36. cermin aneh

76 21 4
                                    

Ketukan pintu membuat ku terjaga. Aku berpikir sesaat, sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidur dan melihat siapa yang datang tengah malam begini.

"Siapa?" tanyaku saat berjalan mendekat ke pintu.

"Ines! Ini aku, Daniel!" jeritnya seperti sedang terburu-buru. Dia terus mengetuk pintu dengan cepat dan keras. Bukan kebiasaannya. Lagi pula ini bukan waktu yang pas untuk bertamu.

Saat pintu dibuka, wajah Daniel muncul dengan wajah yang kebingungan. Dia terus menoleh ke belakang seperti tengah dikejar seseorang.

"Daniel? Ada apa? Masuk," ajakku, lalu menutup pintu. Tapi sebelum itu aku memeriksa keadaan di luar. sepi, tidak ada siapa pun. Daniel segera duduk di sofa seperti biasa. Dia terlihat gugup dan ketakutan. Berkali-kali tangannya terus dikepal-kepalkan, sorot matanya terus menatap ke arah pintu.

"Hei, ada apa?" tanyaku sambil memberikan segelas air putih, agar dia sedikit tenang. Daniel meneguk air itu sampai hampir habis. Dia lantas menatapku dengan kebingungan. Aku lantas menggenggam tangannya. "Ada apa, Daniel?"

Daniel kembali menatap ke arah pintu. Dia mendekatkan tubuhnya. "Tolong aku, tolong kami," bisiknya.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" tanyaku yang sebenarnya dapat menebak ke arah mana pembicaraan ini. Hanya saja aku ingin memastikannya dahulu.

"Istriku ... hilang. Aku pikir dia sedang pergi ke rumah orang tuanya. Tapi saat aku menghubungi mertuaku, ternyata dia tidak ada di sana."

"Anak-anak bagaimana?"

"Mereka ada di rumah, tapi sikap Lin sedikit aneh, dia menjadi pendiam sekali. Lalu Kim dia selalu berdiri di depan cermin, dia tidak mau kembali ke kamarnya," jelas Daniel.

"Hm, cermin itu ternyata! Ayo, kita ke rumahmu!"

"Hah? Memangnya kenapa?"

"Anak-anakmu dalam bahaya!"

.

.

Daniel menyetir dengan kecepatan tinggi. Bahkan gaya mengendarai mobil Daniel lebih liar daripada Lee. Berkali-kali aku berpegangan erat pada gagang di atasku. Sedikit bercerita tentang apa yang aku rasakan tentang rumahnya, membuat Daniel ingin segera sampai di rumah.

"Kenapa kamu tidak memberitahu ku sebelumnya?!" katanya sedikit kesal.

"Aku tidak pernah menyangka kalau gangguan itu akan serius. Aku pikir semua rumah pasti berpenghuni, Dan," jelas ku. Dia tidak lagi melanjutkan perdebatan ini.

Akhirnya kami sampai di halaman rumah Daniel. Dia segera turun dan berlari masuk ke dalam. Suasana rumah ini ternyata lebih mencekam saat malam hari. Suara Daniel memanggil anak-anaknya terdengar sampai di luar. Saat aku hendak masuk, mobil Lee datang. Aku sengaja mengajaknya serta, karena aku takut tidak bisa mengatasi ini hanya dengan Daniel.

"Bagaimana?" tanya Lee begitu turun dari mobilnya.

"Aku belum tau. Sebaiknya kita masuk ke dalam."

Pintu depan yang terbuka lebar membuat kami mudah memasukinya. Lampu di ruang tamu padam. Sementara di lantai dua memang menyala terang.

"Aku akan periksa atas. Mungkin Daniel butuh bantuanku."

Aku mengangguk. Karena satu-satunya tujuanku datang ke sini adalah melihat cermin besar itu. Yah, cermin yang berada di dekat toilet lantai ini.

Lampu aku nyalakan, tapi sepertinya terjadi konsleting pada lampu di ruang tamu ini. Lampu berkedip, lalu mati. Begitu terus. Aku tetap waspada ke sekitar. Saat sampai di depan cermin. Aku hanya melihat bayangan tubuhku saja di sana. Tidak ada yang aneh sejauh ini. Tapi semakin aku memfokuskan diri, bayangan hitam mulai muncul. Semakin lama, bayangan itu mendekat. Aku ikut mendekat, rasanya ingin menyentuh cermin ini. Tapi bayanganmu justru terlihat aneh. Dia tidak melakukan seperti apa yang sedang kulakukan. Sejauh yang aku tau dan aku temui, semua cermin akan memantulkan bayangan objek di depannya. Tapi bayanganku yang ada di dalam cermin, justru aneh. Dia tersenyum, menyeringai sambil menggerakkan kepalanya. Bahkan saat aku mundur, dia hanya berdiri diam. Tangannya terus melambai, menyuruhku mendekat.

Mirror : Death NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang