48. sarang kuntilanak

78 23 6
                                    

Setelah berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan, Bang Haikal dan Papa memutuskan akan me-rukiyah diriku. Ini memang jalan terbaik dan satu-satunya jalan yang tidak melenceng dari norma agama. Aku beruntung memiliki kakak yang agamis, Papa juga sama seperti Bang Haikal, hanya saja masih belajar lagi.

Malam ini, aku akan dirukiyah oleh kedua pria itu. Sementara yang lain akan ikut membantu mendoakan di sekeliling. Setelah berwudhu dan mengenakan mukena, aku duduk di tengah. Bang Haikal mulai menginstruksikan apa yang harus aku lakukan.

"Pejamkan mata, konsentrasi, dalam hati terus istighfar, ya."

Aku hanya mengangguk menanggapinya, Papa juga duduk di samping ku, sementara Mama dan yang lain duduk melingkar, ikut melantunkan doa.

Bang Haikal memulai dengan basmallah. Tiba-tiba lampu berkedip-kedip, tentu hal ini membuat kami semua tidak fokus dan menatap sekitar. Hampir semua lampu mengalami hal serupa. Namun Bang Haikal meminta kami tidak usah menanggapinya. Saat lantunan azan dikumandangkan, lampu benar-benar mati. Semua gelap. Akhirnya mama beranjak mencari lilin bersama Mama Rangga. Beberapa lilin kini menghiasi ruang tengah. Rukiyah kali ini terlihat lebih mencekam, seperti kami ini sedang melakukan ritual aneh.

Bang Haikal duduk di depanku, mulai membaca doa. Sementara Papa duduk di belakangku, dengan jari telunjuk yang mengarah dari atas pinggang. Entah mengapa aku bisa merasakan sensasi hangat di tempat yang Papa tunjuk, padahal aku tidak melihatnya. Perlahan rasa hangat itu seolah mengalir ke atas, sesuai dengan gerak tangan Papa. Bang Haikal mengarahkan telapak tangannya ke bagian perut, tidak menempel hanya mengambang di daerah itu. Suaranya terdengar berat, seperti sedang menahan sesuatu di sana. Aku penasaran dan akhirnya membuka mata. Namun, alangkah terkejutnya aku, saat melihat banyak sekali sosok makhluk mengerikan di sekitar kami. Ruangan ini bahkan sangat penuh sesak dengan kehadiran makhluk astral tersebut. Aku terkejut dan sempat menjerit.

"Biarkan saja!" kata Papa seolah tau apa yang kulihat. Tapi mata ini tidak mampu lagi terpejam setelah kubuka. Aku terus beristigfar, dan tetap menatap mereka satu persatu. Hanya saja, mereka seolah tidak bisa mendekat. Hanya berada di bagian luar Mama dan yang lainnya. Seolah-olah posisi duduk mereka membentuk lingkaran yang menjadikannya portal untuk memagari ku.

Sesuatu seperti sedang di tarik dari punggungku, Papa bahkan hampir setengah berdiri untuk dapat menariknya. Namun dengan sekuat tenaga benda itu dapat diambil. Sebuah logam berwarna emas keluar dari punggung. Kini tangan Bang Haikal terus naik dan membuat perutku mual. Kantung kresek yang sudah dipersiapkan tadi memang sangat berguna untuk menampung sesuatu yang ingin keluar dari perutku. Aku muntah-muntah. Namun rasanya sakit sekali. Apa yang aku keluarkan bukan hanya sisa makanan yang belum tercerna sempurna, tapi beberapa benda tajam yang sungguh aneh. Silet, paku, pecahan kaca, dan anehnya saat mereka keluar, aku tidak merasakan sakit di area mulut. Seolah-olah benda itu tidak tajam saat mengenai bagian rongga mulutku.

Tapi tiba-tiba, tubuhku terasa ringan sekali, bahkan aku terangkat ke udara dengan bebasnya. Papa dan Bang Haikal berusaha menarik tangan dan kakiku, bahkan Rangga dan Iqbal juga melakukan hal yang sama. Aku mendongak, ternyata seorang wanita di atas sedang menarik tubuhku ke langit-langit. Aku menjerit ketakutan, dia menyeringai dan tertawa lepas.

Beberapa perabotan bergerak, seolah ada gempa bumi ringan yang menggerakkan rumah ini. "Abang! Papa!" aku terus menjerit, berharap mereka dapat terus memegangi ku dan sosok di atas sana, tidak mampu membawaku pergi dari sini.

Tapi perlahan, pegangan di kedua kaki, dan tanganku mulai mengendur. "Papa! Jangan lepas!" pintaku dengan nada suara tinggi. Aku panik karena pegangan sosok wanita di atasku itu terlalu kuat.

"Ines!" Bersamaan dengan itu tubuhku meluncur dengan bebas ke atas. Entah bagaimana caranya, aku mampu menembus langit-langit rumah dan kini terbang bebas ditarik oleh wanita itu ke langit gelap yang ada di halaman home stay.

Mirror : Death NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang