran seperti teletubies dengan kepribadian berbeda. "Oh ya, gue mau kasih tahu sesuatu." Ia sengaja maju lebih cepat selangkah dan merentang tangan menghalangi langkah kedua temannya yang refleks berhenti. "Sabtu malam datang ke Hotel Paradise ya, ada acara yang bener-bener wow banget."

"Acara apa?" tanya Aira.

"Abang gue mau tunangan, dan ini kilat banget, baru dua Minggu pacaran—udah langsung bawa hubungan ke jenjang yang lebih serius aja."

"Wow! Ini beneran wow sih! Selama ini pacar abang lo kan cuma kerjaan kantor, apa karena saking lamanya menjomlo—terus nemu cewek langsung diajak serius, Mel," terka Aira.

"Makanya, gue aja kaget, mana itu cewek belum pernah dikenalin sama keluarga gue, katanya nanti bakal jadi surprise pas acara pertunangan mereka. Apa pun itu gue bakal dukung aja sih, yang penting dia bahagia—daripada nanti jadi bujang lapuk kan bahaya, gue nggak enak kalau ngelangkahin abang gue dulu nikahnya."

Jika, Mungkin (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang