NvJ Part 54

724 79 38
                                    

Happy reading all 🥰

          Jangan lupa vote + comen ✨

Spam comen juga!!! Awas aja kalo enggak 🤧

     (Tandai kalo ada typo!)



































Seorang gadis polos tengah berjalan sambil sesekali berlari untuk menyamakan langkah kakinya dengan pemuda tinggi yang berjalan santai namun terlihat cepat untuk gadis itu.

Langkah Kaki pendeknya tidak mampu menyamai langkah kaki panjang Pemuda tersebut.

Berkali-kali juga gadis tersebut berdecak. Entah mau kemana pemuda ini akan membawanya sampai keluar pesantren seperti ini.

Kini, Gadis tersebut berhasil berdiri di samping pemuda yang tengah menoleh ke kanan dan kiri untuk menyebrang.

"Kita mau kemana sih, Za?" Tanya gadis tersebut yang tak lain adalah Arvi.

Mirza. Pemuda tersebut hanya diam sebelum akhirnya mulai merentangkan kedua tangannya guna menyebrang.

"Ayok!"

Hanya kata itu yang Mirza katakan sambil berjalan menyebrang jalan raya yang terlihat ramai di sore hari.

Arvi yang tidak mau berdebat dengan Mirza yang berakhir dirinya kalah, hanya bisa mengikuti Mirza dari belakang seperti anak ayam.

Berhasil menyebrang, Mirza langsung masuk ke salah satu tempat pengambilan uang atau pengecekan uang. Arvi benar-benar dibuat bingung. Tapi tak ayal, dia ikut masuk ke dalam.

Dia melihat Mirza tengah mengetik sesuatu di mesin ATM tersebut. Arvi hanya diam sampai layar mesin tersebut menunjukkan sebuah angka-angka yang membuat matanya melotot.

Mirza menoleh kepada Arvi, "Hanya ada uang segini di ATM ku setiap bulannya."

Arvi mengalihkan pandangannya dari mesin ATM untuk menatap Mirza. "Lo pamer?"

Buru-buru Mirza langsung menggeleng, "B-bukan."

"Terus maksud lo nunjukin saldo ATM lo ke gue buat apa?" Tanya Arvi sedikit nyolot.

Gadis tersebut kesal lantaran Mirza memiliki saldo yang cukup besar dibandingkan saldo yang ada di ATM nya.

Bahkan, di saldo ATM nya hanya ada lima juta di setiap bulannya. Sedangkan saldo ATM Mirza berkali-kali lipatnya.

"Arvi, saya hanya ingin memberi tahu sampean bahwa saya tidak se-kaya sampean."

"Huh?"

"Jika sampean berharap menikah dengan saya, kemungkinan besarnya, sampean tidak akan bisa hidup mewah seperti kehidupan sampean sebelumnya."

Arvi masih mencoba mencerna kata-kata Mirza. Kalian inget 'kan kalo Arvi ini lola atau kata lainya Telmi -- Telat mikir.

"Insyaallah Saya mampu mencukupi kebutuhan primer dan sekunder sampean. Tapi jika tersier, saya masih ragu."

"Lo--"

"Tapi meskipun begitu, bukannya saya mau menyerah. Saya bakal terus berusah buat bisa memenuhi kebutuhan sampean. Tapi memang nggak secepat yang sampean pikirkan."

"Za--"

"Hanya sedikit harta yang saya miliki, Arvi. Saya tidak sekaya kamu, yang memiliki segalanya. Tapi dengan tidak tahu dirinya, saya malah menginginkan mu." Lirih Mirza sambil membalikkan badannya untuk kembali menatap layar ATM.

NANAS vs JAMBU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang