FOTO POLAROID.

11.9K 978 20
                                    


Sebuah selimut tebal sudah cukup menjaga lelap Mya sendirian, tadi sebelum Dewa keluar—ia telah berpesan agar Mya saja yang terlelap di ranjang, tapi perempuan itu tak mengidahkan, ia lebih memilih sebuah sofa ketimbang ranjang. Rasanya tak pantas jika ia terlelap sendirian di ranjang saat berada sekamar dengan sang suami, tolong tak usah bayangkan skinship dari sepasang suami istri, mereka miliki dunia masing-masing sampai hari ini.

Sebuah laptop serta kamera polaroid berada di permukaan meja, Mya sudah kerjaan sedikit urusan kantornya tadi, kini waktu mendekati angka sepuluh malam waktu Spanyol, perempuan yang hanya kenakan celana pendek serta kemeja oversize itu sudah terlelap bersama selimut tebal. Jika orang lain mengatakan kemeja pasangannya adalah pakaian terbaik untuk si perempuan, maka jangan katakan hal semacam itu pada Mya, ia bahkan tak tahu siapa pasangannya? Ia juga masih sanggup membeli kemeja sendiri. Lupakan angan perihal suami romantis nan penuh kasih sayang, semua itu hanya ada dalam negeri dongeng.

Seseorang membuka pintu kamar tanpa mengetuknya lebih dulu, ia terkejut tanggapi seseorang terbaring di sofa dalam tenangnya. Dewa mengusap tengkuk seraya mengulum bibir saat ia melangkah perhatikan keadaan sang istri, apa Mya tak mendengar perintahnya tadi?

Dewa berdecak saat ia berhenti di dekat sofa, bola matanya mengarah pada kelopak tertutup sang istri, ia beralih pada beberapa barang di permukaan meja—termasuk kamera polaroid yang baru dilihatnya hari ini. Jadi, dia bawa kamera sendiri?

Dewa meraih benda itu, menatapnya sejenak—sebelum arahkan lensa tak jauh dari wajahnya, usai ia menekan tombol shutter selang beberapa detik hasil cetakan keluar, Dewa tersenyum kecil tatap wajahnya sendiri, ia letakan lagi kamera sekaligus fotonya tadi di permukaan meja.

***

Pagi yang indah saat Mya bisa bangun siang, seringkali ia bangun pukul lima bila bekerja, sekarang Mya bisa bangun pukul delapan. Orang lain di kamar itu juga tak mengusik lelapnya sang istri meski ia sudah bangun lebih dulu, suara shower dari arah kamar mandi membuat Mya semakin terusik, tadi ia hanya membuka mata samar saja, tapi sekarang tubuhnya sudah mampu beranjak seraya angkat kedua tangan sekadar merenggangkan otot-ototnya. Begitu Mya duduk di sofa dan menoleh ke arah kamar mandi, ia mendelik tanggapi seseorang yang baru keluar dari sana, handuk putih hanya membalut tubuh bagian pinggang hingga lututnya, lantas bagian lain ke atas benar-benar terbuka—membuat Mya mendelik sejenak sebelum menarik selimut untuk menutupi kepalanya, ia tahu sesuatu meledak-ledak dalam dada.

Dewa membatu saat ia dapati seseorang di balik sofa sudah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, tak ada yang terlihat sekalipun wajahnya. Dewa mengacak rambut begitu ia menyadari alasannya, laki-laki itu segera meraih pakaian yang sudah ia siapkan di permukaan ranjang, setelahnya kembali masuk kamar mandi ketimbang membuat Mya semakin paranoid meski mereka sudah miliki hak untuk melihat luar dalam satu sama lain.

"Gue udah di kamar mandi!" teriak Dewa setelah ia menutup pintu kamar mandi, Mya bisa bernapas lega sekarang, ia luruhkan selimut dari kepala seraya tatap pintu kamar mandi. Mya memutar tubuh sebelum sandarkan punggungnya pada bahu sofa, ia mengernyit dapati selembar foto tergeletak di dekat kamera polaroidnya. Mya raih foto itu, satu alisnya terangkat tanggapi wajah datar seseorang di sana.

"Dewa foto?" Ia menoleh saat pintu kamar mandi terbuka tampilkan sosok yang sudah rapi dengan pakaiannya, tapi Mya letakan foto tadi seraya terpejam saat langkah Dewa kian dekat.

"Bagus juga bawa kamera sendiri, jadi nggak perlu sewa kamera di sini. Kita bisa—"

"Buatku sendiri, bukan buat kamu apalagi buat kita." Kelopak mata Mya terbuka, ia tatap lurus ke depan dengan ekspresi datar.

"Lo tahu kan urusan gue sama mama, papa. Soal kita juga." Dewa menekan, ia duduk di samping Mya. "Tolong ngerti rumitnya keadaan kita sekarang."

"Sebenarnya enggak rumit kok, Wa. Asal kamu sendiri cepat sadar, asalkan kamu bisa paham kita ini siapa."

Jika, Mungkin (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang