Happy reading all 🥰
Jangan lupa vote + comen ✨
Spam comen juga!!! Awas aja kalo enggak 🤧
(Tandai kalo ada typo!)
Pagi hari yang terlihat cerah dengan Matahari yang sudah muncul memancarkan sinarnya, dan awan pun sedikit demi sedikit sudah mulai nampak membuat Suasana Pagi kali ini menjadi lebih berwarna. Ya, Berwarna. Seharusnya.
Tapi, sepertinya kata 'Berwarna' tidak cocok untuk menggambarkan suasana hati kelima gadis yang nampak murung dengan wajah bantalnya tersebut.
Selain itu, Helaan nafas berat terdengar bersahut-sahutan. Entah sudah berapa menit lamanya, mereka berada di posisi seperti ini.
Bahkan, Seorang Gadis yang lebih muda dari mereka hanya bisa menatap mereka berlima dalam diam. Dia, merasa lelah untuk menyuruh mereka ke aula sekarang.
"Gue bingung." Celetuk Nabila sambil menopang dagunya disebuah bantal yang ditaruh di pangkuannya.
Mereka hanya melirik Nabila tanpa ada niatan merespon ucapannya.
"Gue? Cewek yang hobby nya tidur kek gini dan suka bikin ulah dipesantren, tiba-tiba disuruh ikut lomba mewakili Pesantren? Apa ya menang? Ya, kalo menang sih fine-fine aja. Lah kalo kalah? Mau ditaruh dimana coba muka gue yang mirip Hinata ini?" Cerocos Nabila. " Ini pesantren emang sengaja mau buat gue malu kali ya?" Lanjutnya.
"Mba--"
"Gini-gini, Gue tuh jagonya melukis. Bukan Nulis kaligrafi. Melukis sama Nulis kaligrafi tuh beda lhoooo..."
"Sama, Mba. Sa--"
Nabila menoleh ke Arah Azzura dan melotot. "Sama dari mananya, Oneng! Jelas-jelas itu beda. Gue terbiasa menggambar imajinasi yang nggak pernah ada di dunia. Sedangkan kaligrafi? Gue bahkan jarang banget nulis Arab. Gimana bisa tiba-tiba disuruh ikutan lomba kaligrafi? Wah, wah... Nggak bener ini!"
Arvi tiba-tiba berdiri membuat bantal yang ada di pangkuannya terjatuh ke lantai. "Bener banget, Bil. Arvi kan nggak pernah sholawatan nih, Eh tiba-tiba disuruh Ikut lomba sholawat. Arvi juga nggak pernah nyanyi lagu religi, tiba-tiba disuruh ikut lomba solosong religi. Apakah Arvi sudah mulai tua sehingga disuruh mengikuti lomba-lomba seperti itu?"
"Arvi jadi ingat pas Si Putri kosidahan di sekolah kita dulu."
Keempat gadis yang satu sekolah dengan Arvi dulu nampak berfikir. Apakah dulu ada ekskul kosidahan di sekolahnya? Mereka rasa tidak ada.
"Kosidahan? Kapan?"
"Itu lho setelah MPLS 'kan ada Jum'at religi. Nah, si Putri kosidahan bareng Dika dan timnya gitu. Yang Dika pukul-pukul alat panjang gitu." Mereka nampak berfikir keras mencerna maksud ucapan Arvi. "Yang pas dipukul suaranya dung,Teratak ,Teratak, dung, dung. Cepet gitu tapi bagus."
"Anjir! Itu Hadroh woy!" Pekik Ana setelah mulai faham maksud Arvi.
Sedangkan Suci, Nur, Nabila dan Azzura hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Lelah sudah mereka menghadapi sifat polos bin ajaib milik Arvi.
"Bukannya kosidahan?"
"Bukan, bego! Itu Hadroh. Yang kosidahan itu yang pas waktu ada acara yasinan di rumah Suci. Nah, Kak Aisyi kan ngundang warga buat kosidahan di rumahnya. Nah, itu baru namanya kosidahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NANAS vs JAMBU (END)
Teen FictionSebuah Perdebatan kecil antara NANAS VS JAMBU, Sebuah nama Geng yang cukup terkenal di kalangan pesantren, JIKA mereka bertemu, pasti ada sajaaa hal yang di ributkan, dari hal kecil maupun yang besar sekalipun. NANAS yang petakilan, usil, gak bisa d...