MENGGAMIT PELUK.

11.7K 966 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sisa-sisa foto yang terbidik kamera polaroid Mya tampak berjejer di nakas ruang tamu, salah satunya foto di mana saat mereka berada di area Taman Urban Three Chimneys yang perlihatkan deretan tembok bertabur lukisan mural dari pelukis jalanan Barc...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sisa-sisa foto yang terbidik kamera polaroid Mya tampak berjejer di nakas ruang tamu, salah satunya foto di mana saat mereka berada di area Taman Urban Three Chimneys yang perlihatkan deretan tembok bertabur lukisan mural dari pelukis jalanan Barcelona, sisanya adalah foto saat Mya berdiri di tepian tebing seraya membelakangi Tower Of Hercules meski seseorang masih berada di belakangnya waktu itu. Sebuah vas bening berisikan dua tangkai lily putih turut serta menjadi pelengkap yang membuat suasana ruang utama terkesan elegan.

Minggu adalah hari paling sukses untuk berbenah, salah satunya untuk Mya yang terlihat menyedot debu di ruang utama menggunakan vacum cleaner. Keringatnya malu berjatuhan jika harus melawan AC yang menyala, perempuan itu bersenandung lirih, lagu lawas milik Elvis Presley yang bahkan di akhir liriknya sama sekali tak Mya ucapkan, dia seperti lupa—atau sebenarnya memang tidak tahu.

"I've loved, ive laughed and cried. I had my fill, my share of losing. And now, as tears nananananana ...."

Mya letakan vacum cleaner begitu saja saat indra penciumannya membaui sesuatu, ia baru ingat sedang memasak juga pagi ini, jika melakukan lebih dari satu pekerjaan dalam jangka bersamaan—maka yang terjadi salah satunya akan dilupakan, untung saja ingatan Mya masih terpaut pada dapur yang kini menguarkan aroma opor tahu tempe.

"Astaga! Santannya pecah!" Mya panik, buru-buru ia matikan kompor sebelum berkacak pinggang tanggapi masakannya yang gagal, harusnya Mya mengaduk santan selagi belum mendidih, tapi ia melupakannya untuk urusan menata foto tadi.

Mya membuang napas, kening serasa berdenyut menanggapi situasi yang baginya mencekam, Mya ingat betul jika ia tengah membuat satu lagi menu kesukaan Dewa setelah menu pertama—cumi asam manis—hanya terbuang sia-sia malam itu.

Tangannya meraih sendok untuk mencicipi kuah santan opornya yang hancur, tak kental seperti seharusnya. Tiba-tiba ia begitu ceroboh karena terlalu bersemangat merapikan semua dalam sekejap. Oke, Mya tak miliki ibu peri yang bisa membantunya dalam sekedip mata.

"Rasanya sih lumayan, tapi bentuknya jelek banget. Makan beginian pasti bikin perut eneg. Buang ajalah."

"Apa yang dibuang?"

Jika, Mungkin (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang