Lorong yang kulalui tampak gelap. Bahkan aku harus berpegangan untuk mencari arah yang benar. Langkah demi langkah aku lalui dengan perasaan tidak menentu. Tali di pinggangku masih terpasang kuat. Sampai pada akhirnya di ujung lorong gelap ini ada setitik cahaya. Aku pun mendekat, karena yakin akan ada jalan di sana.
Cahaya yang awalnya hanya setitik, perlahan membesar, saat aku sudah makin dekat rupanya cahaya itu berasa dari sebuah pintu kecil. Berukuran setengah tubuhku. Sepertinya memang ini adalah jalan keluar dari tempat ini, akhirnya aku jongkok dan melewatinya.
Silau cahaya tadi membuat mataku harus terpejam, butuh waktu beberapa detik untuk menyesuaikan dengan tempat baru yang lebih terang ini. Saat aku mulai membuka mata, aku sedikit terperenyak, melihat sekitar. Ternyata aku baru saja keluar dari cermin ini dan berada kembali di rumah Daniel. Hanya saja semua tampak abu-abu. Tidak berwarna, seperti mati. Berkali-kali aku mengucek mata, berharap mataku bermasalah karena cahaya tadi. Tapi ternyata warna rumah ini memang abu-abu. Tidak ada warna lain selain itu. Lalu ... Tidak ada Daniel maupun Lee di depan cermin. Sepertinya aku sudah masuk ke dunia mereka. Kini tugasku tinggal mencari Kim.
Langkah berlarian terdengar di atas. Tubuhku membeku sebentar, karena yakin kalau setelah ini akan ada banyak gangguan yang datang. Dunia mereka tidak mungkin se-sunyi ini. Aku yakin banyak sosok astral yang menghuni tempat ini.
Aku menyalakan senter, hening nya tempat ini terasa aneh bagiku. Hawa sekitar terasa pengap, dan membuatku sedikit kesulitan bernafas. Nafasku pendek-pendek, dan membuatku terus menekan dada. Berharap ada perubahan pada jantungku yang berdetak cepat.
Toilet di dekatku menyala airnya. Aku harus memeriksa, namun sedikit takut jika yang muncul salah satu makhluk mengerikan penghuni tempat ini. Aku berjalan mendekat, berusaha tidak membuat suara apa pun. Saat sampai di depan pintu toilet, tubuhku sedikit membungkuk, berniat mengintip dari celah lubang kunci. Di dalam sana, ada sosok wanita berdiri di depan cermin. Memainkan ujung rambutnya yang panjang. Hanya ada dia di sana. Namun, tiba-tiba dia menoleh ke arah pintu lalu tertawa terkikik dengan suara mengerikan. Aku menutup mulut, mundur dan berusaha menghindar darinya.
Aku yang berjalan mundur, lantas menabrak sofa yang ada di ruang tamu besar rumah ini. Rupanya beberapa sosok lain sedang duduk di sana. Mereka hanya diam sambil menatap ke depan tanpa memperdulikan keberadaanku. Aku kembali berjalan, menjauh. Kini ruang tengah mencari incaranku. Di sana ada seorang wanita yang duduk di kursi santai. Menatap jendela gelap dengan boneka beruang di pangkuannya. Saat aku perhatikan dengan seksama, ternyata wajahnya mirip istri Daniel.
Aku mendekat sambil tengak-tengok sekitar. Berharap tidak ada makhluk lain yang mendekati ku.
"Rani? Hei!" panggilku sambil menggoyangkan tubuh wanita tersebut. Tubuh Kim Rani terlihat sama seperti makhluk yang ada di tempat ini. Semua abu-abu.
Wanita di depanku tidak bereaksi apa pun. Aku pun kembali memanggilnya, bahkan sedikit memukul pipinya pelan. "Sadarlah! Kita harus pergi dari sini. Tapi kita harus mencari anakmu dulu. Mana Kim? Apakah kamu melihatnya?"
Dia masih diam.
"Daniel menunggumu di rumah! Min dan Lin juga! Ayo, sadar!"
Wanita itu menoleh pelan padaku. "Lin? Min?" tanyanya. Kedua bola matanya berkaca-kaca.
"Iya, Lin dan Min. Daniel juga menunggumu pulang. Kita pulang, ya," kataku berusaha membujuknya.
Tubuh Rani perlahan berubah. Warna abu-abu di tubuhnya perlahan luruh dan kembali ke warna semula. Sama sepertiku.
"Astaga! Apa yang aku lakukan di sini?!" tanyanya yang seolah baru sadar dari lamunan panjang.
"Ah, kamu saja tidak tau, bagaimana aku bisa tau? Yang jelas, kita harus mencari Kim dulu, lalu pulang. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror : Death Note
HorrorInestia Rossi Sagala, mulai bisa melihat makhluk tak kasat mata sejak kecelakaan setahun lalu. Tak hanya itu, dia juga bisa mencium aura kematian seseorang. Dalam cermin, para hantu tidak akan bisa memanipulasi nya, karena bagi Ines, cermin tidak ak...