38. Papa?!

94 22 5
                                    

"Ines! Ines! Kamu baik-baik saja?" tanya sebuah suara yang sangat aku kenal. Aku mulai mengerjap dan menyesuaikan dengan cahaya lampu di atas. Kepalaku terasa sangat berat. Namun perlahan aku mampu bergerak dan kembali tersadar.

"Ah, syukurlah. Aku pikir kamu tidak akan sadar kembali," ujar Lee dengan wajah lega.

"Kim?" tanyaku sambil mencari keberadaan anak itu dan tentu ibunya.

"Mereka baik-baik saja. Ada di kamar, sedang beristirahat," sahut Daniel.

"Syukurlah." Aku mulai beranjak dibantu Lee lalu kami duduk di sofa. Daniel pergi ke dapur dan kembali lagi dengan secangkir teh hangat.

"Minum dulu, Ines," katanya sambil terus memperhatikanku.

"Terima kasih."

"Ines, apa yang terjadi di sana?" tanya Lee.

"Benar, kami sempat kesulitan menarik mu kembali," tandas Daniel.

"Oh, itu. Yah, cukup sulit menemukan keluargamu, Daniel. Bahkan kami sempat tertipu dengan hampir membawa sosok lain yang mirip dengan Kim. Untung Kim yang asli muncul, dan kami dapat kembali ke sini. Putramu sangat pemberani," pujiku dengan senyum tipis sambil menghabiskan teh buatan Daniel.

"Tapi ... Apa keluargaku akan baik-baik saja?"

"Ines, aku dengar pemilik rumah ini pun dikabarkan menghilang begitu saja. Apakah mereka juga hilang di dalam cermin itu?" tanya Daniel.

Aku menatap cermin besar yang ada tak jauh dari kami. Lalu menarik nafas. Teringat beberapa sosok lain di dalamnya, yang mungkin mereka juga berasal dari dunia ini dan terjebak di sana. Hanya saja, aku sudah tidak bisa membawa mereka keluar, karena sudah terlalu lama berada di sana.

"Mungkin saja. Sebaiknya kamu hancurkan saja cermin itu. Lalu kuburkan serpihan kacanya."

"Baik. Akan aku lakukan."

"Aku tidak menjamin keluargamu akan baik-baik saja setelah ini. Hanya saja sumber masalah rumah ini mang cermin itu. Sebaiknya singkirkan saja benda terkutuk itu. Semoga tidak ada lagi hal mengerikan setelahnya."

Pagi hampir tiba, aku dan Lee akhirnya pulang karena memang harus bekerja setelah ini. Pagi ini kantorku akan mengadakan launching drama serial terbaru kami. Akan ada perayaan di sebuah hotel bintang lima dan semua karyawan harus hadir. Apalagi aku dan tim yang merupakan orang-orang yang bertanggung jawab akan film tersebut. Film sudah selesai dibuat, dan kini tinggal menyayangkan saja di stasiun tv.

Wong Shik datang ke apartemen guna menjemput ku. Kami memang akan berangkat bersama-sama ke tempat itu.
.
.
.

Lampu hias yang berada di tengah ruangan, membuat tempat ini terlihat megah dipandang. Beberapa tamu undangan sudah hadir. Dari orang paling penting di perusahaan serta beberapa sponsor yang memang terlibat dari awal pembuatan serial ini. Fotoku juga terpampang di salah satu banner yang dipasang di ruangan besar ini. Meja bundar ditambah kursi di sekelilingnya sudah tersedia untuk semua tamu undangan.

"Ines ... Selamat. Akhirnya kamu berhasil membuat debut pertama yang sungguh liar biasa," puji Ye Jun.

"Semua berkat kalian juga. Selamat untuk kita semua."

"Tapi ini semua berasal dari otakmu, Ines," tambah Wong Shik.

Aku tersenyum sambil menunduk. Tidak menyangka jika hal ini benar-benar terjadi dalam kehidupanku. Ini adalah pencapaian terbesar yang telah aku raih. Walau pada akhirnya, kontrak kerja ku di sini sebentar lagi akan berakhir.

Acara pun dimulai. Beberapa sambutan diberikan kepada petinggi perusahaan, ketua tim terkait, juga pemberi sponsor tertinggi. Aku beserta tim ku duduk satu meja. Menikmati hidangan yang sudah tersedia di sana.

Mirror : Death NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang