KALAU CINTA BILANG.

4.3K 81 0
                                    

“Alula! Alula! Tunggu sebentar!”

“Nggak usah panggil-panggil gue lagi, kampret!” Aira begitu marah besar usai melihat wujud asli pria yang dikenalnya lewat dating apps, benar-benar berbeda, ternyata seribu tambalan di segala sisi alias entah berapa filter yang laki-laki itu gunakan untuk mengelabui Aira. “Dasar penipu! Gue doain lo jerawatan selamanya!” Gadis itu mengutuk keras, ia tak peduli jika banyak pengunjung kafe menjadikannya tontonan gratis siang ini, tepat di depan pintu masuk kafe Aira mendorong pria bernama Rafael—yang entah nama sebenarnya atau bukan—hingga terjerembab ke lantai, setelah itu pergi seraya terus mengumpat tanpa peduli jika Rafael masih saja menyebut-nyebut namanya.

Sementara sosok lain terbahak-bahak usai menyaksikan setiap scene ketika Aira terkejut melihat kedatangan Rafael hingga berakhir seperti itu, Dimas meluruhkan buku menu nan sempat menutupi keseluruhan wajahnya takut-takut Aira melihat jika rekan kantor yang gadis itu anggap menyebalkan ternyata juga berada di kafe yang sama siang ini. Jika Aira sampai tahu Dimas berada di sana, betapa malunya Aira menghadapi Dimas di kemudian hari, jadi lebih baik Dimas mengalah untuk bersembunyi—mengingat ia tak pernah melihat Aira semarah itu.

“Kamu ngetawain apa? Kayaknya receh banget.” Deby menatap sekeliling, mencari alasan kekasihnya terbahak-bahak hingga telinga Dimas memerah. “Ada apa sih?” Ia baru saja muncul setelah sempat menyingkir ke toilet, jadi tak mengetahui jika baru saja ada tontonan perang antara dua pengunjung tanpa Deby tahu jika perempuannya merupakan teman kantor Dimas.

“Nggak apa-apa kok, tadi ada yang lucu aja di sini pas kamu lagi ke toilet, tapi sekarang udah kelar.”

“Yah, aku telat dong.” Deby duduk di samping Dimas, ia menyesap minumnya. “Lucu banget pasti sampai muka kamu ikutan merah.”

“Lumayan.” Tawa Dimas mereda, ia mengecek instagram, karena mengikuti akun milik Aira, Dimas menjadi sering melihat snapgram gadis 25 tahun itu, apalagi Aira tipikal pengguna yang sering memposting banyak hal, entah foto maupun suasana hatinya. “Tuh kan bener,” lirih Dimas begitu menemukan snapgram Aira yang baru diunggah tiga menitan, ada selca Aira di dalam mobil dengan ekspresi kesal disertai sebuah caption ‘Dasar kampret! Cowok kardus! Dekil, jelek, buluk. Udah pasti bisanya manfaatin cewek doang, muka aja dia nipu gue, gimana ke depannya. Gue nggak akan main apps itu lagi!’

“Kamu lagi ngelihat apa sih, Dim?” tanya Deby.

Buru-buru Dimas menyimpan ponselnya ke saku celana. “Bukan apa-apa kok, cuma ngecek whatsapp takutnya ada temen yang titip sesuatu sebelum aku balik ke kantor.”

“Terus, ada?”

“Kebetulan enggak.” Padahal Deby bukan tipe gadis penyemburu, selama hampir enam bulan mereka bersama pun wanita itu tak pernah mengecek ponsel Dimas atau bertanya tentang siapa saja teman wanitanya, Deby memiliki karakter yang bebas dan supel, ia juga takkan marah jika Dimas telat menghubunginya atau ketika membuat wanita itu menunggu. Mungkin hanya Dimas yang ingin menjaga perasaan kekasihnya saja, ia telanjur mengerti banyak hal tentang Aira dan terbiasa berdebat dengan gadis itu, Dimas memiliki kebiasaan stalking nan seringkali dimanfaatkannya untuk mencemooh jika lagi-lagi beradu argumen dengan Aira. Mereka memang visual nyata dari karakter Tom dan Jerry versi manusia. “Oh ya, nanti aku enggak bisa jemput kamu, ada lembur di kantor,” ucap Dimas lagi.

***

Just spoiler, kayaknya waktu itu ada yang pernah minta Dimas sama Aira dikasih kisah sendiri, nih aku wujudin, mana kisahnya ringan banget nanti karena karakter mereka sama-sama prik. Panjang naskah cuma 20ribu kata buat fullnya karena ini novelet, per chapter aku tulis 2ribu kata, jadi ada 10chapter buat ending.

Kamu yakin gak mau ngecek keanuan Dimas sama Aira?

Bisa mampir ke KaryaKarsa ya buat baca full setiap chapternya, cukup aku spoiler bagian ini aja, buat 2 sampai 10 nggak ada spoiler lagi.

Terima kasih \(○^ω^○)/

Jika, Mungkin (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang