Seperti dikejar-kejar setan, usai membuka pintu ia tinggalkan kopernya begitu saja di dekat benda persegi panjang dengan posisi vertikal itu, bola matanya mengarah pada benda-benda tertentu bersamaan tangan menyentuh permukaan seolah mengecek sesuatu—di meja, sofa, nakas, hingga ia tiba di kamar dalam keadaan panik tingkat akut, ia cek juga seluruh isi kamar sampai mengeluarkan isi laci, menarik selimutnya hingga terjatuh seluruhnya ke selasar serta melempar bantal ke segala arah takut-takut jika benda yang dicarinya bersembunyi di bawah bantal.Napasnya tampak terengah, ia menyugar rambut menggunakan kedua tangan seraya mendelik perhatikan sekali lagi setiap sudut kamarnya, selang beberapa detik ia putuskan keluar kamar—hampiri satu kamar tersisa di sebelahnya, tanpa mengetuk pintu lantas masuk begitu saja. "My—" Wajah paniknya semakin dipertontonkan saat ia tak temukan siapa pun pemilik kamar itu, kosong dengan segala isi yang masih tertata rapi di tempatnya seperti saat terakhir kali ditinggal.
"Mya?" Dewa menelan ludah, ia memasuki kamar kosong itu, melangkah pelan seraya perhatikan sekitar, lagi-lagi bola matanya mengarah ke tiap sudut hingga permukaan nakas dan ranjang dari tempat itu, tapi Dewa tak menemukan sesuatu yang ia cemaskan. Ia terhenti begitu menyadari dua hal janggal di sana. Pertama, tirai kamar Mya ditepikan, alhasil cahaya dari luar bisa masuk tanpa perlu menyalakan lampu. Kedua, aroma masakan membaui hidung Dewa.
"Mya?" Dewa ingin memastikan jika perempuan itu memang berada di rumah, ia sempat berpikir Mya tak pulang ke apartemen ketika ia membuka pintu kamar dan tak temukan sosok istrinya di mana pun, hanya saja Dewa memang melewatkan satu tempat—di mana ia tak meliriknya sedikit pun saat tergesa hampiri kamarnya tadi.
Benar saja, dari pantry terlihat jika sosok sang istri berdiri di balik panel belakang seraya memotong wortel, aroma tumis brokoli tercium menguar ke mana-mana. Setidaknya Mya tampak begitu tenang seolah tak ada siapa pun di sebelahnya, Dewa sendiri masih berdiri di dekat pintu sebelum senyum kecilnya tiba-tiba mengembang. Lucu, satu hal yang tak pernah Dewa perlihatkan saat melihat Mya, apakah ada kepuasan tersendiri kali ini?
Dewa bergerak cepat hampiri Mya yang berdiri membelakanginya, tanpa aba-aba ia peluk sang istri dari belakang—membuat sosok perempuan itu seketika kaku seperti tersengat aliran listrik dalam volt yang tinggi, tubuhnya menegang hebat menerima pelukan dari Dewa untuk pertama kali, pisau yang sempat ia pegang pun lolos begitu saja di permukaan talenan, bola mata Mya menatap lurus ke depan seraya berkedip beberapa kali.
Ya Tuhan, jantungnya berlari kencang kali ini.
"Sumpah, gue takut banget. Gue takut lo kenapa-kenapa, gue takut lo nggak pulang ke sini, gue takut sama segala hal yang gue takutin selama perjalanan pulang ke Jakarta." Dewa mengakui semua keresahannya, ia masih dekap sang istri seraya sandarkan dagu di puncak kepala Mya, tidak mengertikah ia kalau perempuan itu bisa mati berdiri jika Dewa tak kunjung melempas pelukannya.
Mya berdeham sebelum Dewa melepas dekapannya, perempuan itu buru-buru melenggang hampiri kulkas tanpa menatap suaminya lebih dulu, Mya teguk segelas air dingin guna menetralkan arus turbulensi yang membuat tubuhnya bergetar hebat tadi.
Tanpa merasa berdosa Dewa justru tetap santai menatap Mya yang masih meneguk air hingga perempuan itu tersedak kala manik mereka saling menemukan. Seketika Mya terbatuk dalam hitungan detik.
"Lo nggak apa-apa?" Dewa mendekat, tapi Mya angkat tangan kanan sebagai isyarat agar Dewa diam di tempatnya, Mya sudah cukup tersiksa dengan tingkah konyol Dewa yang tiba-tiba berubah itu. Apa Dewa kerasukan jin suami baik hati saat perjalanan pulang ke Jakarta?
"Kamu kenapa?" tanya Mya begitu batuknya menyingkir, ia hampiri lagi panel belakang sebelum lanjutkan memotong wortel. Kegugupannya tadi membuat Mya tak berani berlama-lama menatap Dewa, ada efek luar biasa yang tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika, Mungkin (completed)
ChickLit1 in metropop (15 Januari 2021) 1 in generalfiction (29 April 2021) "Jika saja aku bertemu denganmu lebih awal, Mungkin kisah kita akan berbeda." Cincin pernikahan harusnya menjadi sebuah lambang penuh arti, tapi bagaimana jika mereka hanya memasang...