LANGIT-LANGIT TAWA.

9.5K 836 30
                                    


"Mau buat apa?" Dewa baru selesai mandi, aroma menthol di rambutnya yang basah membaui indra penciuman Mya saat suaminya berdiri di samping wanita itu seraya mengusapi kepala menggunakan handuk kecil yang tersampir di bahu.

"Sorbet. Es krim nenek moyang kamu, Wa." Mya terlihat sibuk mengupas kulit kiwi, memisahkannya dari daging buah berwarna seperti kecokelatan, ada empat buah kiwi yang Mya beli, dua lainnya sudah Mya kupas dan ia sisikan daging buah pada sebuah piring. Mya juga membeli empat alpukat yang belum ia pisahkan kulit serta isinya.

Saat jam makan siang di kantor seraya menikmati es teller dengan teman-temannya di sebuah kafe, tiba-tiba tercetus ide untuk membuat sorbet sendiri jika pulang kerja. Lantas, Mya merealisasikannya dengan lebih dulu membeli buah yang memiliki daging tebal di supermarket area apartemen Dewa, dan pilihannya jatuh pada kiwi serta alpukat, jadi ia akan membuat dua jenis sorbet menggunakan buah-buah tersebut.

"Nenek moyang aku berarti nenek moyang kamu," sahut Dewa tampak antusias memperhatikan pekerjaan istrinya di balik meja dapur.

"Ya udah, nenek moyang kita disamain aja biar adil. Clear kan." Entah obrolan macam apa ini.

"Kenapa mau buat sorbet?"

"Nostalgia, waktu kecil ibu suka buatin aku sorbet rasa stroberi."

"Ibu lagi buat apa, Bu?" Mya baru pulang sekolah, keringat tampak membasahi pelipis serta tengkuk siswi kelas empat SD tersebut. Sepertinya Mya lelah sekali, hari ini ada jadwal olahraga, dan kemarin Mya sempat memberitahu Indah—ibunya—kalau kelas sebelah melakukan lompat jauh, ternyata hari ini Mya melakukan olahraga yang sama.

Aroma keringat menguar menggelitik indra penciuman Indah yang berdiri di balik meja makan, wanita itu tengah menghaluskan cukup banyak buah stroberi yang sudah dicucinya lebih dulu sebelum masuk ke blender hingga menghasilkan puree stroberi yang kemerahan.

"Buat sorbet, kan hari ini anak ibu capek habis olahraga, pasti makan yang segar-segar enak kan, Nak?" Indah tersenyum kecil menunduk menatap Mya yang tampak berjinjit melongok isi blender.

"Sorbet ya, Bu. Mya mau!" Ia berseru kegirangan seraya mengangkat sepasang tangan sebagai kiasan selebrasi sederhana.

"Kalau Mya mau, Mya harus nurut perintah ibu. Sekarang Mya ganti baju ya, terus seragamnya taruh di keranjang kotor kamar mandi, nanti kalau sorbetnya jadi pasti ibu panggil Mya."

"Baik, Bu!" Mya kecil berlari keluar dari dapur seraya membawa rasa bahagia setelah berlelah-lelah di sekolah.

Dewa tersenyum tipis. "Mau aku bantu?"

"Boleh, biar cepat selesai. Kamu pisahin daging alpukat dari kulitnya ya, Wa." Mya meraih piring ceper serta sendok yang kini diletakannya di depan Dewa, laki-laki itu mengerti maksud Mya, ia sendiri pernah melihat Paramitha memisahkan daging alpukat yang tebal menggunakan sendok dengan cara mencongkelnya agar terpisah dari si kulit.

Mya masih sibuk mengupas kiwi, saat buah-buahan tersebut sudah terpisah dari kulitnya Mya terlebih dulu mencuci, lantas ia membuka kabinet atas dan mengeluarkan toples gula pasir, ia juga mengeluarkan lemon dari kulkas dan memotongnya menjadi dua bagian.

Dewa tetap sibuk memperhatikan meski sepasang tangan kosong tanpa pekerjaan, istrinya seperti terbiasa membuat makanan yang bersaudara dengan es krim serta gelato tersebut, lagipula sorbet adalah nenek moyang dari pencuci mulut nan dingin yang gampang sekali dibuat.

Mya juga mengeluarkan sebotol air dingin dari kulkas. Kini semua bahan yang ia butuhkan sudah berjejer rapi di meja makan, Mya lebih dulu memasukan semua daging kiwi, gula, air serta perasan lemon ke dalam blender. Rasio penggunaan gula yakni 4:1 dengan buah, artinya empat buah kiwi untuk satu gelas gula pasir, penggunaan gula pasir memang paling efektik untuk menciptakan tekstur dari sorbet itu sendiri.

Jika, Mungkin (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang