Happy reading all 🥰
Jangan lupa vote + comen ✨
Spam comen juga!!! Awas aja kalo enggak 🤧
(Tandai kalo ada typo!)
"Hoam... ngebul otak gue anjir!"
Pletak
"Mulutnya bil..." koreksi Arvi.
Yaaa sekarang Arvi sudah berubah menjadi alarm pengingat untuk tidak mengumpat bagi Nabila. Kadang dia sebal, tapi berusaha menerimanya.
Meskipun sulit, dia akan mencobanya.
"Perpustakaan?" Tanya Suci karena dia bingung mau kemana.
Ana mengangguk, "Kuy lah."
"Gue ke kantin deh mau makan." Ucap Nur.
Keempatnya mengangguk. Dia membiarkan Nur pergi ke kantin sendirian. Sedangkan mereka bergegas ke perpustakaan.
Mereka sudah sarapan tadi pagi, jadi mereka tidak merasa lapar jam segini. Berbeda dengan Nur yang tadi pagi memang tidak sarapan. Kenapa? Nggak selera katanya.
Nur bejalan sendirian menuju kantin dengan dagu yang sedikit di angkat, yang menambah kesan angkuh dalam dirinya.
Setelah sampai, dia bergegas memesan nasi uduk dan es teh. Setelah menerima pesanannya, dia mengedarkan pandangannya untuk mencari kursi yang kosong.
Sudut bibirnya terangkat saat melihat sosok pemuda yang dia kenal tengah makan sendirian. Tanpa sadar kaki panjangnya membawa dirinya kepada pemuda tersebut.
"Boleh duduk disini?" Tanya Nur pada pemuda yang kini tengah mendongak menatapnya.
"Duduk aja." Katanya dan kembali menunduk untuk melanjutkan makanannya.
Nur meletakkan piring dan gelas di tangannya ke atas meja. Kemudian duduk di kursi kosong di depan pemuda yang tak lain adalah Bagus.
"Sendirian aja tumben, yang lain kemana?"
Bibir Nur sudah gatal ingin bertanya sejak tadi, tapi akhirnya baru bisa sekarang. Rasanya aneh, dia jadi ingin banyak bicara jika bersama pemuda ini. Entah mulai sejak kapan. Tapi, sejak dia menyadari ini, Bagus malah menjadi dingin kepadanya.
"Di kelas mungkin." Jawab Bagus seadanya.
NANAS yang memang tidak sekelas dengan JAMBU saat ujian, membuat mereka jarang bertemu.
Nur merasa jurang puas dengan jawaban Bagus, akhirnya meletakkan sendoknya dan menatap Bagus. Dia yakin, jika setelah insiden dimana dia menolak Bagus terang-terangan di kelas waktu itu, Bagus berubah menjadi dingin kepadanya.
"Gu,- A-aku ada salah sama k-kamu?" Tanya Nur yang terlihat tidak nyaman dengan panggilan aku-kamu yang terkesan aneh saat dirinya mengucapkan itu pada bagus.
Gerakan tangan Bagus yang akan menyuapkan nasi ke mulutnya terhenti. "Tidak." Jawabnya dan langsung memasukkan sendok ke mulutnya.
"Kamu berubah," cicit Nur.
Lagi-lagi gerakan tangan Bagus yang tengah menyendok berhenti, "Cepat atau lambat, seseorang akan berubah. Entah menjadi lebih baik atau lebih buruk."
"Bukan itu maksud gue. Lagian gue tau kalo kita bisa berubah kapan saja, tapi, perubahan lo terlalu tiba-tiba."
Karna terlalu cepat dan terkesan buru-buru melontarkan argumen, Nur harus kembali merubah kosakata nya menjadi 'lo-gue' lagi.
"Kenapa? Lo udah capek sama gue?" Tanpa sadar, Nur bertanya sesuai unek-unek yang terpendam sejak empat hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANAS vs JAMBU (END)
Teen FictionSebuah Perdebatan kecil antara NANAS VS JAMBU, Sebuah nama Geng yang cukup terkenal di kalangan pesantren, JIKA mereka bertemu, pasti ada sajaaa hal yang di ributkan, dari hal kecil maupun yang besar sekalipun. NANAS yang petakilan, usil, gak bisa d...