NvJ Part 51

694 79 133
                                    

Happy reading all 🥰

          Jangan lupa vote + comen ✨

Spam comen juga!!! Awas aja kalo enggak 🤧



     (Tandai kalo ada typo!)

















"UKY!" Panggil Ana sambil berlari kecil menghampiri Uky yang tengah mengenakan sandal jepit yang tertata rapih di depan Masjid.

Uky membalikkan badannya dan mendapati Ana yang sudah berdiri di depannya sembari membawa mukena di tangan kanannya.

"Ada apa?" Tanya Uky sambil berjalan perlahan karena merasa tidak enak dengan tatapan para santri yang melihat mereka.

"Lo mau ke aula, 'Kan?" Uky mengangguk sebagai jawaban. "Bareng ya?"

Uky mengerutkan kening bingung, "Teman-temanmu?"

Sebelum menjawab pertanyaan Uky, Ana lebih dulu membenarkan letak hijabnya yang miring. "Nur sama Arvi lagi udzhur, sedangkan Nabila lagi jemput Suci di ndalem."

"Kamu nggak ikut Nabila?"

"Di tinggalin. Kesel banget gue!" Jawabnya disertai dengusan kesal.

"Tapi sepertinya, tadi kamu terlihat bahagia saat menghampiriku. Seperti, tidak kesal lantaran di tinggal sendirian oleh keempat temanmu."

"Tentu saja. Lo tau kan kalo Seseorang menjadi bahagia saat memiliki sesuatu yang membuat orang tersebut bersemangat?" Ana menoleh kepadanya Uky yang ternyata tengah menatapnya.

Uky langsung mengalihkan pandangannya, "Maksudmu, aku adalah orang yang membuatmu bersemangat, begitu?"

Ana mengangguk cepat. "Menurutmu?"

Uky mengulum senyumnya dengan wajah yang di palingkan agar  Ana tak tidak dapat melihat wajahnya yang memerah.

"Dari tadi siang, bulu mata gue jatuh terus. Bahkan sampai buat gue kelilipan. Apa jangan-jangan, lo rindu sama gue, ya?" Tuding Ana membuat Uky menghentikan langkahnya dan menoleh kepada Ana yang kini menatapnya juga.

Uky berdehem pelan untuk mengurangi rasa gugupnya, dia memalingkan wajahnya agar tidak menatap ke arah Ana.

"Belajar lah ilmu tauhid. Agar sampean tidak mengira jika bulu mata yang jatuh itu karena rindu. Melainkan karena takdir Allah." Ucap Uky membuat Ana meringis malu.

Biasanya, teman-teman atau bahkan paman dan bibinya akan mengatakan jika ada yang rindu karena bulu matanya jatuh. Tapi sekarang, Uky mengatakan hal berbeda yang membuat Ana bungkam.

Ia pikir, Uky akan menjawab, 'Iya' tapi ternyata salah. Dan dia sangat maaluu...

Dalam diam, keduanya kembali melanjutkan perjalanan dengan Ana yang mati-matian menahan malu. Ana memutar otaknya agar dapat menemukan ide untuk mengalihkan pembicaraan.

"Ngomong-ngomong soal takdir, gue jadi inget tentang kita." Lirih Ana yang masih dapat di dengar Uky.

"Kita?"

Ana mengangguk pelan, "Iya. Tentang kita yang tidak memiliki kejelasan dalam hubungan."

Uky terdiam. Sebenarnya, dia juga merasakan kebingungan yang sama. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk saat ini. Ditambah, mereka masih sekolah.

"Ky, kalo misalnya gue bukan takdir lo gimana?"

Entah kenapa bibir Ana gatal sekali ingin menanyakan hal ini sedari tadi. Dan akhirnya dia memberanikan diri untuk menanyakan hal ini juga.

NANAS vs JAMBU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang