Katanya, perempuan yang bisa memasak adalah satu hal positif yang menambah nilai plus untuk dijadikan kandidat sebagai pasangan. Mya miliki kriteria itu, tapi seluruh fakta dari karakter Mya sepertinya cukup sempurna untuk disebut sebagai istri idaman, dia seorang wanita karir yang pintar memasak, mudah bergaul dan cukup kompeten dalam mengurusi berbagai hal. Sore ini saja ia langsungkan duet memasak bersama Paramitha di rumah mertuanya itu, hanya Mya dan Paramitha tanpa embel-embel pembantu. Mereka melakoni quality time yang cukup apik antara menantu serta mertua.Masing-masing kenakan apron di dada, Mya tampak sibuk lakukan marinasi pada dua ekor ikan gurami yang cukup besar setelah mencucinya bersih, sedangkan Paramitha sibuk menghaluskan sambal menggunakan cobek, kharisma anggun yang biasa diperlihatkan Paramitha sama sekali tak berpengaruh pada kepiawaiannya bermain cobek.
Aroma sambal goreng memenuhi ruangan besar itu setelah Paramitha menuangkan seluruh sambalnya ke penggorengan berisi minyak panas, Mya sampai bersin-bersin saat indra penciumannya membaui aroma sambal yang cukup galak alias pedas. Sesekali mereka saling melempar dialog, Paramitha cukup excited saat mengisahkan pertemuan pertamanya dengan sang suami, Mya sendiri santai menanggapi.
"Coba petainya Mya," ucap Paramitha seraya mengaduk sambal, menantunya meraih mangkuk kecil berisi sekitar lima belas buah petai yang sudah dikupas kulitnya, makanan warna hijau seperti biji itu akhirnya meluncur masuk berbaur dengan sambal, ia aduk sebentar sebelum Paramitha matikan kompor. "Sambal petai udah siap!"
"Ikan guraminya juga siap digoreng kok, Ma." Mya letakan piring ceper berisi ikan gurami yang sudah dimarinasi ke dekat kompor, Mya langsung masukan ikan-ikan tadi ke wajan berisi minyak panas. Kini dapur didominasi aroma makanan enak.
"Kita kalau buka warteg kayaknya cocok ya, My," seloroh Paramitha seraya pindahkan sambal ke mangkuk kosong, ucapan itu cukup mengingatkan Mya pada perkataan Sania malam itu—tentang ia yang ingin miliki penerus jika miliki usaha waralaba kafe.
Mya tersenyum. "Cocok kok, Ma."
"Kita harus sering-sering masak bareng kalau kamu ada waktu luang ya, My. Ini pasti kamu capek ya baru pulang kerja langsung ke sini, maafin mama ya." Ia lirik Mya yang berdiri di sebelahnya, perempuan itu sibuk membalik ikan.
"Enggak kok, malah senang bisa masak sama Mama."
"Kamu itu istri yang sempurna, My. Untung aja Dewa yang dapatkan kamu, ya."
Air muka Mya berubah, ia tampak sendu mendengarnya, percuma sempurna jika sang suami saja mungkin tak menganggapnya begitu, Mya masih sangat menyadari jika ia hanyalah tameng yang mungkin Dewa pertahankan dengan segala alasan. Mya hanyalah stunt woman yang dipaksa terus terluka saat pemeran utama tak merasa teraniaya, separah itukah Mya rasakan?
"Mya, kamu tahu nggak lusa ada apa?" Pertanyaan Paramitha memecah lamunan Mya.
"Ada apa emang lusa?"
"Ulang tahun Dewa."
***
Kebetulan yang pas saat Sabtu libur kerja dan kosong lembur, kebetulan yang pas jika Sabtu Mya punya banyak waktu luang untuk pergi sendirian—termasuk ke supermarket dan memenuhi keranjang belanjaan dengan berbagai bahan untuk membuat kue serta menu makan malamnya nanti, tapi sepertinya bukan kue ulang tahun besar pada umumnya, Mya sempat meraih satu set cetakan cupcakes tadi. Kali ini Sabtu Mya akan diisi sesuatu yang cukup menyenangkan, ia punya alasan mengapa harus bergelut di dapur seharian.
Mya baru saja keluar dari taksi seraya membawa sekantung besar belanjaan, ia tampak bersemangat melakoni hari ini, sinar baskara seakan kalah dari pancaran semangat yang Mya miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika, Mungkin (completed)
Literatura Feminina1 in metropop (15 Januari 2021) 1 in generalfiction (29 April 2021) "Jika saja aku bertemu denganmu lebih awal, Mungkin kisah kita akan berbeda." Cincin pernikahan harusnya menjadi sebuah lambang penuh arti, tapi bagaimana jika mereka hanya memasang...