"Kamu kan nggak bisa nyanyi, kamu cuma bisa nangis."Kasus bullying kerap dialami siapa saja, termasuk anak TK sekalipun. Ejekan berulang kali ia dengarkan, bahkan tak segan sang teman mencubit, mendorong serta melempar sesuatu ke arahnya, tapi gadis kecil berambut kriting gantung itu tak pernah membalas apa-apa. Ia akan berkata pada ibunya jika keadaan di sekolah baik-baik saja, pernah sekali ia mengadu—keadaan sangat runyam saat sang ayah berkata ingin menembak si pelaku bullying meski maksudnya candaan, tapi bagi putri kecil mereka yang baru berusia lima pasti apa yang dikatakan ayahnya adalah hal serius. Entah sejak kapan Mya mulai belajar berbohong meski ia tersiksa di luar sana.
Ia akan pulang ke rumah dengan riang gembira, menceritakan segala hal yang baik-baik saat berada di sekolah meski beberapa temannya suka menyembunyikan ransel Mya, merebut pensilnya—bahkan mencoret gambar hanya karena Mya cadel saat itu, ia tak piawai menyebut huruf R, meski sampai sekarang huruf itu masih terasa sedikit sulit dikatakan. Mya bahkan pernah dipelototi salah satu temannya hingga ia putuskan menangis di kamar mandi, Mya terbiasa ditinggal sang ibu saat masih TK, wanita itu hanya datang untuk antar-jemput tanpa terlalu memperhatikan bagaimana keadaan Mya di sekolah. Satu pelajaran penting yang bisa Mya dapatkan saat ia TK adalah belajar menerima, sabar dan bertahan.
Menunggu, menunggu juga satu hal penting yang Mya rasakan sejak lama, terlebih jika menunggu ayahnya pulang dari tugas sebagai seorang tentara, pria itu tak bisa di rumah sampai berbulan-bulan, tak sanggup mengantar Mya ke sekolah seperti ayah anak lain kebanyakan. Namun, Mya tahu jika ayahnya bekerja tak sekadar menjaga kehidupan keluarga mereka di kemudian hari, tapi juga untuk negara. Mya ingat saat hari perpisahan TK sang ayah tiba-tiba datang ke sekolah meski sebelumnya tak memberi kabar jika pria itu akan pulang, wisuda yang benar-benar menyenangkan bagi Mya kecil hari itu—di mana senyumnya benar-benar merekah, gigi kelincinya ia pamerkan dengan pongah. Sebuah foto lawas masih tersimpan rapi di permukaan laci kamar Mya di rumah yang ia tinggalkan, foto yang perlihatkan jika Mya kecil digendong di bahu sang ayah yang masih kenakan seragam tentara lengkap dengan atributnya.
"Kenapa sih Ayah kalau pulang lama, aku sama ibu terus di rumah, kalau main trampolin cuma sama ibu, Ayah nggak pernah ajak Mya main trampolin," keluh gadis yang saat itu baru berusia tujuh, ia duduk di anak tangga teras rumah, duduk di sisi sang ayah yang sibuk membersihkan senjata laras panjangnya menggunakan kain. Kentara sekali kekecewaan di wajah Mya kecil, ia bahkan tak segan melipat wajah, tampak menggemaskan saat rupa kuarsa itu mengerucut sebal, lebih memikat ketimbang bakpao rasa cokelat.
"Sini, Nak." Sang ayah meletakan senjatanya di selasar—berganti raih Mya dan memangkunya. "Bukannya ayah nggak mau main trampolin sama Mya, ayah cuma belum sempat. Ayah janji, nanti ulang tahun Mya kita main trampolin, main semua yang Mya suka, gimana?"
"Ayah janji?" Sendu di wajah itu perlahan luntur, ia mengangkat kelingking kanannya. "Kata teman-teman kalau berjanji harus gini, Ayah." Wajah polos itu tersenyum lebar saat sang ayah menautkan kelingkingnya dengan milik Mya.
"Kok bisa gitu, sih?" Suara itu memaksa Mya menarik diri dari frgamen masa lalu yang baru saja menjadi alam ilusinya, ia ditarik maju agar meninggalkannya. "Kok gitu, sih, My? Masa cangkir kosong lo aduk-aduk, nggak ada air kopi atau tehnya." Melody mengernyit tatap perilaku Mya.
"Eh—" Mya ikut terhenyak usai menunduk dapati jika ia melakukan hal aneh yang disebutkan Melody tadi, ia benar-benar mengaduk cangkir kosong hingga bunyi sentuhan sendok dan cangkir terus bersahutan.
"Lo ngelamunin apa, sih?" Melody baru datang ke pantry, ia bahkan telah memperhatikan tingkah aneh Mya sejak baru masuk ke sana. Ia meletakan cangkir berisi sisa latte di permukaan panel, bola matanya perhatikan gerak-gerik Mya.
![](https://img.wattpad.com/cover/202835016-288-k904771.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika, Mungkin (completed)
Chick-Lit1 in metropop (15 Januari 2021) 1 in generalfiction (29 April 2021) "Jika saja aku bertemu denganmu lebih awal, Mungkin kisah kita akan berbeda." Cincin pernikahan harusnya menjadi sebuah lambang penuh arti, tapi bagaimana jika mereka hanya memasang...